Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Vol 4 Chapter 2 Part 2

Baca Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Volume 4  Chapter 2 Part 2 


"Maaf membuatmu menunggu Geppu, geppu, jika kau memakan tiga makanan berat untuk makan siang, kau pasti akan kenyang. Aku sedang berpikir untuk diet, tapi sepertinya gagal"

Sotomura menghampiriku sambil menggusap perutnya yang membengkak karena semua makanan yang telah dia makan sebelumnya. Ini merupakan penyampaian gambaran yang sama sekali berbeda dari seseorang yang mengaku ingin melakukan diet. Dia datang ke lokasiku dan Yukimura yang sedang menunggu di depan.

"Sangat merepotkan ketika ujian sudah dimulai, aku baru saja ingin makan"

"Apa itu ‘saat ini aku tidak bisa menggunakan kekuatan penuhku'?"

"... Aku sudah lama ingin mengatakannya sampai sekarang, tapi tidak bisakah kau tidak memotongnya dengan cara berbicara yang aneh?"

Tentu saja, dari sudut pandang seseorang yang tidak begitu mengerti Sotomura, perkataannya mungkin terlihat seperti mantra. Tapi kau hanya perlu terbiasa, kurasa.

Sebaliknya, terkadang berbicara dengan cara yang tidak biasa seperti itu bisa menjadi menarik. Tapi jika aku berbicara sekarang, aku mungkin akan menimbulkan kemarahan Yukimura, sehingga aku membiarkannya melanjutkan caciannya.

"Pofu ~ Apa kau tidak menyukai caraku berbicara? Lalu, Seperti apa yang akan cocok untukmu, Yukimura-dono?"

"Berbicaralah dengan normal" 

"Baiklah, mulai sekarang dan seterusnya aku akan menjadi seorang yang lemah, protagonis kuat, aku biasanya tidak memiliki motivasi untuk melakukan apapun tapi kenyataannya, aku memiliki kekuatan yang mampu menghancurkan dunia yang layak menamaiku Cheat-kun. Seperti tren saat ini"

Yukimura, setelah menyerah pada keyakinan Sotomura, mulai berjalan di depan kami. Karena kami sedikit terlambat, kami mulai berjalan lebih cepat menuju tujuan kami.

"Ayanokouji, ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padamu, jawablah aku"

Dia berbicara dengan nada yang sesuai dengan karakter tipe protagonis.

"Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Aku penasaran, apa jenis dialek favoritmu? karena kau pasti akan senang jika seorang pahlawan wanita imut berbicara dalam dialek seperti itu"

Cara dia mengatakan itu sendiri terdengar keren, tapi isi dialognya selalu sama seperti dia.

"Tidak ... tidak ada dialek khusus yang aku suka"

Sejak aku lahir dan besar di Tokyo, tidak mungkin aku tahu tentang dialek semacam itu.

"Apa kau belum memiliki kesempatan pada pengalaman dialek 'moe'?"

Berapa banyak murid di sekolah ini yang menurutnya memiliki sifat dialek semacam itu? Aku bisa saja menutup mulutnya sekarang tapi sampai kami mencapai ruang pertemuan yang ditunjuk, kurasa aku bisa membuang waktu untuk beberapa saat dengan berbicara dengannya.

"Apa kau memiliki dialek favorit?" Aku bertanya kepadanya. 

"Tentu saja, aku akan memberitahumu melalui sistem pemeringkatanku sendiri untuk dialek. Di tempat ketiga adalah dialek Kansai, memberikan kesan yang tegas namun kasar. Tempat kedua adalah dialek indah di tengah salju, dialek Hokkaido. Penggunaan dialek di dunia 2D juga meluas sehingga ini adalah dialek moe yang lebih mematikan”

Aku mengatakan bahwa aku ingin membuang waktu dengan berbicara dengannya, tapi tidak ada yang masuk akal bagiku, tapi sebelum aku bisa membalas dengan suatu cara, Sotomura mulai bersiul dengan meniru suara aneh yang terdengar seperti 'doururururururu'.

"Nomor satu dalam peringkat dialekku pastilah dialek yang loli untuk Onee-san semuanya digunakan dengan cara yang multifungsi, dialek Hakata. Dikatakan sebagai dialek utama dengan berbagai macam dialek yang populer. Ketiga dialek ini adalah yang 3 terbaik"

sayangnya, aku tidak bisa mengerti apa yang ingin dia katakan kepadaku meskipun aku menyadari bahwa dia cukup bersemangat dengan topik ini, tapi setidaknya ini berhasil membuang waktu untuk beberapa saat.

