Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Vol 4.5 Chapter 5 Part 1

Baca Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Volume 4.5  Chapter 5 Part 1 


PERTEMUAN KELAS

"Hari ini sangat panas ..."

Aku tidak tahu berapa kali aku mengucapkan kalimat musim panas ini. Meskipun begitu, apa boleh buat? sesuatu yang panas akan tetap menjadi seperti itu.

Meskipun terasa semakin panas hanya dengan mengatakannya, tapi kami masih terus melakukannya. Hanya mengeluh di dalam dirimu tanpa henti hanya akan meningkatkan stres yang terpendam. Satu-satunya yang sangat senang dengan panas yang luar biasa ini mungkin adalah jangkrik.

Omong-omong, kali ini aku akhirnya diseret ke acara yang jarang terjadi. Meskipun aku bilang acara, hanya dengan mengetahui rinciannya, hal itu mungkin akan menimbulkan perasaan antagonisme yang kuat kepada murid laki-laki, mungkin. Namun, ada juga masalah yang terlibat. Baiklah, ayo kita mulai dari awal.

Tidak jauh dari asrama, ada pepohonan yang berjajar di kedua sisi jalan menuju ke sekolah. Jika kau pergi ke jalan yang kurang mulus, kau bisa sampai di tempat peristirahatan. Saat ini, aku berdiri di sana. Ada beberapa bangku dan mesin penjual yang terpasang. Pemandangan dari tempat ini juga bagus. Tidak heran jika di awal musim semi akan ada arus murid yang tiada henti-hentinya di sini. Ini adalah tempat yang sempurna untuk sedikit istirahat atau melakukan beberapa pembicaraan yang tidak berarti. Namun, saat ini suasananya sedang sepi, tanpa ada yang bisa terlihat. Bisa dikatakan itu terjadi karena panas. Itu adalah musim yang jarang bagi murid. Itulah sebabnya kenapa tempat ini menjadi tempat yang paling cocok untuk mengadakan pertemuan rahasia.

"Maaf menunggu."

Duduk di bangku, orang yang aku tunggu sedang berjalan dari arah asrama. Memblokir matahari yang terik dengan tangannya, dia melihat ke langit.

"Panas sekali…"

Meninggalkan kesan yang sama seperti yang aku miliki, murid Kelas D, Karuizawa Kei duduk di sampingku. Kepang Kudanya yang panjang bergoyang. Pakaiannya adalah celana jins yang luar biasa dan kemeja sederhana. Meski begitu, tidak terkesan jelek bahkan di akhir pekan. Dari apa yang bisa kulihat, mereka dipilih dengan ketercocokan sehingga dia terlihat sangat menawan. Seberapa pun panasnya, fashion masih menjadi nomor satu bagi anak perempuan. Itu pasti sangat sulit.

"Maaf sudah menghabiskan waktumu dengan pertemuan mendadak ini." kataku

"Kau ini sarkastik? Aku sudah menggunakan terlalu banyak poin untuk bersenang-senang selama liburan musim panas, jadi aku baru saja berada di kamarku hingga aku mendapatkan kabar darimu"
(T/N: Sarkastik adalah ungkapan sindiran yang tajam terhadap sesuatu. Biasanya diarahkan kepada seseorang karena emosi yang dialaminya.)

"Apa kau punya rencana besok?"

"Kau tidak bisa melakukan apa pun tanpa uang, kan? Mungkin aku akan tidur saja?"

Musim panas miliknya pasti sudah sangat memanjakan diri sendiri.

"Kau pasti akan mendapatkan banyak poin bulan depan, kan? dan juga hasil dari ujian itu."

Selama ujian yang berlangsung di kapal itu, Karuizawa, yang terpilih sebagai Target, bekerja sama denganku dan berhasil menyembunyikan identitasnya sampai akhir. Dia akan mendapatkan 500.000 poin sebagai hadiah di awal bulan September untuk itu.

"Yah itu benar, itulah kenapa aku sudah membeli semua pakaian dan asesoris yang aku inginkan. Tapi, apa ini tidak berlebihan karena sudah menghabiskan semua poin seperti itu? Bukankah lebih baik menyelamatkan beberapa orang?"

"Apa kau punya kontrol diri yang cukup?"

Pertanyaanku sedikit menyinggung. Dia mengelembungkan pipinya lalu melotot kepadaku.

"Itu... tidak mudah. ​Pada akhirnya aku menghabiskan mereka semua. Mereka hanya bertahan kurang dari satu minggu, mungkin."

Karuizawa mengangkat tangannya, menghitung-hitung semua yang dia inginkan dengan jarinya. Semua jari-jarinya terlipat dalam waktu yang singkat. Berapa banyak barang yang dia inginkan lagi?

