Baca Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Volume 4.5 Chapter 5 Part 1
PERTEMUAN KELAS
"Hari ini
sangat panas ..."
Aku tidak tahu berapa kali aku mengucapkan kalimat musim panas ini. Meskipun begitu, apa boleh buat? sesuatu yang panas akan tetap menjadi seperti itu.
Meskipun terasa
semakin panas hanya dengan mengatakannya, tapi kami masih terus melakukannya.
Hanya mengeluh di dalam dirimu tanpa henti hanya akan meningkatkan stres yang terpendam. Satu-satunya yang sangat senang dengan panas
yang luar biasa ini mungkin adalah jangkrik.
Omong-omong,
kali ini aku akhirnya diseret ke acara yang jarang terjadi. Meskipun aku bilang
acara, hanya dengan mengetahui rinciannya, hal itu mungkin akan menimbulkan perasaan antagonisme yang kuat kepada murid laki-laki, mungkin. Namun, ada juga
masalah yang terlibat. Baiklah, ayo kita mulai dari awal.
Tidak jauh dari
asrama, ada pepohonan yang berjajar di kedua sisi jalan menuju ke sekolah. Jika
kau pergi ke jalan yang kurang mulus, kau bisa sampai di tempat peristirahatan. Saat ini, aku berdiri di sana. Ada
beberapa bangku dan mesin penjual yang terpasang. Pemandangan dari tempat ini
juga bagus. Tidak heran jika di awal musim semi akan ada arus murid yang tiada
henti-hentinya di sini. Ini adalah tempat yang sempurna untuk
sedikit istirahat atau melakukan beberapa pembicaraan yang tidak
berarti. Namun, saat ini suasananya sedang sepi, tanpa ada yang bisa terlihat.
Bisa dikatakan itu terjadi karena panas. Itu adalah musim yang
jarang bagi murid. Itulah sebabnya kenapa tempat ini
menjadi tempat yang paling
cocok untuk mengadakan pertemuan rahasia.
"Maaf
menunggu."
Duduk di
bangku, orang yang aku tunggu sedang berjalan dari arah asrama. Memblokir
matahari yang terik dengan tangannya, dia melihat ke langit.
"Panas sekali…"
Meninggalkan
kesan yang sama seperti yang aku miliki, murid Kelas D, Karuizawa Kei duduk di
sampingku. Kepang Kudanya yang panjang bergoyang.
Pakaiannya adalah celana jins yang luar biasa dan kemeja sederhana. Meski
begitu, tidak terkesan jelek bahkan di akhir pekan. Dari apa yang bisa kulihat,
mereka dipilih dengan ketercocokan sehingga dia terlihat sangat menawan. Seberapa pun panasnya, fashion masih menjadi
nomor satu bagi
anak perempuan. Itu pasti sangat
sulit.
"Maaf
sudah menghabiskan waktumu dengan pertemuan mendadak ini." kataku
"Kau ini
sarkastik? Aku sudah menggunakan terlalu banyak poin untuk bersenang-senang
selama liburan musim panas, jadi aku baru saja berada di kamarku hingga aku
mendapatkan kabar darimu"
(T/N: Sarkastik adalah ungkapan sindiran yang tajam terhadap sesuatu. Biasanya diarahkan kepada seseorang karena emosi yang dialaminya.)
(T/N: Sarkastik adalah ungkapan sindiran yang tajam terhadap sesuatu. Biasanya diarahkan kepada seseorang karena emosi yang dialaminya.)
"Apa kau
punya rencana besok?"
"Kau tidak
bisa melakukan apa pun tanpa uang, kan? Mungkin aku akan tidur saja?"
Musim panas
miliknya pasti sudah sangat memanjakan diri sendiri.
"Kau pasti akan mendapatkan banyak poin bulan depan, kan? dan juga hasil dari ujian itu."
Selama ujian
yang berlangsung di kapal itu, Karuizawa, yang terpilih sebagai Target, bekerja
sama denganku dan berhasil menyembunyikan identitasnya sampai akhir. Dia akan
mendapatkan 500.000 poin sebagai hadiah di awal bulan September untuk itu.
"Yah itu benar, itulah kenapa aku sudah membeli semua pakaian dan
asesoris yang aku inginkan. Tapi, apa ini tidak berlebihan karena sudah menghabiskan semua poin seperti itu? Bukankah lebih baik menyelamatkan beberapa orang?"
"Apa kau punya kontrol diri yang cukup?"
Pertanyaanku
sedikit menyinggung. Dia mengelembungkan pipinya lalu melotot kepadaku.
"Itu...
tidak mudah. Pada akhirnya aku menghabiskan mereka semua. Mereka hanya bertahan kurang dari satu minggu,
mungkin."
Karuizawa
mengangkat tangannya, menghitung-hitung semua yang dia inginkan dengan jarinya.
Semua jari-jarinya terlipat dalam waktu yang singkat. Berapa banyak barang yang dia
inginkan lagi?
