Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Vol 4 Chapter 3 Part 8

Baca Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Volume 4  Chapter 3 Part 8 


Setelah aku memastikan bahwa kelompok Manabe sudah pergi, aku kembali memasuki ruangan. Karuizawa mungkin mendengar pintu terbuka, tetapi dia terus berjongkok di lantai dan menangis. Mungkin rasa takutnya yang luar biasa sudah mencegahnya untuk tidak memperhatikanku.

Jadi, ini adalah wajah yang sebenarnya dari pemimpin 'perempuan' yang egois dan pantang menyerah?

Ini semua berkat saran yang aku berikan kepada Manabe. Seragam Karuizawa dan kulit yang terpapar kurang lebih masih utuh. Jika seragamnya robek atau seseorang memotong rambutnya, akan sulit menipu orang lain. Sementara bullying sudah sering terjadi, keunikan sekolah ini adalah membuat bullying lebih sulit dilakukan.

Jika seseorang sudah menemukan sesuatu yang harus dikhawatirkan, pastinya itu adalah karena wajahnya menjadi sedikit merah oleh kekerasan fisik; Besok hari itu akan mereda.

"Karuizawa"

Aku memanggil namanya. Dia mengangkat kepalanya dan akhirnya melihatku.

"Wah, bagaimana ...?!"

Laki-laki yang tidak pernah terpikirkan akan melihatnya di sini, sudah menyaksikan hal yang tidak ingin dilihat orang lain. Dia mulai menjadi panik.

Tetapi pengalaman itu terlalu traumatis baginya untuk berhenti menangis sekaligus berpura-pura jika semuanya baik-baik saja.

Akhirnya aku akan berhenti menangis. Akhirnya aku akan tenang. 

Sebelum dia melupakan hal yang sebelumnya, keinginan kecil dan sia-sia darinya tidak akan terjadi. 


Aku diam menunggu.

Setelah beberapa saat, Karuizawa yang terisak-isak perlahan beralih ke sosok yang tenang.

Jika kau menempatkan 2 orang sendirian di daerah yang gelap dan terisolasi seperti ini, mereka tidak bisa berbuat apapun, namun mampu merasa lebih dekat secara mental. Hal ini akan bekerja bahkan jika 2 orang tersebut umumnya saling membenci. Inilah yang manusia lakukan.

"Sudah tenang?"

"...Kurang lebih..."

Karuizawa menggunakan lengan bajunya untuk menyeka matanya yang bengkak. Dia masih lumpuh dan tidak bisa bangkit kembali. Aku mengulurkan tangan untuk membantunya, tapi dia tidak menggapainya.

"Dimana Hirata ......"

"Meskipun kalian berdua akan bertemu di sini, tapi aku yakin guru sedang memanggilnya, aku bersama dia saat itu, jadi aku yang menggantikan dia."

Penjelasan ini seharusnya cukup untuk menjelaskan bagaimana semuanya berakhir seperti ini.

Untuk saat ini aku tidak perlu memberi tahu yang sebenarnya. Hal pertama yang harus di lakukan adalah membiarkan penjagaannya menurun dan membuat celah di psikisnya.

"Jadi, kenapa kau menangis?"

"Ini karena Manabe dan kelompoknya.... aku tidak akan membiarkan mereka lolos begitu saja."

Sepertinya dia mengingat apa yang baru saja terjadi kepadanya. Tubuh Karuizawa mulai bergetar. Bahkan jika dia tidak ingin menunjukkan sisi memalukan ini kepadaku, tetapi ketakutan yang menodai tubuhnya tidak begitu mudah terlepaskan.

"Jangan beritahu siapapun jika aku menangis. Jika kau melakukannya, aku tidak akan memaafkanmu"

Kelemahan Karuizawa adalah dia tidak bisa melaporkan apa yang terjadi kepadanya ke sekolah. Jika kekerasan fisik yang dilakukan Manabe dan kelompoknya kepada Karuizawa diketahui, maka sekolah tersebut ingin mengetahui alasannya. Untuk melindungi status sosialnya, dia tidak bisa membiarkan hal ini terjadi. Karena itulah sekarang dia berencana menggunakan Hirata untuk membalas gadis-gadis tersebut.

"Kau tahu, untuk membalas mereka, bahkan orang sepertimu bisa melakukannya. Pada dasarnya mereka hanyalah perempuan."

"Permintaan yang tidak masuk akal."