"Bukan berarti aku sama sekali tidak berpikir ulang, bahkan aku tahu betapa berharganya poin pribadi. Sistem sekolah sedikit aneh. Kau menerima banyak poin selama ujian khusus. Yang lain malah bingung dengan hal itu. "

Aku mengerti. Sepertinya kecurigaan tersebut akhirnya menyebar di kalangan murid reguler. Jika kau menerima sejumlah besar uang, tentu saja kau akan menjadi waspada. Menanyakan diri sendiri tentang kenapa sekolah akan melakukan ini. Kemudian mereka akan mengerti. Poin-poin ini tidak hanya digunakan untuk memenuhi keinginan atau keuntungan pribadi seseorang saja.

"Yeah, tiba-tiba mengeluarkan uang 1-2 juta poin." kataku

"Itu benar. Apa tidak masalah menyerahkan begitu banyak uang kepada murid SMA. Itu jelas tidak normal."

Sebagian besar poin mungkin perlu untuk "bertahan" di sekolah ini. Setelah menyadari hal ini, Karuizawa menjadi ragu apakah akan terus menghabiskannya mulai dari sekarang. Ini hanyalah sebuah contoh, tapi jika kau berada dalam situasi di mana kau akan dikeluarkan, mungkin ada kesempatan tersirat bahwa orang-orang dapat menggunakan poin pribadi tersebut untuk membatalkannya. Setelah ini, memiliki beberapa juta poin sebagai hadiah tidak boleh diremehkan.

"Tidak ada gunanya memikirkan hal ini, berpikir terlalu jauh ke depan dan lupa memuaskan hasrat seseorang juga tidak bagus. Sudah cukup jika kau menghemat 10-20% dari jumlah bulananmu"

Sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara keinginan dan hal yang lain yang akan kau selesaikan. Khususnya bagi Karuizawa yang sudah menghabiskan poinnya dengan leluarsa hingga sekarang. Hasrat berbelanjanya yang mendadak menjadi sangat parah, aku mengkritiknya.

Ada juga fakta jika seandainya kehidupan kesehariannya tiba-tiba berubah, lingkungannya mungkin juga akan terpengaruh. Jika seorang gadis yang boros mulai hidup hemat, kelasnya akan curiga. Dia mungkin memiliki hubungan denganku, tapi masih terlalu cepat untuk memberi tahu orang lain.

"Kalau begitu, ada satu hal yang kuinginkan darimu." kataku

"... kau tidak meminta maaf kepada seseorang yang kau  panggil di hari yang panas ini?”

"Apa itu tidak boleh?"

Aku memberinya botol plastik dengan teh yang baru saja aku beli, tapi belum diminum. Dia menjadi sedikit ragu, tapi akhirnya dia merasa enggan.

"Itu hangat..."

"Yah, Kita harus berterima kasih kepada maraharinya."

Sepertiya daerah yang paling terkena dampaknya sudah tercatat berada di atas suhu 40 derajat. Aku mulai berkeringat hanya karena mendengar angka itu. Haus, Karuizawa yang tidak senang membuka botolnya.

"Ugh, dasar pecundang."

"Pecundang? aku yakin teh tidak termasuk lotere"

"Lawakan yang garing, tau? Maksudku membuka tutupnya sangat sulit"

Aku mengerti… tentu saja itu bukan kesalahpahaman yang menyenangkan. Sambil mengulurkan tangan, aku mengambil botol itu dan memutar tutupnya sedikit, lalu mengembalikan botol kembali kepadanya.

"Terima kasih."

Setelah kejadian di atas kapal, jarak antara aku dan Karuizawa sudah semakin dekat. Jika tidak, ini adalah pembicaraan yang tidak akan pernah terjadi. Kejadian sebelum ini pasti membuat dia merasa tidak puas dan tidak percaya kepadaku, tapi dia tidak menunjukkan banyak hal. Dia terbiasa mengendalikan dirinya sendiri. Itu berarti dia melakukan apapun yang dia bisa untuk melindungi dirinya sendiri tanpa memperdulikan apa pun dan beradaptasi dengan lingkungannya.

"Besok adalah hari terakhir liburan musim panas. Seorang temanku ingin menciptakan kenangan di musim panas, jadi aku diundang." aku memberi tahunya

"Apa yang kau maksud dengan kenangan musim panas? Sekolah ini tidak memiliki kembang api, festival atau apapun, kan?"

"Paling tidak mereka memiliki kolam renang. Klub renang biasanya memiliki hak istimewa untuk menggunakannya, tapi itu sudah tidak berlaku untuk hari ini, kau tau?”

Itu adalah kolam yang lebih besar daripada yang digunakan selama pelajaran sekolah. Selama tiga hari terakhir musim panas, selama tiga hari terakhir liburan, kolam renang itu sudah berubah menjadi kolam komunitas yang bisa digunakan oleh semua orang. Setelah hari pertama di mana kerumunan murid bergegas menuju kolam renang, memasukinya sudah diatur. Selama tiga hari ini, kau hanya bisa masuk  sekali. Dua hari pertama sudah berakhir, namun masih ramai sampai hari ini.