"Bukan berarti aku sama sekali tidak berpikir ulang, bahkan aku tahu betapa
berharganya poin pribadi. Sistem sekolah sedikit aneh. Kau menerima banyak poin selama ujian khusus. Yang lain malah bingung dengan
hal itu. "
Aku mengerti. Sepertinya kecurigaan tersebut akhirnya menyebar di kalangan murid
reguler. Jika kau menerima sejumlah besar uang, tentu saja kau akan menjadi waspada. Menanyakan
diri sendiri tentang kenapa sekolah akan melakukan ini. Kemudian mereka akan
mengerti. Poin-poin ini tidak hanya digunakan untuk memenuhi keinginan atau
keuntungan pribadi seseorang saja.
"Yeah,
tiba-tiba mengeluarkan uang 1-2 juta poin." kataku
"Itu
benar. Apa tidak masalah menyerahkan begitu
banyak uang kepada murid SMA. Itu jelas tidak normal."
Sebagian besar
poin mungkin perlu untuk "bertahan" di sekolah ini. Setelah menyadari
hal ini, Karuizawa menjadi ragu apakah akan terus menghabiskannya mulai dari sekarang. Ini hanyalah sebuah contoh, tapi jika kau
berada dalam situasi di mana kau akan dikeluarkan, mungkin ada kesempatan
tersirat bahwa orang-orang dapat menggunakan poin pribadi tersebut untuk
membatalkannya. Setelah ini, memiliki beberapa juta poin sebagai hadiah tidak
boleh diremehkan.
"Tidak ada
gunanya memikirkan hal ini, berpikir terlalu jauh ke depan dan lupa memuaskan
hasrat seseorang juga tidak bagus. Sudah
cukup jika kau
menghemat 10-20% dari jumlah bulananmu"
Sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara keinginan dan hal
yang lain yang akan kau selesaikan. Khususnya
bagi Karuizawa yang
sudah menghabiskan poinnya dengan leluarsa hingga sekarang. Hasrat berbelanjanya yang mendadak menjadi sangat parah, aku
mengkritiknya.
Ada juga fakta
jika seandainya kehidupan kesehariannya tiba-tiba berubah, lingkungannya
mungkin juga akan terpengaruh. Jika seorang gadis yang boros mulai hidup hemat,
kelasnya akan curiga. Dia mungkin memiliki hubungan denganku, tapi masih
terlalu cepat untuk memberi tahu orang lain.
"Kalau
begitu, ada satu hal yang kuinginkan darimu." kataku
"... kau
tidak meminta maaf kepada seseorang yang kau panggil di hari yang panas
ini?”
"Apa itu
tidak boleh?"
Aku memberinya
botol plastik dengan teh yang baru saja aku beli, tapi belum diminum. Dia menjadi sedikit ragu, tapi akhirnya dia merasa enggan.
"Itu hangat..."
"Yah, Kita harus berterima
kasih kepada maraharinya."
Sepertiya daerah yang paling terkena dampaknya sudah tercatat berada di atas suhu 40 derajat. Aku mulai berkeringat hanya karena mendengar
angka itu. Haus, Karuizawa yang tidak senang
membuka botolnya.
"Ugh, dasar pecundang."
"Pecundang?
aku yakin teh tidak termasuk lotere"
"Lawakan
yang garing, tau? Maksudku membuka tutupnya sangat sulit"
Aku mengerti… tentu saja itu bukan kesalahpahaman yang menyenangkan. Sambil
mengulurkan tangan, aku mengambil botol itu dan memutar tutupnya sedikit, lalu
mengembalikan botol kembali kepadanya.
"Terima
kasih."
Setelah
kejadian di atas kapal, jarak antara aku dan Karuizawa sudah semakin dekat.
Jika tidak, ini adalah pembicaraan yang tidak akan pernah terjadi. Kejadian sebelum ini pasti membuat
dia merasa tidak puas dan tidak percaya kepadaku, tapi dia tidak menunjukkan banyak
hal. Dia terbiasa mengendalikan dirinya sendiri. Itu berarti dia melakukan
apapun yang dia bisa untuk melindungi dirinya sendiri tanpa memperdulikan apa pun dan beradaptasi dengan lingkungannya.
"Besok
adalah hari terakhir liburan musim panas. Seorang temanku ingin menciptakan
kenangan di musim panas, jadi aku diundang." aku memberi tahunya
"Apa yang
kau maksud dengan kenangan musim panas? Sekolah ini tidak memiliki kembang api,
festival atau apapun, kan?"
"Paling
tidak mereka memiliki kolam renang. Klub renang biasanya memiliki hak istimewa
untuk menggunakannya, tapi itu sudah
tidak berlaku untuk hari ini, kau tau?”
Itu adalah
kolam yang lebih besar daripada yang digunakan selama pelajaran sekolah. Selama
tiga hari terakhir musim panas, selama tiga hari terakhir liburan, kolam renang itu sudah berubah menjadi kolam komunitas yang bisa digunakan
oleh semua orang. Setelah hari pertama di mana kerumunan murid
bergegas menuju kolam renang, memasukinya
sudah diatur. Selama tiga
hari ini, kau hanya bisa masuk sekali. Dua hari pertama sudah berakhir,
namun masih ramai sampai hari ini.
"Ah,
setelah kau menyebutkannya, aku tidak tertarik untuk berenang."
Karuizawa
terus-menerus berpura-pura sakit saat pelajaran berenang. Meskipun sekolah
menggunakan sistem berbasis poin yang membuat kelas bekerja dengan keras,
mereka tidak tega melihat masalah kesehatan murid, terutama masalah anak
perempuan yang tidak jelas. Jadi gadis-gadis itu terus-menerus
menolak
pelajaran, kecuali Karuizawa yang selalu absen.