"Apa kau takut jika mereka akan membalasnya?" 

"Dan kau mengklaim bahwa kau adalah seorang laki-laki...??"

"Itu sudah jelas jika dilihat dari kejadian Sudou bahwa ‘membalas’ itu tidak akan menyelesaikan apapun, mata dibayar mata hanya akan menambah sebuah masalah, terlebih itu akan membuat sekolah terlibat dan memulai penyelidikan, itu bukan apa yang kau inginkan, bukan?"

"Jadi kau menyuruhku untuk melupakannya?"

Aku tahu bagaimana menjawabnya, tetapi aku memilih untuk tetap diam.

"Seperti, mereka akan setuju, tidak, pasti mereka akan terus melakukan segala macam cara kepadaku...."

Tubuh Karuizawa terus bergetar.

Itu benar, tidak ada jaminan bahwa Manabe akan berhenti dalam hal ini. Ada lebih banyak cara melarikan diri begitu kami kembali ke sekolah, tetapi Karuizawa tidak bisa terus bermain petak umpet dan mencari sisa waktunya disini.

Pada saat yang sama, teman sekelas kami akan mulai memperhatikan perubahan Karuizawa. Saat kedua belah pihak mendekat, Karuizawa tidak punya tempat untuk melarikan diri.

Karuizawa menyadari hal ini dan sekarang menjadi sangat ingin menghentikannya dan kecemasan seperti ini adalah apa yang telah aku incar selama ini.

"Akan sangat memalukan jika semuanya kembali menjadi seperti semula, aku merasa kasihan kepadamu mengenai hal ini."

"Ah ...... Apa yang kau katakan? Apa maksudmu?"

Karuizawa sedang mencoba untuk melihat seberapa banyak hal yang aku ketahui. Aku melihat kelompok Manabe mengganggunya, tetapi seharusnya aku tidak mengetahui masa lalunya. Jika aku benar-benar tidak tahu, maka masa lalunya adalah sesuatu yang harus dia sembunyikan dariku.

"Apa yang aku maksud? Tepat seperti apa kalimat tersebut. Melawan segala kesulitan, kau melarikan diri ke tempat yang terisolasi ini, dan bahkan mendeklarasikan takhta dari pemimpin kelas D. Namun kenyataan bahwa kau adalah korban bullying itu tidak berubah."

"Siapa, siapa yang kau sebut sebagai korban bullying!"

"Maksudku, Karuizawa!"

Aku meraih pergelangan tangan Karuizawa dan menyeretnya ke atas.

"Tunggu, apa yang kau lakukan!"

Aku mendorong Karuizawa ke dinding dan memaksanya menghadap ke arahku.

"Kau disiksa oleh Manabe, bukankah begitu? Mereka menarik rambutmu, menampar wajahmu, menendang payudara, pinggang, perut, dan begitulah akhirnya kau terjatuh, sedih, dipermalukan, menyedihkan, terisak-isak."

"!?"

Meski dia tidak mau bertatap muka denganku, namun dia tidak bisa kabur.

Seakan kami menelan ludah karena ini, kami saling menatap satu sama lain.

Tidak ada kisah cinta yang terlibat di sini. Apa yang kami bagikan adalah kegelapan itu sendiri.

"Sejak kecil kau sudah menjadi korban, Di SMP bullying tersebut terjadi tanpa berhenti, bukankah ini alasan kenapa kau ingin menghentikannya?"

"Apa kau mendengarnya... dari Hirata?

"Aku tidak tahu apakah aku harus memberi tahumu ini atau tidak. Hirata membayangkan dirinya sebagai teman yang dipercayai oleh semua orang. Dia akan membantumu dan dia akan membantu orang lain. Bahkan jika kau berhasil mengamankan tempatmu di kelas D dengan berpura-pura menjadi pacarnya, dia tidak akan banyak berguna untukmu di dalam situasi seperti ini. Dengan kata lain, sebagai parasit, dia bukan tuan rumah yang baik"

Karuizawa jauh lebih pintar dari penampilannya. Dia mengerti akan kenetralan Hirata, jadi pada awalnya dia tidak akan melakukan hal yang bodoh di dalam kelompok kelinci. Sayang sekali, untuk menunjukkan status sosialnya, dia berkelahi dengan Rika dan dengan perluasan kelompoknya. Ini menyebabkan dia tertuduh.

Dia tidak mungkin menunjukkan sisi lemahnya ini kepada seluruh perempuan di kelas D.