"Ah, setelah kau menyebutkannya, aku tidak tertarik untuk berenang."

Karuizawa terus-menerus berpura-pura sakit saat pelajaran berenang. Meskipun sekolah menggunakan sistem berbasis poin yang membuat kelas bekerja dengan keras, mereka tidak tega melihat masalah kesehatan murid, terutama masalah anak perempuan yang tidak jelas. Jadi gadis-gadis itu terus-menerus menolak pelajaran, kecuali Karuizawa yang selalu absen.

Alasan mereka untuk tidak berenang pun beragam. Merasa sakit, tidak ingin orang lain tahu bahwa seseorang tidak bisa berenang, benci berenang, tidak mau menunjukkan kulit mereka kepada lawan jenis, gaya renang yang aneh, dan kebanyakan dari mereka menggunakan alasan semacam ini. Namun, bagi Karuizawa, alasannya berbeda.

Dengan memikirkan masalah ini, dia menghadap ke arah lain sambil meminum tehnya. Dia sudah diintimidasi dengan kejam oleh murid dari kelas lain yang sebelumnya dan menerima memar di tubuhnya. Memar masih terasa sakit dari waktu ke waktu. Jika terlihat, pasti dia akan mendapat banyak perhatian.

"Apa kau suka berenang?" aku bertanya.

"Hmm- ... menurutku aku tidak membencinya, aku belum pernah berenang selama bertahun-tahun jadi mungkin aku sudah lupa bagaimana caranya."

Dia samar-samar menanggapi. Tapi aku bisa melihat bahwa ini bukan perasaan yang sebenarnya.

"Jadi, kalian para laki-laki ingin membuat beberapa perayaan di kolam renang? Hanya untuk melihat beberapa erotisme?"
(T/N: Erotisma atau dorongan seksual)

Aku tidak bisa menyangkal hal itu. Tidak, aku pikir sebenarnya itu adalah seluruh alasannya.

"Jadi, apa hubungannya denganku?" dia bertanya.

"Sebelum itu - aku ingin bertanya kepadamu, apa sekolah benar-benar tidak tahu tentangmu yang dibuli?"

"Apa?"

Karuizawa yang sekarang sangat tidak biasa menunjukkan wajah yang meragukan. Menghadapiku, dia mulai melotot kepadaku. Aku balas menatapnya kembali.

"kau tahu jika aku tidak terlalu menyukai topik itu?"

"Aku tidak menanyakannya tanpa alasan. Aku bertanya karena ini menyangkut topik kita yang selanjutnya."

"Tapi…"

Ini pasti topik yang berat baginya. Tidak akan mudah membuatnya mengerti, tapi sebelum aku sempat meyakinkannya, sepertinya dia sudah menerimanya.

"Baiklah, aku akan mempercayaimu. Lagipula, kau pasti punya beberapa alasan."

Sepertinya dia sudah melakukan yang terbaik, mencerna keantagonismean.

"Kebenaran di masa laluku terganggu. Jika aku harus memilih di antara mereka yang tau atau tidak, aku tidak berpikir mereka sudah mengetahuinya. Mereka mungkin tahu tentang ketidakhadiranku atau banyak beristirahat selama SMP, tapi mereka mungkin hanya menganggap bahwa aku sedang sakit atau halangan? Ah, dan bukannya dibuli, mereka mungkin lebih percaya karena aku ini bodoh. Jadi, mungkin itulah kenapa aku ditempatkan di Kelas D. "

Sebuah jawaban dipenuhi oleh celaan diri. Alasan kenapa bisa ada di Kelas D seharusnya seperti itu, pikirku. Efek kesan buruk karena absen dan rendahnya nilai akademisi. Sikap arogannya di SMA adalah karena dia ingin melepaskan diri dari intimidasi. Aku tidak berpikir diintimidasi adalah alasan dia berada di Kelas D.

"Meskipun sekolah mungkin menyelidiki khasus intimidasi itu, ku pikir mereka tidak akan menemukan apa pun."

"Bahkan kau harus menyadari bahwa dunia ini sangat busuk, kan?"

"Benar…"

"Aku memang sudah diintimidasi dan menderita selama bertahun-tahun aku sudah meminta bantuan dari guru dan teman sekelasku, namun hanya menimbulkan lebih banyak penderitaan untukku.... Tidak ada yang membantuku dari kenyataan yang menghancurkan. Jauh dari itu, bulian semakin memburuk. "

Bulian itu berakar kokoh. Hal ini memiliki kecenderungan yang kuat agar terjatuh ke dalam lingkaran setan. Banyak orang menyaksikan berita tersebut, merasa tidak enak dan pastinya sudah menyadari bahwa intimidasi tidak memiliki solusi yang mudah. Bahkan jika sebuah gelombang ditarik kembali, gelombang besar lainnya akan datang, menyerang korban lagi.

"Tidak peduli seberapa lelahnya aku, sekolah tidak akan mudah mengenali intimidasi sehingga mereka bahkan tidak berusaha untuk membantu. Paling-paling mereka hanya memperingatkan para pembuli begitu saja, sehingga bullying bertambah parah,  kau tahu?"