Alasan mereka
untuk tidak berenang pun beragam. Merasa sakit, tidak ingin orang lain tahu
bahwa seseorang tidak bisa berenang, benci berenang, tidak mau menunjukkan
kulit mereka kepada lawan jenis, gaya renang yang aneh, dan kebanyakan dari
mereka menggunakan alasan semacam ini. Namun, bagi Karuizawa, alasannya
berbeda.
Dengan
memikirkan masalah ini, dia menghadap ke arah lain sambil meminum tehnya. Dia
sudah diintimidasi dengan kejam oleh murid dari kelas lain yang sebelumnya dan menerima memar di tubuhnya. Memar masih
terasa sakit dari
waktu ke waktu. Jika terlihat, pasti dia akan mendapat banyak perhatian.
"Apa kau suka berenang?" aku bertanya.
"Hmm- ... menurutku aku tidak membencinya, aku belum pernah berenang selama bertahun-tahun jadi mungkin aku sudah lupa bagaimana
caranya."
Dia samar-samar
menanggapi. Tapi aku bisa melihat bahwa ini bukan perasaan yang sebenarnya.
"Jadi,
kalian para laki-laki ingin membuat beberapa perayaan di
kolam renang? Hanya untuk melihat beberapa erotisme?"
(T/N: Erotisma atau dorongan seksual)
Aku tidak bisa
menyangkal hal itu. Tidak, aku pikir sebenarnya
itu adalah seluruh alasannya.
"Jadi, apa
hubungannya denganku?" dia bertanya.
"Sebelum
itu - aku ingin bertanya kepadamu, apa sekolah benar-benar tidak tahu tentangmu
yang dibuli?"
"Apa?"
Karuizawa yang
sekarang sangat tidak biasa menunjukkan wajah yang meragukan. Menghadapiku, dia
mulai melotot kepadaku. Aku balas menatapnya kembali.
"kau tahu
jika aku tidak terlalu menyukai topik itu?"
"Aku tidak
menanyakannya tanpa alasan. Aku bertanya karena ini menyangkut topik
kita yang selanjutnya."
"Tapi…"
Ini pasti topik
yang berat baginya. Tidak akan mudah membuatnya mengerti, tapi sebelum aku
sempat meyakinkannya, sepertinya dia sudah menerimanya.
"Baiklah,
aku akan mempercayaimu. Lagipula, kau pasti punya beberapa alasan."
Sepertinya dia
sudah melakukan yang terbaik, mencerna keantagonismean.
"Kebenaran
di masa laluku terganggu. Jika aku harus memilih di antara
mereka yang tau atau tidak, aku tidak berpikir mereka sudah mengetahuinya.
Mereka mungkin tahu tentang ketidakhadiranku atau banyak beristirahat selama SMP, tapi mereka mungkin hanya menganggap bahwa aku sedang sakit atau halangan? Ah, dan bukannya dibuli, mereka mungkin lebih percaya karena aku ini bodoh.
Jadi, mungkin itulah kenapa aku ditempatkan di Kelas D. "
Sebuah jawaban
dipenuhi oleh celaan diri. Alasan kenapa bisa
ada di Kelas D seharusnya seperti itu, pikirku. Efek kesan buruk karena absen dan
rendahnya nilai akademisi. Sikap arogannya di SMA adalah karena dia ingin
melepaskan diri dari intimidasi. Aku tidak berpikir diintimidasi adalah
alasan dia berada di Kelas D.
"Meskipun
sekolah mungkin menyelidiki khasus intimidasi
itu, ku pikir mereka tidak akan menemukan apa pun."
"Bahkan
kau harus menyadari bahwa dunia ini sangat busuk, kan?"
"Benar…"
"Aku
memang sudah diintimidasi dan menderita selama bertahun-tahun aku sudah meminta
bantuan dari guru dan teman sekelasku, namun hanya menimbulkan lebih banyak
penderitaan untukku.... Tidak ada yang membantuku dari kenyataan yang
menghancurkan. Jauh dari itu, bulian semakin memburuk. "
Bulian itu
berakar kokoh. Hal ini memiliki kecenderungan yang kuat agar terjatuh ke dalam lingkaran setan. Banyak
orang menyaksikan berita tersebut, merasa tidak enak dan pastinya sudah
menyadari bahwa intimidasi tidak memiliki solusi yang mudah. Bahkan jika sebuah
gelombang ditarik kembali, gelombang besar lainnya akan datang, menyerang
korban lagi.
"Tidak
peduli seberapa lelahnya aku, sekolah tidak akan mudah mengenali intimidasi
sehingga mereka bahkan tidak berusaha untuk membantu. Paling-paling mereka hanya memperingatkan para pembuli begitu saja, sehingga
bullying bertambah parah, kau tahu?"
Itu adalah
topik yang menyusahkan. Kenapa kau mengadu ke sekolah? apa yang kau
rencanakan? mereka akan berbicara dan menghukummu dengan keras.