"Kenapa kau.... Apa yang memberimu hak untukmu dengan pintar menasehatiku!"

"Hakku? kau belum menyadarinya? Kau harus menyadari tempatmu. Apakah kau tahu siapa orang  yang ada di depanmu? Bukan Hirata, ini adalah aku, aku yang mengetahui tahu masa lalumu, aku tahu tentang hubungan palsu antara kau dan Hirata, aku yang tau bahwa Manabe secara fisik menyerangmu dan yang bisa kau lakukan hanyalah berteriak tanpa henti. Aku tahu semua itu."

Segalanya yang Karuizawa Kei tidak ingin orang lain ketahui. Aku, orang luar, sekarang mengetahui semuanya.

"Dengan kata lain, jika kau terlalu banyak berbicara, aku bisa saja setiap saat menyebarkan informasi ini."

Betapa kejamnya hal itu? Karuizawa harus mengetahuinya dengan baik.

"Jangan, jangan bercanda! Kau pikir kau siapa!"

"Seseorang yang tahu tentang dirimu yang sebenarnya, hanya itu, bukankah ini yang kau sayangkan?"

Saat aku mendekatinya, Karuizawa memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapanku. Aku meraih pipinya dan memaksanya kembali ke arahku. Dia sangat ingin menghindari pandanganku, tetapi kekuatan dari laki-laki terlalu kuat untuk ditolaknya. Dia memejamkan mata, mencoba untuk melarikan diri.

"Apa yang kau inginkan dariku, apa kau mengincar tubuhku?"

"Tubuhmu ya, itu bukan ide buruk."

Ujung jariku meluncur di paha Karuizawa. Kelembutan yang kurasakan hampir tidak manusiawi. Kelembutan kulitnya sangat berbeda dari apa yang aku tahu dan apa yang aku miliki.

"Tidak!!"

Dia berusaha keras untuk menjauh dariku. Aku menguatkan cengkeramanku di pipinya dan membuatnya menatap mataku.

"Jangan menolak, jika kau melakukannya aku akan menceritakan semuanya ke sekolah."

Perempuan ini, seperti kutukan, mengutuk tubuhnya menjadi kaku.

Marah, ngeri, takut, putus asa. Benar, seberapa banyak emosi yang dibawa oleh Karuizawa?

Dia harus memperhatikan bahwa saat ini aku sudah benar-benar berbeda dari kepribadian yang aku perlihatkan di dalam kehidupanku sehari-hari.

"Lebarkan kakimu."

Aku memerintahnya. Air mata Karuizawa mulai turun saat dia perlahan melebarkannya.

Bahkan jika dia tahu dia akan diperkosa di sini, dia masih ingin melindungi tempat yang dimilikinya sekarang.

Rasa sakit akibat bullyingnya sudah mulai terkendali, dan inilah buktinya.

Aku meletakkan tanganku di ikat pinggangku dan sengaja bermain dengan gesper logam. Bahkan saat itu, Karuizawa tidak melarikan diri.

Dia berusaha mati-matian untuk menerima kenyataan yang baru ini. Dia menatapku dengan mata yang kosong dan bergumam pada dirinya sendiri.

Aku benar jika Karuizawa Kei adalah alat yang bisa digunakan.

Tujuanku bukanlah tubuhnya. Aku mengancam dia untuk melihat seberapa jauh dia akan melindungi apa yang dimilikinya.

Ini adalah pertaruhan yang berisiko bagi ku untuk mengungkapkan sifatku yang sebenarnya. Jika Karuizawa melarikan diri dan melaporkanku, maka posisi kami akan benar-benar terbalik. Tetapi perempuan ini tidak bisa melakukannya.

Dia takut dengan masa lalunya lebih dari apa pun. Takut bahwa dia akan kehilangan tempat yang dimilikinya. Untuk melindungi ini dia bahkan rela menggunakan tubuhnya. Itu membuktikan seberapa banyak tempat ini sangat berarti baginya.

"Aku tidak akan tunduk kepadamu.... Aku tidak akan diintimidasi olehmu.... kau hanya memegang kelemahanku dan menggunakanku! Kau adalah bajingan yang hanya melakukan apapun yang kau inginkan dan memperkosaku!"

Karuizawa berteriak, seolah-olah dia mengeluarkan kemarahan mentahnya kepada dunia.