Itu adalah topik yang menyusahkan. Kenapa kau mengadu ke sekolah? apa yang kau rencanakan? mereka akan berbicara dan menghukummu dengan keras.

Bahkan jika sekolah tersebut mengakui intimidasi, biasanya, dalam banyak kasus, akan ditangani secara diam-diam. Sekolah tidak menginginkan reputasi buruk karena memiliki masalah intimidasi. Ada beberapa kasus di mana beberapa sekolah yang keras kepala tidak mengakui fakta tersebut bahkan setelah korban yang diintimidasi meninggalkan catatan bunuh diri dan mengakhiri hidup mereka.

Tapi yang lebih sulit lagi adalah ketika tidak ada penyelesaian bahkan setelah kematian. Orang-orang akan mengejek mereka, menertawakan mereka dan bahkan menyebarkan cerita tentang mereka seolah-olah itu adalah kisah heroik di jejaring sosial. Itu adalah masa ketakutan dimana kau terus diintimidasi bahkan setelah kematian.

"Teman sekelasku yang baik menjawab bahwa mereka tidak tahu tentang intimidasi, sekolah, pembuli atau aku. Ini adalah jawaban terpaksa mereka, tidak peduli sebetapa tidak adilnya kenyataan itu."

Begitulah, dia berakhir seolah berbicara tentang orang lain. Bagi Karuizawa Kei, ini adalah masa lalu yang tidak mampu dia ubah dan masa lalunya tidak akan pernah berubah. Sebenarnya, sekolah ini mungkin sudah menyelidiki secara menyeluruh, kemudian menyimpulkan bahwa dia sembrono, lamban dan bodoh. 

Bukan
hanya lingkungan, tapi juga sekolahnya, sama seperti cerita mereka, semua itu tidak akan pernah terungkap. Jika memang seperti itu, kebenaran mungkin tidak akan pernah menang di atas kebohongan.

"Tapi tetap saja aku bersyukur, kepada orang-orang yang membuliku dan sekolah yang menyembunyikan fakta itu."

Tidak aneh jika dia memikirkan masa lalu yang kejam dan menangis, tapi dia melihat ke masa depan dan melanjutkan.

"Semua orang di sini tidak tahu siapa aku, karena itulah aku bisa menemukan hal yang baru, itu mungkin tidak akan terjadi jika mereka tahu."

Memutar balikkan keadaan buruknya sendiri dengan mendapatkan Hirata yang populer.

"Karuizawa, aku sangat ingin memujimu, tapi ada hal lain yang harus aku beri tahu terlebih dahulu. Membantu mengintimidasi orang lain sekarang dilarang."

"Ha? Kau menuduhku membuli seseorang?"

"Menjadi keras kepala itu bagus-bagus saja, tapi bukankah kau menargetkan Sakura akhir-akhir ini? Sudah jelas dia bukan tipe perempuan yang akan menggertakmu. Meski kau melakukannya untuk mencegahmu menjadi korban, tapi jangan bergabung dengan mereka."

Aku mengingatkannya. Tidak masalah apa pun yang dimilikinya, ada sesuatu yang bisa dan tidak bisa dia setujui.

"Sakura-san, huh? Kau mau membantunya karena dia sangat dekat denganmu?"

"Apa aku memerlukan alasan? Kau pasti mengerti jauh lebih baik bagaimana rasanya berada di posisi korban."

"Sama halnya denganku, posisi ini adalah garis hidupku. Bukan sesuatu yang bisa sembarangan aku buang. Aku merasa tidak enak dengan Sakura-san, tapi yang lemah ada karena yang kuat melakukannya, terutama untuk orang-orang yang berpura-pura seperti aku."

Jika aku akan diintimidasi, aku akan menggertak duluan. Jika ada sesuatu yang bisa aku prediksi dari keputusannya, maka akan menjadi seperti itu.

"Ini demi dirinya. Lagipula dia sudah banyak membantuku."

"... Hmm, kau mengakui itu dengan sangat cepat."

Ketidakpuasan atau ketidaksenangat tidak bisa dilihat di matanya. Hanya sebuah kecemasan.

"Kata-kataku mungkin tidak terdengar sangat meyakinkan untukmu tapi ... baiklah, aku akan berhati-hati mulai sekarang,  apa itu cukup?"

"Aku senang kau mengerti. Selain itu, kau sudah memiliki Hirata untuk mengamankan posisimu. Kau tidak akan terancam untuk saat ini."

"Memang benar jika aku sudah terlalu berlebihan."

Selama dia bisa melihat dirinya secara obyektif, tidak perlu khawatir.

"Tapi jika posisiku berada dalam bahaya ..."

"Kalau begitu aku akan membantumu. Jika perlu, aku akan membawa Hirata dan Chabashira-sensei ke sisimu dan melenyapkan musuhmu. Ini adalah sebuah janji."