Bahkan jika
sekolah tersebut mengakui intimidasi, biasanya, dalam banyak kasus, akan
ditangani secara diam-diam. Sekolah tidak menginginkan reputasi buruk karena
memiliki masalah intimidasi. Ada beberapa kasus di mana beberapa sekolah yang
keras kepala tidak mengakui fakta tersebut bahkan setelah korban yang
diintimidasi meninggalkan catatan bunuh diri dan mengakhiri hidup mereka.
Tapi yang lebih
sulit lagi adalah ketika tidak ada penyelesaian bahkan setelah kematian. Orang-orang akan mengejek mereka, menertawakan mereka dan bahkan
menyebarkan cerita tentang mereka seolah-olah itu adalah kisah heroik di
jejaring sosial. Itu adalah masa ketakutan dimana kau terus diintimidasi bahkan
setelah kematian.
"Teman
sekelasku yang baik menjawab bahwa mereka tidak tahu tentang intimidasi,
sekolah, pembuli atau aku. Ini adalah jawaban terpaksa mereka, tidak peduli sebetapa tidak adilnya kenyataan itu."
Begitulah, dia
berakhir seolah berbicara tentang orang lain. Bagi Karuizawa Kei, ini adalah
masa lalu yang tidak mampu dia ubah dan masa lalunya tidak akan pernah berubah.
Sebenarnya, sekolah ini mungkin sudah menyelidiki secara menyeluruh, kemudian
menyimpulkan bahwa dia sembrono, lamban dan bodoh.
Bukan hanya lingkungan, tapi juga sekolahnya, sama seperti cerita mereka, semua itu tidak akan pernah terungkap. Jika memang seperti itu, kebenaran mungkin tidak akan pernah menang di atas kebohongan.
Bukan hanya lingkungan, tapi juga sekolahnya, sama seperti cerita mereka, semua itu tidak akan pernah terungkap. Jika memang seperti itu, kebenaran mungkin tidak akan pernah menang di atas kebohongan.
"Tapi
tetap saja aku bersyukur, kepada orang-orang yang membuliku dan sekolah yang
menyembunyikan fakta itu."
Tidak aneh jika
dia memikirkan masa lalu yang kejam dan
menangis, tapi dia
melihat ke masa depan dan melanjutkan.
"Semua
orang di sini tidak tahu siapa aku, karena itulah aku bisa menemukan hal yang
baru, itu mungkin tidak akan terjadi jika mereka tahu."
Memutar balikkan keadaan buruknya sendiri dengan mendapatkan
Hirata yang populer.
"Karuizawa,
aku sangat ingin memujimu, tapi ada hal lain yang harus aku beri tahu terlebih
dahulu. Membantu mengintimidasi orang lain sekarang dilarang."
"Ha? Kau menuduhku membuli seseorang?"
"Menjadi
keras kepala itu bagus-bagus saja, tapi bukankah kau menargetkan
Sakura akhir-akhir ini? Sudah jelas dia bukan tipe perempuan yang akan
menggertakmu. Meski kau melakukannya untuk mencegahmu menjadi korban, tapi jangan bergabung dengan mereka."
Aku mengingatkannya. Tidak masalah apa pun yang dimilikinya, ada sesuatu yang bisa dan tidak bisa dia setujui.
Aku mengingatkannya. Tidak masalah apa pun yang dimilikinya, ada sesuatu yang bisa dan tidak bisa dia setujui.
"Sakura-san, huh? Kau mau membantunya karena dia sangat dekat denganmu?"
"Apa aku
memerlukan alasan? Kau pasti mengerti jauh lebih baik
bagaimana rasanya berada di posisi korban."
"Sama
halnya denganku, posisi ini adalah garis hidupku. Bukan sesuatu yang bisa
sembarangan aku buang.
Aku merasa tidak
enak dengan Sakura-san, tapi yang lemah ada karena yang kuat melakukannya, terutama untuk orang-orang yang berpura-pura seperti
aku."
Jika aku akan
diintimidasi, aku akan menggertak duluan. Jika ada sesuatu yang bisa aku prediksi dari keputusannya, maka akan menjadi seperti itu.
"Ini demi
dirinya. Lagipula dia sudah banyak membantuku."
"... Hmm, kau mengakui itu dengan sangat cepat."
Ketidakpuasan
atau ketidaksenangat tidak bisa dilihat di matanya. Hanya sebuah kecemasan.
"Kata-kataku
mungkin tidak terdengar sangat meyakinkan untukmu tapi ... baiklah, aku akan berhati-hati
mulai sekarang, apa itu cukup?"
"Aku
senang kau mengerti. Selain itu, kau sudah memiliki Hirata
untuk mengamankan posisimu. Kau tidak akan terancam untuk saat ini."
"Memang
benar jika aku sudah terlalu berlebihan."
Selama dia bisa
melihat dirinya secara obyektif, tidak perlu khawatir.
"Tapi jika
posisiku berada dalam bahaya ..."
"Kalau
begitu aku akan membantumu. Jika perlu, aku akan membawa Hirata dan
Chabashira-sensei ke sisimu dan melenyapkan musuhmu. Ini adalah sebuah janji."
"Hmm ...
kalau begitu, ini kesepakatan."