"Tapi tidak masalah, ini bukan pertama kalinya aku menyerah kepada kekuatan..."

Dia pura-pura tertawa. Karuizawa berbalik dan menatap mataku.

"Hahaha... Hei, apa kau tau? Jika ada kebenaran yang tidak berubah diberikan, bagaimana reaksi manusia...?"

Dia gemetar dan memeluk dirinya sendiri. Dengan senyuman kosong dan tumpul, dia jauh menatapku.

"Aku menyerah. Ya, aku sudah disiksa dan dilahap. Aku dibuat dengan mesin yang bereaksi dengan dorongan. Aku bahkan tidak bisa mengumpulkan keberanian untuk melawan. Aku tidak bisa melakukan hal yang lain. Yang bisa aku lakukan hanyalah menerimanya.”

Ketika akhirnya dia memutuskan keputusan ini, Karuizawa mengangkat roknya dan meletakkan tangannya di celana dalamnya.

Aku menggenggam pergelangan tangannya dan menahannya di dinding kapal.

"Apa yang kau terima, di mana rasa sakit yang menyiksamu?"

"Apa ...... Tentu saja semua yang aku miliki, sepatuku dilempar, laci mejaku penuh dengan bangkai binatang mati. Ketika aku pergi ke kamar kecil aku disiram dengan air yang kotor. Seragamku ditulis dengan kata-kata seperti 'pelacur'. Rambutku ditarik, ditampar, ditendang begitu banyak sehingga tidak bisa menghitungnya. Segala jenis bullying yang bisa kau bayangkan, aku pernah mengalaminya. Yang ku katakan hanya seberapa. Mereka begitu 'lemah lembut' sehingga aku bisa tertawa, jadi kenapa kau tidak mulai tertawa? Tertawalah kepadaku yang terus meludah dan diintimidasi"

Setelah mengalami semua ini, sangat mengesankan jika dia masih bisa mengumpulkan keberaniannya dan terjun ke medan perang sekali lagi.

Intinya kuat dan inilah kenapa dia masih bisa berdiri dan masuk  ke SMA ini.

Jadi inilah yang terjadi.

Tetapi... Ini masih belum cukup untuk menjelaskan beberapa hal yang aku perhatikan.

"Apa itu satu-satunya siksaan yang kau alami?”

"Apa......"

"Apa yang kau katakan, apakah semuanya itu benar?"

Aku merasa masih ada sesuatu yang kritis yang menghancurkan hatinya.

Cara yang tidak normal untuk menunjukkan terornya tidak banyak membantu tetapi malah membuatku berpikir bahwa ada sesuatu yang lain dibaliknya.

Karuizawa menyembunyikan sesuatu yang senilai dengan menyerah tubuhnya.

"Apa yang kau sembunyikan?"

"Ap, tidak ad....."

Sebagai contoh, Karuizawa berpaking dan melihat ke pinggang kirinya.

Aku memperhatikan hal tersebut dan membuat tanganku menyentuhnya.

"Be, berhenti!"

Teriakan kasarnya terpantul di dinding sekitarnya dan bergema di lorong yang kosong.

Tetapi, kecurigaanku dikonfirmasi oleh teriakannya. Aku meraih seragamnya dan menariknya ke atas. Di kulitnya yang indah ada bekas luka yang jelek. Bekas luka yang hanya bisa disebabkan oleh pisau tajam yang mengiris begitu dalam.

"Apakah ini kegelapanmu?"

"Fu, hu, huhu .....!"

Bekas luka ini bukan tindakan anak-anak yang saling menyiksa satu sama lain.

Sebuah bekas luka yang dalam ini benar-benar membahayakan nyawanya.

Bahkan jika masa lalunya membawa beban yang seperti itu, dia tetap memilih untuk berdiri.

Dalam beberapa hari terakhir aku mengamati perempuan bernama Karuizawa Kei ini. Orang ini, untuk melindungi dirinya sendiri, dengan paksa menyeret orang-orang di sekitarnya ke dalam kelompoknya. Bahkan jika dia menerima penghinaan dari tindakannya, dia tetap ingin melindungi statusnya.

"Keputusasaan datang dalam berbagai bentuk dan cara, tetapi apa yang kau alami adalah, tidak salah lagi, keputusasaan."

Kegelapan Karuizawa, pupilnya,  Mereka saling tumpang tindih dengannya.