"Hmm ... kalau begitu, ini kesepakatan."

Dia bukan tipe orang yang akan melakukan kekerasan atau intimidasi. Dia mungkin mengatakannya, tapi bagiku sepertinya dia bertindak untuk melindungi dirinya sendiri. Korban bullying biasanya mengalami masa sulit untuk bersosialisasi, namun sepertinya dia sudah mengatasi rasa sakit itu, pemilik dari mental yang kuat. Ini semua bisaku pastikan karena dia tidak akan menyerah pada ancamanku saat itu.

"Entah kenapa…?"

"Ada apa?"

"Tidak, kau tahu, aku tidak suka menggali masa laluku, membiarkan orang lain tahu juga tidak akan, tapi tetap saja, akhirnya aku memberitahumu. Terlalu mudah sampai mengejutkanku."

Sepertinya itu adalah misteri untuknya. Tentu itu juga berlaku untukku.

"Bolehkah aku bertanya sesuatu kepadamu? Apa ini adalah dirimu yang sebenarnya?"

Karuizawa bertanya dengan hati-hati, menjadi satu-satunya orang di kelas kami yang pernah melihat kedua sisiku. Tapi yang dia tanyakan adalah hal yang sangat sulit untukku jawab. Aku menyilangkan tangan untuk bertanya-tanya bagaimana caraku menanggapi itu.

"Menurutku aku selalu seperti ini."

"Kau sangat berbeda!"

Itu benar, tapi itu tidak terlalu salah juga. Ini sedikit berbeda dengan memalsukan kepribadian.

"Hanya untuk referensi, apa perbedaan antara aku yang biasanya dengan keadaanku yang sekarang?"

"Kau biasanya sedikit suram, kelam dan tipe orang yang tidak akan berbicara, tapi sekarang kau sangat tegas dan to the poin. Kau benar-benar berbeda sejak keduanya saling berlawanan. Caramu berbicara juga berbeda. Apa yang membuatmu berubah?”

"Sepertinya ... bukankah itu lebih seperti bagaimana orang-orang menjadi berbeda saat ada orang lain di sekitarnya?"

Jika aku harus memilih jawaban yang paling cocok, maka inilah. Tapi masih terasa seperti sudah melewatkan sesuatu. Aku, sebagai manusia, sejujurnya "baru saja lahir". Kepribadianku yang mulai terbentuk sejak pendaftaranku di sekolah, ternyata masih belum kuat. Butuh waktu untuk memperkuat itu sendiri, terutama tentang bagaimana cara berhubungan dengan orang-orang. Aku masih belum tahu cara yang tepat untuk mengekspresikan diri.

"Bagaimanapun, aku berencana menjadi diriku yang seperti biasanya."

"Aku bertanya karena kau tidak terlihat seperti dirimu.”

Karuizawa menyipitkan matanya, cemberut dan bibirnya terlihat tidak puas.

"Bagaimanapun, kembali ke topik. Kau bisa melihatku mulai sekarang dan menyaksikannya sendiri jenis manusia apa aku ini."

"Rasanya seperti kau sedang menghindari pertanyaan, tapi yah ... memangnya kenapa dengan kolam itu?"

"Besok, kami berempat, aku, Ike, Yamauchi, Sudou dan Horikita, Sakura, Kushida berencana untuk pergi."

"Kombinasi yang sangat aneh, aku tidak bisa membayangkan Horikita dan Sakura ikut bergabung. Kau yang ikut pasti ada sesuatu di sana, tapi aku tetap tidak bisa menebaknya. Mereka pasti akan mengintip, kan? Aku prihatin”

Para gadis biasanya tidak akan pernah datang bahkan jika diajak, itu sudah jelas. Itu memang faktor yang merepotkan. Tidak heran jika dia merasa ada yang tidak beres.

"Bagaimanapun, aku ingin kau datang ke kolam renang dan bergabung dengan mereka."

"Ha !? apa kau serius !?"

Dia tidak memiliki hubungan dengan kelompok itu ... tidak, bergabung dengan mereka akan sangat tidak masuk akal karena hubungannya yang buruk diantara mereka.

" Kau bisa menggantinya di asrama dan memakai sesuatu untuk melapisinya. Ini akan sedikit tidak menyenangkan, tapi kau bisa kembali dengan cara yang sama."

"Tidak, bukan itu masalahnya, itu benar-benar tidak menyenangkan, tau?"

"Aku bisa saja kasihan kepadamu, tapi apa kau benar-benar punya hak untuk menolak?"

"Wow, kau yang terburuk-"

"Tidak peduli apa yang kau katakan, itu sudah diatur seperti batu. Aku akan menyuruhmu bertindak seperti yang diinstruksikan."

Setelah menyelesaikan apa yang harus aku katakan, aku mengambil catatan tulisan tangan dan memberikannya secara paksa.