Dia bukan tipe
orang yang akan melakukan kekerasan atau intimidasi. Dia mungkin mengatakannya,
tapi bagiku sepertinya dia bertindak untuk melindungi dirinya sendiri. Korban
bullying biasanya mengalami masa sulit untuk bersosialisasi, namun sepertinya dia
sudah mengatasi rasa sakit itu, pemilik dari mental yang kuat. Ini semua bisaku pastikan karena dia
tidak akan menyerah pada ancamanku saat itu.
"Entah
kenapa…?"
"Ada apa?"
"Tidak,
kau tahu, aku tidak suka menggali masa laluku, membiarkan orang lain tahu juga
tidak akan, tapi tetap saja, akhirnya aku memberitahumu. Terlalu mudah
sampai mengejutkanku."
Sepertinya itu
adalah misteri untuknya. Tentu itu juga berlaku untukku.
"Bolehkah
aku bertanya sesuatu kepadamu? Apa ini
adalah dirimu yang sebenarnya?"
Karuizawa
bertanya dengan hati-hati, menjadi satu-satunya orang di kelas kami yang pernah
melihat kedua sisiku. Tapi yang dia tanyakan adalah hal yang sangat sulit
untukku jawab. Aku menyilangkan tangan untuk bertanya-tanya bagaimana caraku menanggapi itu.
"Menurutku
aku selalu seperti ini."
"Kau
sangat berbeda!"
Itu benar, tapi
itu tidak terlalu salah juga. Ini sedikit berbeda dengan
memalsukan kepribadian.
"Hanya
untuk referensi, apa perbedaan antara aku yang biasanya dengan keadaanku yang sekarang?"
"Kau
biasanya sedikit suram, kelam dan tipe orang yang tidak akan berbicara, tapi sekarang kau sangat tegas dan to
the poin. Kau benar-benar berbeda sejak
keduanya saling berlawanan. Caramu berbicara juga berbeda. Apa yang membuatmu
berubah?”
"Sepertinya ... bukankah itu lebih seperti bagaimana orang-orang menjadi berbeda saat ada orang
lain di sekitarnya?"
Jika aku harus
memilih jawaban yang paling cocok, maka inilah. Tapi masih terasa seperti sudah
melewatkan sesuatu. Aku, sebagai manusia, sejujurnya "baru saja
lahir". Kepribadianku yang mulai terbentuk sejak pendaftaranku di sekolah,
ternyata masih belum kuat. Butuh waktu untuk memperkuat itu sendiri, terutama tentang bagaimana cara berhubungan dengan orang-orang. Aku masih belum tahu cara yang tepat untuk
mengekspresikan diri.
"Bagaimanapun,
aku berencana menjadi diriku yang seperti biasanya."
"Aku
bertanya karena kau tidak terlihat seperti dirimu.”
Karuizawa
menyipitkan matanya, cemberut dan bibirnya terlihat tidak puas.
"Bagaimanapun,
kembali ke topik. Kau bisa melihatku mulai sekarang dan menyaksikannya sendiri jenis manusia apa aku ini."
"Rasanya
seperti kau sedang menghindari pertanyaan, tapi yah ... memangnya kenapa dengan kolam itu?"
"Besok,
kami berempat, aku, Ike, Yamauchi, Sudou dan Horikita, Sakura, Kushida
berencana untuk pergi."
"Kombinasi
yang sangat aneh, aku tidak bisa membayangkan Horikita dan Sakura ikut bergabung. Kau yang
ikut pasti ada sesuatu di sana, tapi aku tetap tidak bisa menebaknya. Mereka
pasti akan mengintip, kan? Aku prihatin”
Para gadis biasanya tidak akan pernah datang bahkan jika diajak,
itu sudah jelas. Itu memang faktor yang merepotkan. Tidak heran jika dia merasa ada yang tidak beres.
"Bagaimanapun,
aku ingin kau datang ke kolam renang dan bergabung dengan mereka."
"Ha !? apa
kau serius !?"
Dia tidak
memiliki hubungan dengan kelompok itu ... tidak, bergabung dengan mereka akan
sangat tidak masuk akal karena hubungannya yang buruk diantara mereka.
" Kau bisa menggantinya di asrama dan memakai sesuatu untuk melapisinya. Ini akan sedikit tidak menyenangkan, tapi kau bisa
kembali dengan cara yang sama."
"Tidak,
bukan itu masalahnya, itu benar-benar tidak menyenangkan, tau?"
"Aku bisa
saja kasihan kepadamu, tapi apa kau benar-benar punya hak untuk menolak?"
"Wow, kau
yang terburuk-"
"Tidak
peduli apa yang kau katakan, itu sudah diatur seperti
batu. Aku akan menyuruhmu bertindak seperti yang diinstruksikan."
Setelah
menyelesaikan apa yang harus aku katakan, aku mengambil catatan tulisan tangan
dan memberikannya secara paksa.
"Aku akan
memberikan beberapa pertimbangan." kataku
"Menunjukkan
beberapa pertimbangan, ada apa dengan itu? aku akan dibatasi sepanjang
hari, bukan? Pada hari terakhir di musim panas!"
"Bukankah
kau bilang kau akan tidur saja di kamarmu tadi? Aku
tidak melihat sebuah masalah disini”
Dia sendiri yang mengatakannya, jadi
tidak akan bisa mengelak.
"Aku ingin
kau bergabung, tapi aku tidak memintamu untuk menemani mereka."
Tidak mengerti
arti dari apa yang aku katakan, dia membaca catatan dengan seksama.