Mereka yang memilih untuk membawa kegelapan mereka bersama mereka tertarik dan kemudian, saling melahap satu sama lain dan akhirnya, mereka yang membawa kegelapan, akan menyelimuti kegelapan yang lainnya dengan diri mereka sendiri.

"Ap, apa... kau..!"
Jika orang ini ditahan oleh masa lalunya, maka yang harus aku lakukan adalah melepaskannya secara paksa dari ikatannya.

Bahkan jika aku tidak mengenalnya secara mendalam, tetapi aku bisa merasakan kegelapan yang dimilikinya.

Itu benar... Dunia ini memiliki sesuatu hal yang lebih banyak yang belum pernah dialami oleh Karuizawa. Di tempat yang lebih dalam, kegelapan yang lebih keji pun berakar.

"Aku bisa menjanjikan satu hal dan mulai sekarang aku akan melindungimu dari intimidasi. Aku jauh lebih bisa diandalkan daripada Hirata dan Machida."

"Apa maksudmu, kau bisa menghentikan Manabe dan kelompoknya ......?"

"Apa yang harus aku lakukan sekarang adalah memutuskan seberapa banyak yang bisa dipercaya dari kata-kataku. Anak kecil yang ramah mudah meledak, tapi nyala api yang lebih besar akan memiliki efek sebaliknya. Pada akhirnya, api akan berubah menjadi sesuatu yang hembusan angin tidak bisa memadamkannya. Kau akan bertindak atas namaku dan aku akan bertindak atas namamu. Emosimu tidak boleh dan tidak akan ikut bermain di sini. Apa kau setuju dengan hubungan ini? "

"Pertama, kita akan hilangkan kekhawatiranmu.” Kataku dan mengangkat ponselku.

"Aku punya cara untuk menghentikan tindakan Manabe."

Lalu, aku menyalakan layar ponselku.

Di ponselku ada foto Karuizawa yang diserang oleh kelompok Manabe.

"Ini..."

"Jika aku mengirimkan ini kepada mereka, mereka harus mempertimbangkan kembali untuk melakukan hal lebih banyak kepadamu. Jika mereka masih memutuskan untuk mengejarmu dengan menyebarkan rumor, ini akan memberiku amunisi yang baik untuk ikut campur"

Sedangkan untuk Manabe dan kelompoknya, insiden khusus ini seharusnya bisa menenangkan kemarahan mereka. Tak perlu melangkah lebih jauh jika ingin menempatkan mereka ke posisi yang tidak menguntungkan.

Aku melepaskan pipinya, lalu dengan nada tanpa emosi yang aku berkata padanya-

"Aku hanya mencari seseorang untuk membantuku, aku harap di masa depan, kau akan menjadi bantuanku saat aku membutuhkan."

"Apa, bantuanku? Apa yang kau ingin aku lakukan.."

"Jika situasi saat ini masih berlanjut, kelas D tidak akan pernah menyalip kelas A. Sementara itu kemampuan individu anggota kelas D cukup bagus, tetapi kita sangat kekurangan kohesi, kita seperti pasir pantai, namun jika kau bisa mengendalikan anak perempuan untukku, situasi ini secara bertahap akan berubah menjadi lebih baik dan itu membuatmu, makhluk yang lebih berharga dari Horikita yang tahu bagaimana cara bertarung sendirian.”

"Kau, apa yang kau lakukan..."

Dia pasti berpikir bahwa aku hanyalah orang normal yang biasa, jadi melihatku di pernyataan ini akan membuat pergerakannya terlihat. Tetapi aku tidak akan menjelaskan tentang diriku. Mengurangi kata-kata, lebih mengerikanan dan semakin sedikit dia menolak.

"Langkah pertama dari kerja sama kita adalah memimpin kelompok kita meraih kemenangan di ujian ini."

"Kemenangan? Tapi bagaimana-"

"Karena kau-, bukankah begitu?"

Ketika dia mendengarkan kata kuncinya, Karuizawa melebarkan matanya dan menatapku.

Seolah kebenarannya bergema di dalam pupil, pikiran dan matanya. Aku menyampaikan kebenaran itu kepadanya.

Karuizawa terlihat sedikit bingung, tetapi mungkin memang seperti itu.

Karena parasit hanya bisa hidup dengan menempelkan dirinya ke tumbuhan lain dan sekarang Karuizawa mengikutiku, tuan rumah yang baru. Hidupnya sekarang tidak akan bisa bergerak maju tanpa diriku.