"Aku akan memberikan beberapa pertimbangan." kataku

"Menunjukkan beberapa pertimbangan, ada apa dengan itu? aku akan dibatasi sepanjang hari, bukan? Pada hari terakhir di musim panas!"

"Bukankah kau bilang kau akan tidur saja di kamarmu tadi? Aku tidak melihat sebuah masalah disini”

Dia sendiri yang mengatakannya, jadi tidak akan bisa mengelak.

"Aku ingin kau bergabung, tapi aku tidak memintamu untuk menemani mereka."

Tidak mengerti arti dari apa yang aku katakan, dia membaca catatan dengan seksama.

"Apa bedanya…?"

"Itu-"

Aku tidak bisa menjelaskan secara rinci kenapa aku memanggilnya sejak awal. Karuizawa, setelah mendengarkan aku sampai akhir ini terlihat sakit kepala, memeluk kepalanya di tangannya.

"Ada apa? kau sakit kepala?"

"Tentu saja itu menyakitkan, kenapa, setelah mereka- tidak, tidak ada. tidak penting bahkan jika aku bertanya."

Dia terlihat menyiratkan bahwa tidak ada gunanya bertanya.

"Kenapa kau tidak meminta kepada Horikita-san? Bukankah kalian dekat?"

"Aku tidak bisa meminta kepadanya, dia tidak tahu jika aku bekerja di belakang layar"

"Eh, kenapa?"

Itu adalah respons yang alami. Meski menjelaskannya sedikit sulit. Sudah jelas, jawaban yang benar adalah untuk menjauhi kemudian memanfatkan. Bagaimanapun, kepadanya, aku memutuskan untuk mengambil satu langkah lebih jauh dari hubungan kami

"Fakta bahwa aku berhubungan denganmu di kapal disebabkan oleh aku yang bertindak seorang diri sepanjang waktu, termasuk saat ini. Alasan kenapa aku tidak bisa memberi tahu Horikita adalah karena aku belum mampu sungguh-sunggu mempercayainya.”

Aku menceritakan semuanya dengan jelas tanpa kebohongan.

"Eh, kau tidak mempercayainya meski sudah menghabiskan banyak waktu bersama-sama? Itu aneh."

"Itu karena dia adalah sampul yang bagus untukku. Dia itu orang yang berdiri sendiri."

"Jadi kau hanya menggunakan dia?"

"Itu bukan istilah yang tepat, tapi mungkin cocok untuk situasi ini."

"Hmm? aku tidak mengerti tapi ... Bisakah kau berhenti dengan nuansa halusmu?"

Dia keberatan sambil tersenyum, menunjukkan giginya yang putih.

"... Tapi rencananya sudah berhasil sampai sekarang, aku selalu mengira bahwa Horikita-san adalah orang yang merencanakan dan menjalankannya, ngomong-nomong kau ini siapa sebenarnya?"

Aku berasumsi, baginya, keberadaanku adalah sebuah misteri.

"Oh, lebih bisa dipercaya daripada Horikita bukan hal yang buruk."

Itu benar. Itu tidak salah. Karuizawa memiliki sesuatu yang tidak dimiliki Horikita, karena itulah aku bisa memberitahunya, tapi bukan ini yang terakhir.

"Aku hanya harus mengikuti perintahmu, kan?"

"Benar, setelah masalah ini diselesaikan, untuk acara ini, bisakah aku memintamu menemaniku sebentar? Kita harus mengatur beberapa hal terlebih dahulu."

"Aku tidak punya hak untuk menolak, kan? Roger."

Menyiratkan bahwa dia menginginkan hal itu dilakukan secepat mungkin, dia berdiri dan membersihkan kotoran dari bokongnya. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu, jadi kami menuju fasilitas kolam renang bersama-sama.

***
Pada malam sebelum pertemuanku dengan Karuizawa. Sambil menikmati liburan musim panas terakhir di kamarku sendiri, Ike, yang mewakili trio idiot, memulai grup chat seperti biasanya.

"Kalian mau liburan musim panas,  masa muda kita, berakhir seperti ini?"

Di satu sisi, ini sangat dalam. Di sisi lain, itu dibuat tanpa ada pemikiran yang dimasukkan ke dalamnya. Ike kemudian melanjutkan sebelum ada yang bisa kami balas.

"Kalian mau liburan musim panas yang penting, satu tahun masa muda kita, berakhir seperti ini?"

Sekali lagi, tapi kalimat itu berbeda.

"Tidak, sama sekali tidak!"

Seakan menggemakan pernyataan ini, Yamauchi menunjukkan persetujuannya. Setelah mengalami cinta yang tak berbalas, awal yang baru sangat penting baginya.

"Aku juga, kembalikan masa mudaku!"

yang bergabung dengan pendapat serentak mereka itu adalah Sudou. Meski klub basket berjalan dengan lancar baginya, dia juga ingin mengalami sebuah cinta.

"Berdirilah! Para pemuda tidak akan mendatangi mereka yang menunggu!"