"Apa
bedanya…?"
"Itu-"
Aku tidak bisa menjelaskan secara rinci kenapa aku memanggilnya sejak awal. Karuizawa, setelah mendengarkan aku sampai akhir ini
terlihat sakit kepala, memeluk kepalanya di tangannya.
"Ada apa?
kau sakit kepala?"
"Tentu saja itu menyakitkan, kenapa, setelah mereka- tidak, tidak ada. tidak penting bahkan jika aku bertanya."
"Tentu saja itu menyakitkan, kenapa, setelah mereka- tidak, tidak ada. tidak penting bahkan jika aku bertanya."
Dia terlihat
menyiratkan bahwa tidak ada gunanya bertanya.
"Kenapa
kau tidak meminta kepada Horikita-san? Bukankah
kalian dekat?"
"Aku tidak
bisa meminta kepadanya, dia tidak tahu jika aku bekerja di belakang layar"
"Eh,
kenapa?"
Itu adalah
respons yang alami. Meski menjelaskannya sedikit
sulit. Sudah jelas, jawaban yang benar adalah untuk menjauhi kemudian memanfatkan. Bagaimanapun, kepadanya, aku
memutuskan untuk mengambil satu langkah lebih jauh dari hubungan kami
"Fakta
bahwa aku berhubungan denganmu di kapal disebabkan oleh aku yang bertindak seorang
diri sepanjang
waktu, termasuk saat ini. Alasan kenapa aku tidak bisa memberi
tahu Horikita adalah karena aku belum mampu sungguh-sunggu mempercayainya.”
Aku
menceritakan semuanya dengan jelas tanpa kebohongan.
"Eh, kau
tidak mempercayainya meski sudah menghabiskan banyak waktu bersama-sama? Itu aneh."
"Itu
karena dia adalah sampul yang bagus untukku. Dia itu
orang yang berdiri
sendiri."
"Jadi kau
hanya menggunakan dia?"
"Itu bukan
istilah yang tepat, tapi mungkin cocok untuk situasi ini."
"Hmm? aku tidak mengerti tapi ... Bisakah kau berhenti dengan nuansa halusmu?"
Dia keberatan
sambil tersenyum, menunjukkan giginya yang putih.
"... Tapi
rencananya sudah berhasil sampai sekarang, aku selalu mengira bahwa Horikita-san adalah orang yang merencanakan dan
menjalankannya, ngomong-nomong kau ini siapa
sebenarnya?"
Aku berasumsi,
baginya, keberadaanku adalah sebuah misteri.
"Oh, lebih
bisa dipercaya daripada Horikita bukan hal yang buruk."
Itu benar. Itu tidak salah. Karuizawa memiliki sesuatu yang tidak
dimiliki Horikita, karena itulah aku bisa memberitahunya, tapi bukan ini yang terakhir.
"Aku hanya
harus mengikuti perintahmu, kan?"
"Benar,
setelah masalah ini diselesaikan, untuk acara ini, bisakah aku memintamu
menemaniku sebentar? Kita harus mengatur beberapa hal terlebih dahulu."
"Aku tidak
punya hak untuk menolak, kan? Roger."
Menyiratkan
bahwa dia menginginkan hal itu dilakukan secepat mungkin, dia berdiri dan
membersihkan kotoran dari bokongnya. Aku tidak ingin menyia-nyiakan waktu, jadi
kami menuju fasilitas kolam renang bersama-sama.
***
Pada malam
sebelum pertemuanku dengan Karuizawa. Sambil menikmati liburan musim panas
terakhir di kamarku sendiri, Ike, yang mewakili trio idiot, memulai grup chat seperti biasanya.
"Kalian mau liburan musim panas, masa muda kita, berakhir seperti
ini?"
Di satu sisi, ini sangat dalam. Di sisi lain, itu dibuat tanpa ada
pemikiran yang dimasukkan ke dalamnya. Ike kemudian melanjutkan sebelum ada
yang bisa kami balas.
"Kalian mau liburan musim panas yang penting, satu tahun masa
muda kita, berakhir seperti ini?"
Sekali lagi,
tapi kalimat itu berbeda.
"Tidak,
sama sekali tidak!"
Seakan menggemakan
pernyataan ini, Yamauchi menunjukkan persetujuannya. Setelah mengalami cinta
yang tak berbalas, awal yang baru sangat penting baginya.
"Aku juga, kembalikan masa mudaku!"
"Aku juga, kembalikan masa mudaku!"
yang bergabung
dengan pendapat serentak mereka itu adalah Sudou. Meski klub basket berjalan
dengan lancar baginya, dia juga ingin mengalami sebuah
cinta.
"Berdirilah!
Para pemuda tidak akan mendatangi mereka yang menunggu!"
Menungguku ikut setuju, tapi bagaimana cara
kalian bisa
mendapatkannya?
"Kalian
punya ide?"
Dia mungkin sedang menunggu seseorang untuk bertanya. Segera setelah itu, sebuah pesan yang panjang muncul.
"Tentu saja! Kolam renang terbuka untuk semua orang untuk waktu yang terbatas saat ini, eh? Kita akan mengundang gadis-gadis cantik dan berenang! Milikku adalah Kikyou, kan? Dan Haruki adalah Sakura? Dan juga Sudou adalah Horikita!"
Dia mungkin sedang menunggu seseorang untuk bertanya. Segera setelah itu, sebuah pesan yang panjang muncul.
"Tentu saja! Kolam renang terbuka untuk semua orang untuk waktu yang terbatas saat ini, eh? Kita akan mengundang gadis-gadis cantik dan berenang! Milikku adalah Kikyou, kan? Dan Haruki adalah Sakura? Dan juga Sudou adalah Horikita!"
Membuka luka
Yamauchi, Ike menyebutkan nama beberapa gadis dari kelas kami.
"Mungkinpun begitu. Jika Suzune pergi aku juga akan pergi, tapi apa kau benar-benar
berpikir dia akan ikut?"
"Serahkan
itu kepada Ayanokouji-sensei! benarkan?"
Enak saja! Padahal aku tidak bisa mengatakan itu dengan mudah.
"Kau akan melakukan sesuatu, kan? kau adalah temanku, benar kan?"
Kalimat tak bermatrai, namun sebagai gantinya ditanda tangani oleh Sudou. Baru di saat-saat seperti inilah mereka menggunakan kata "teman". Sangat manis.
Enak saja! Padahal aku tidak bisa mengatakan itu dengan mudah.
"Kau akan melakukan sesuatu, kan? kau adalah temanku, benar kan?"
Kalimat tak bermatrai, namun sebagai gantinya ditanda tangani oleh Sudou. Baru di saat-saat seperti inilah mereka menggunakan kata "teman". Sangat manis.
“Aku pikir aku bisa mencobanya. Jangan terlalu
berharap.”
Setelah
menjawab, aku berhenti chatingan dan mencoba menelepon Horikita. Alasan aku
mengabulkan permintaannya adalah karena beberapa bagian dariku juga ingin
mengajaknya. Karena reputasinya di kelas sudah mulai meningkat, aku bisa
mengharapkan hasil yang bagus dari ini.
"Apa yang
kau inginkan?"
"Apa aku tidak boleh menelepon tanpa alasan?"
"Aku akan menutup teleponnya."
"Tunggu,
aku punya sesuatu. Sebenarnya, beberapa teman
sedang berbicara
tentang pergi ke kolam renang besok. Kemudian
mereka menyuruhku
untuk mengajakmu karena kau hanya membaca dan bersembunyi di kamarmu
setiap hari."
"Temanmu?
maksudmu trio idiot itu? Aku tidak mau bergabung dengan mereka."
Sebuatan yang sangat nostalgia…
"Aku
menolak"
"Apa kau
akan datang jika hanya kita berdua?"
"itu sama saja."
Tentu saja akan-
Tapi kali ini,
aku punya cara lain.
"Botol air"
Aku merasakan sikap dan aura sudah berubah dari seberang saluran telepon
karena mendengar kata-kata sederhana ini.
"Kata
botol air sudah ada di pikiranku akhir-akhir ini, kau tahu."
"… Apa
maksudmu?"
Tidak masalah
jika dia melakukan seperti yang dikatakan, tapi dia sedang pura-pura tidak tahu
apa-apa.
"Merasa
terjebak di dalam botol air , atau sejenis, mengingatkan?"
"Kepribadianmu keluar melalui cara berbicaramu yang tidak menyenangkan."
Menyadari apa
yang coba aku katakan kepadanya, dia terlihat lebih tidak suka dari biasanya.
"Aku akan lebih senang jika kau lebih jujur."
"Jadi di
mana dan kapan waktunya besok?"
Horikita
memiliki sesuatu yang harus dia lindungi. Aku berasumsi dia tidak akan
membiarkan ada yang tahu insiden botol air itu. Untuk alasan ini, dia bahkan
rela pergi ke kolam renang.
"Setengah delapan pagi di dekat lobi, kita akan berpencar sorenya."
"Aku
mengerti, tapi aku tidak akan memaafkanmu jika kau menggunakannya lagi."
"B-baiklah"
Aku tidak memiliki niat untuk menggunakan alasan itu untuk melawan dia yang
kedua maupun yang ketiga kalinya. Daripada menggunakan itu untuk memerasnya, akan
lebih mirip seperti mengucapkan terima kasih atas bantuanku selama kejadian
botol air. Aku percaya dia juga mengerti hal itu.
“Aku mengajaknya”
“Kerja bagus
Ayanokouji! kau berhasil menghindari Suplex Jerman di atas tanah beton!"
(T/N: Suplex biasanya digunakan di dalam olahraga tinju.
Memeluk lawan dari belakang dan membantingnya ke belakang)
... Sepertinya
hidupku dalam bahaya.
“Ajak dia
untukku Ayanokouji! Aku mohon padamu!
Seharusnya dia sudah ditolak kemarin, tapi dia masih mengirim pesan teks seperti itu. Segera setelahnya, personal chat dari Yamauchi muncul.
“Aku harus merahasiakan penolakanku! Tolonglah aku!”
Itu adalah
tulisan yang disampaikan oleh pihak lain melalui pesan yang menyedihkan.
Sepertinya dia masih ingin terlihat jatuh cinta kepada Sakura. Tentu saja, jika dia
bergabung, anak laki-laki itu pasti akan senang. Tapi dia bukan perempuan yang
bisa ikut bergabung dengan mudah. Dia jujur, tapi
dia tidak bergabung dengan kelompok Karuizawa saat pelajaran berenang.