Menungguku ikut setuju, tapi bagaimana cara kalian bisa mendapatkannya?

"Kalian punya ide?"

Dia mungkin sedang menunggu seseorang untuk bertanya. Segera setelah itu, sebuah pesan yang panjang muncul.


"Tentu saja! Kolam renang terbuka untuk semua orang untuk waktu yang terbatas saat ini, eh? Kita akan mengundang gadis-gadis cantik dan berenang! Milikku adalah Kikyou
, kan? Dan Haruki adalah Sakura? Dan juga Sudou adalah Horikita!"

Membuka luka Yamauchi, Ike menyebutkan nama beberapa gadis dari kelas kami.

"Mungkinpun begitu. Jika Suzune pergi aku juga akan pergi, tapi apa kau benar-benar berpikir dia akan ikut?"

"Serahkan itu kepada Ayanokouji-sensei! benarkan?"

Enak saja
! Padahal aku tidak bisa mengatakan itu dengan mudah.

"Kau akan melakukan sesuatu
, kan? kau adalah temanku, benar kan?"

Kalimat tak bermatrai, namun sebagai gantinya ditanda tangani oleh Sudou. B
aru di saat-saat seperti inilah mereka menggunakan kata "teman". Sangat manis.

“Aku pikir aku bisa mencobanya. Jangan terlalu berharap.

Setelah menjawab, aku berhenti chatingan dan mencoba menelepon Horikita. Alasan aku mengabulkan permintaannya adalah karena beberapa bagian dariku juga ingin mengajaknya. Karena reputasinya di kelas sudah mulai meningkat, aku bisa mengharapkan hasil yang bagus dari ini.

"Apa yang kau inginkan?"

"Apa aku tidak boleh menelepon tanpa alasan?"

"Aku akan menutup teleponnya."

"Tunggu, aku punya sesuatu. Sebenarnya, beberapa teman sedang berbicara tentang pergi ke kolam renang besok. Kemudian mereka menyuruhku untuk mengajakmu karena kau hanya membaca dan bersembunyi di kamarmu setiap hari."

"Temanmu?  maksudmu trio idiot itu? Aku tidak mau bergabung dengan mereka."

Sebuatan yang sangat nostalgia…

"Aku menolak"

"Apa kau akan datang jika hanya kita berdua?"

"itu sama saja."

Tentu saja akan-

Tapi kali ini, aku punya cara lain.

"Botol air"

Aku merasakan sikap dan aura sudah berubah dari seberang saluran telepon karena mendengar kata-kata sederhana ini.

"Kata botol air sudah ada di pikiranku akhir-akhir ini, kau tahu."

"… Apa maksudmu?"

Tidak masalah jika dia melakukan seperti yang dikatakan, tapi dia sedang pura-pura tidak tahu apa-apa.

"Merasa terjebak di dalam botol air , atau sejenis, mengingatkan?"

"Kepribadianmu keluar melalui cara berbicaramu yang tidak menyenangkan."

Menyadari apa yang coba aku katakan kepadanya, dia terlihat lebih tidak suka dari biasanya.

"Aku akan lebih senang jika kau lebih jujur."

"Jadi di mana dan kapan waktunya besok?"

Horikita memiliki sesuatu yang harus dia lindungi. Aku berasumsi dia tidak akan membiarkan ada yang tahu insiden botol air itu. Untuk alasan ini, dia bahkan rela pergi ke kolam renang.

"Setengah delapan pagi di dekat lobi, kita akan berpencar sorenya."

"Aku mengerti, tapi aku tidak akan memaafkanmu jika kau menggunakannya lagi."

"B-baiklah"

Aku tidak memiliki niat untuk menggunakan alasan itu untuk melawan dia yang kedua maupun yang ketiga kalinya. Daripada menggunakan itu untuk memerasnya, akan lebih mirip seperti mengucapkan terima kasih atas bantuanku selama kejadian botol air. Aku percaya dia juga mengerti hal itu.

“Aku mengajaknya”

“Kerja bagus Ayanokouji! kau  berhasil menghindari Suplex Jerman di atas tanah beton!"
(T/N: Suplex biasanya digunakan di dalam olahraga tinju. Memeluk lawan dari belakang dan membantingnya ke belakang)

... Sepertinya hidupku dalam bahaya.

“Ajak dia untukku Ayanokouji! Aku mohon padamu!

Seharusnya dia sudah ditolak kemarin, tapi dia masih mengirim pesan teks seperti itu. Segera setelahnya, personal chat dari Yamauchi muncul.

Aku harus merahasiakan penolakanku! Tolonglah aku!”

Itu adalah tulisan yang disampaikan oleh pihak lain melalui pesan yang menyedihkan. Sepertinya dia masih ingin terlihat jatuh cinta kepada Sakura. Tentu saja, jika dia bergabung, anak laki-laki itu pasti akan senang. Tapi dia bukan perempuan yang bisa ikut bergabung dengan mudah. Dia jujur, tapi dia tidak bergabung dengan kelompok Karuizawa saat pelajaran berenang.