Payudaranya yang lebih besar dari orang lain, mencuri perhatian dari jenis kelamin yang sama, bahkan jenis kelamin yang lainnya juga. Kemudian, pasti sangat
sulit berteman dengan laki-laki yang baru saja ditolaknya. Terlepas
dari apakah dia mau pergi atau tidak, setidaknya aku bisa menelfonnya.
----
Dalam sekejap mata, hari yang dijanjikan tiba. Awal dari acara terakhir di liburan musim panas, waktu yang
dijanjikan adalah 8:30. Saat turun ke lobi, sebagian besar anggota sudah
berkumpul.
"Kau
hampir tidak tepat waktu, huh"
"Masih ada
sekitar ...... 10 detik sampai waktu yang dijanjikan"
"Lift
dalam keadaan macet dan karena itulah kau terlambat, bukan?"
Meskipun aku
tidak terlambat, Aku diselidiki secara menyeluruh seperti itu oleh Horikita.
Mungkin inilah reaksi dari ajakan yang dipaksakan. Selain itu, mungkin dia merasa bahwa
atmosfer dari tempat ini adalah atmosfer yang merepotkan. Apa boleh
buat, karena bersama Kushida dan Sakura, Ike dan Yamauchi, hampir tidak
ada orang yang bisa dia ajak berbicara.
"S-selamat
pagi, Ayanokouji-kun"
"Selamat
pagi, Sakura"
Sementara
sedikit terlihat takut, Sakura mengintip ke arahku saat menyapaku. Ke arah
Sakura, Yamauchi terlihat tidak memperhatikannya tapi sepertinya
dia khawatir tentangnya tanpa disadari.
Sakura pun
merasa sedikit tidak nyaman di suatu tempat entah
dimana.
Aku akan mencatat ini untuk referensi, tapi pengakuan tidak hanya menimbulkan
sesuatu yang bahagia. Sesuatu yang mengganggu juga ikut bersamaan setelahnya.
"Dimana
Sudou?"
"Karena itu adalah dia yang sedang kita bicarakan, mungkin Sudou tertidur” Kata Horikita.
"Karena itu adalah dia yang sedang kita bicarakan, mungkin Sudou tertidur” Kata Horikita.
Meskipun waktu untuk berkumpul sudah tiba dan lewat, tidak ada
tanda-tanda Sudou akan muncul. Karena dia bekerja keras di
aktivitas klubnya sampai kemarin, dia mungkin sudah kelelahan. Karena tidak ada
yang berusaha menghubungi Sudou, aku melakukannya.
"Tidak
berhasil, teleponnya tidak diangkat"
Aku mencoba
meneleponnya, tapi meski telepon terus berdering, aku bahkan tidak bisa sampai
ke penjawab. Aku mengakhiri panggilan dan menginformasikan ke sekelilingku tentang hal itu.
"Apa yang
orang itu lakukan? Sudah jam 8.30! Jika dia tidak cepat, kita tidak akan
menjadi yang pertama!"
Ike menjadi jengkel. Sambil gelisah, menatap lift. Tapi lift
tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan.
"B-baiklah,
aku akan membangunkannya"
Yamauchi yang
merasa tidak nyaman dengan keheningan yang canggung di antara dia dan Sakura,
mengatakan hal tersebut saat dia menaiki lift. Pada saat itu juga, aku bisa
merasakan suasana berat yang tak terlihat mulai memudar.
"Apa ada
sesuatu yang terjadi dengan dia?"
Sepertinya Horikita juga memperhatikan perubahan Yamauchi dan
menanyakannya dengan suara yang keras. Aku mengacak-acak rambutku sambil
berpikir tentang bagaimana aku menjawabnya.
"Ada banyak yang terjadi"
Pada akhirnya,
aku berhenti bicara. Baik Yamauchi maupun Sakura pasti tidak akan senang jika
cerita ini menyebar.
"Hmmm...?
Kalau tidak salah ... Horikita-san dan yang lainnya,
selamat pagi..."
Saat kami di lobi
dan menunggu Sudou, Ichinose dan tiga teman perempuannya turun.
Handuk mandi
bisa terlihat mengintip keluar dari kantong plastik yang tidak biasa dan
berwarna-warni yang mereka pegang di tangan mereka.
"Jangan-jangan
kalian juga akan menuju ke kolam renang?"
"Begitulah”
Hal terakhir
yang di lihat di akhir liburan musim panas adalah pergi dan bermain di kolam
renang. Bahkan jika semangat kami tumpang tindih, itu tidaklah aneh.
"Karena
kita semua ada di sini, ayo kita semua bermain bersama. Bagaimana?"
"Tentu
saja. Kau boleh bergabung !!!"
Ike, hampir
merasa akan terbang, melompat dari sofa dan
menyambutnya. Kali ini, sepertinya Horikita tidak memiliki niat untuk
mengatakan apapun secara khusus karena dia tidak mengucapkan sepatah kata pun.
"Hanya saja, maaf, salah satu dari kami ketiduran dan kami masih
menunggunya turun. Salah satu teman kami
sedang menjemputnya
saat ini."
"Baiklahhhhhh!"
jawab Ichinose.