Payudaranya yang lebih besar dari orang lain, mencuri perhatian dari jenis kelamin yang sama, bahkan jenis kelamin yang lainnya juga. Kemudian, pasti sangat sulit berteman dengan laki-laki yang baru saja ditolaknya. Terlepas dari apakah dia mau pergi atau tidak, setidaknya aku bisa menelfonnya.

----

Dalam sekejap mata, hari yang dijanjikan tiba. Awal dari acara terakhir di liburan musim panas, waktu yang dijanjikan adalah 8:30. Saat turun ke lobi, sebagian besar anggota sudah berkumpul.

"Kau hampir tidak tepat waktu, huh"

"Masih ada sekitar ...... 10 detik sampai waktu yang dijanjikan"

"Lift dalam keadaan macet dan karena itulah kau terlambat, bukan?"

Meskipun aku tidak terlambat, Aku diselidiki secara menyeluruh seperti itu oleh Horikita. Mungkin inilah reaksi dari ajakan yang dipaksakan. Selain itu, mungkin dia merasa bahwa atmosfer dari tempat ini adalah atmosfer yang merepotkan. Apa boleh buat, karena bersama Kushida dan Sakura, Ike dan Yamauchi, hampir tidak ada orang yang bisa dia ajak berbicara.

"S-selamat pagi, Ayanokouji-kun"

"Selamat pagi, Sakura"

Sementara sedikit terlihat takut, Sakura mengintip ke arahku saat menyapaku. Ke arah Sakura, Yamauchi terlihat tidak memperhatikannya tapi sepertinya dia khawatir tentangnya tanpa disadari.

Sakura pun merasa sedikit tidak nyaman di suatu tempat entah dimana.

Aku akan mencatat ini untuk referensi, tapi pengakuan tidak hanya menimbulkan sesuatu yang bahagia. Sesuatu yang mengganggu juga ikut bersamaan setelahnya.

"Dimana Sudou?"

"Karena
itu adalah dia yang sedang kita bicarakan, mungkin Sudou tertidur” Kata Horikita.

Meskipun waktu untuk berkumpul sudah tiba dan lewat, tidak ada tanda-tanda Sudou akan muncul. Karena dia bekerja keras di aktivitas klubnya sampai kemarin, dia mungkin sudah kelelahan. Karena tidak ada yang berusaha menghubungi Sudou, aku melakukannya.

"Tidak berhasil, teleponnya tidak diangkat"

Aku mencoba meneleponnya, tapi meski telepon terus berdering, aku bahkan tidak bisa sampai ke penjawab. Aku mengakhiri panggilan dan menginformasikan ke sekelilingku tentang hal itu.

"Apa yang orang itu lakukan? Sudah jam 8.30! Jika dia tidak cepat, kita tidak akan menjadi yang pertama!"

Ike menjadi jengkel. Sambil gelisah, menatap lift. Tapi lift tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan.

"B-baiklah, aku akan membangunkannya"

Yamauchi yang merasa tidak nyaman dengan keheningan yang canggung di antara dia dan Sakura, mengatakan hal tersebut saat dia menaiki lift. Pada saat itu juga, aku bisa merasakan suasana berat yang tak terlihat mulai memudar.

"Apa ada sesuatu yang terjadi dengan dia?"

Sepertinya Horikita juga memperhatikan perubahan Yamauchi dan menanyakannya dengan suara yang keras. Aku mengacak-acak rambutku sambil berpikir tentang bagaimana aku menjawabnya.

"Ada banyak yang terjadi"

Pada akhirnya, aku berhenti bicara. Baik Yamauchi maupun Sakura pasti tidak akan senang jika cerita ini menyebar.

"Hmmm...? Kalau tidak salah ... Horikita-san dan yang lainnya, selamat pagi..."

Saat kami di lobi dan menunggu Sudou, Ichinose dan tiga teman perempuannya turun.

Handuk mandi bisa terlihat mengintip keluar dari kantong plastik yang tidak biasa dan berwarna-warni yang mereka pegang di tangan mereka.

"Jangan-jangan kalian juga akan menuju ke kolam renang?"

"Begitulah”

Hal terakhir yang di lihat di akhir liburan musim panas adalah pergi dan bermain di kolam renang. Bahkan jika semangat kami tumpang tindih, itu tidaklah aneh.

"Karena kita semua ada di sini, ayo kita semua bermain bersama. Bagaimana?"

"Tentu saja. Kau boleh bergabung !!!"

Ike, hampir merasa akan terbang, melompat dari sofa dan menyambutnya. Kali ini, sepertinya Horikita tidak memiliki niat untuk mengatakan apapun secara khusus karena dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.

"Hanya saja, maaf, salah satu dari kami ketiduran dan kami masih menunggunya turun. Salah satu teman kami sedang menjemputnya saat ini."

"Baiklahhhhhh!" jawab Ichinose.