Saat kami menyelesaikan pembicaraan, kami sampai di depan ruang pertemuan yang ditunjukan dengan nama kelompok kami (Kelinci) yang ditulis di atas papan di depannya, di lantai 2.

Karena ujian sudah dimulai, murid-murid memadati koridor dan memberikanku perasaan klaustrofobia.
T/N: Klaustrofobia adalah sebuah penyakit ketakutan terhadap tempat-tempat sempit dan terjebak. 

"Waktu bermainan sudah berakhir kemarin. Mulai sekarang dan seterusnya, berharap mampu berjuang untuk dirimu sendiri dan untuk kelasmu"

Yukimura terutama mengarahkan kata-kata itu kepada Sotomura, tapi aku juga mengangguk kepadanya sebagai persetujuan.

"Haaa... tidak peduli berapa kali aku melihatnya, ini adalah kelompok menyedihkan yang aku miliki"

Pernyataan itu datang dari salah satu gadis yang memasuki ruangan, menatap kami dan mendesah. Dia adalah salah satu gadis cantik di Kelas D (meski sedikit mencolok). Karuizawa Kei. Termasuk dia, 11 orang saat ini berada di dalam ruangan duduk di kursi yang disusun dalam formasi melingkar. Mengingat jumlah kursi yang masih tersisa kosong, aku pikir mungkin kamilah yang terakhir datang. Aku tidak mampu mengidentifikasi mereka dari daftar saja tapi, ada beberapa murid selain Ichinose dan Ibuki di ruangan yang aku kenal.

Ada seorang murid laki-laki dari Kelas A yang mendekatiku selama ujian di pulau yang mengusulkan sebuah aliansi untuk menyabotase Kelas D. Tapi aku tidak mengenali sebagian besar murid laki-laki dan perempuan lainnya di ruangan itu. Sepertinya kami yang merupakan saingan beberapa waktu yang lalu akan dipaksa untuk bekerja sama dalam ujian ini.

Tentu saja bukan hanya kelas kami, tapi kelas-kelas lain yang juga merasa bingung dan canggung dengan susunan mendadak ini. Kami memilih untuk duduk di kursi karena berdiri akan membuat kami semakin terlihat menonjol.

Murid-murid hampir secara alami duduk berkelompok berdasarkan kelas mereka, tapi Karuizawa dan Ibuki keduanya duduk lebih jauh dari lingkaran murid hampir seolah-olah mereka berdua terisolasi dari kelompok tersebut.

"Hmm ... ada apa?"

"Apa kau kau memperhatikan sesuatu, Ayanokouji?"

"... tidak,  bukan apa-apa"

Kupikir Karuizawa akan menghadapi Ibuki saat dia melihatnya. Lagi pula, itu adalah Ibuki Mio di depan kami yang bertanggung jawab atas pencurian celana dalamnya di ujian pulau. Kupikir dia akan segera membalas dendam, tapi mungkin Karuizawa lebih dewasa dari yang aku pikirkan, atau apakah dia sudah selesai dengan balas dendamnya? Bagaimanapun, fakta bahwa Karuizawa bahkan tidak terlihat kecewa itu tidak wajar.

Tapi sebelum aku bisa menyuarakan pertanyaan itu, sebuah pengumuman datang dari speaker yang terpasang di ruangan kapal.

"Mulai detik ini dan seterusnya, kita akan memulai dengan diskusi kelompok pertama"

Hanya pengumuman singkat itu, tapi karena tidak ada satu kelompok pun dari kelas yang berbeda yang saling mengenal dengan baik, tidak ada yang mau berinisiatif memulai diskusi.

Dengan demikian, udara yang canggung menghampiri ruangan. Kemudian, gadis bernama Ichinose Honami melangkah dengan senyum bercahaya setelah memastikan bahwa tidak ada orang lain yang akan mengambil langkah inisiatif untuk berbicara.

"Aku mengenal sebagian besar orang di sini, tapi menurutku, sesuai dengan instruksi sekolah, kita harus mengenalkan diri terlebih dahulu. Karena ada juga seseorang yang mungkin belum mengenal satu sama lain"

Dia berbicara kepada kelompok tersebut. Ini jelas tidak mudah untuk menjadi pemimpin kelompok yang seperti ini, seseorang harus bisa menginspirasi murid, beberapa di antaranya bahkan mungkin berasal dari kelas yang berlawanan dan membimbing mereka bersama-sama menjadi satu untuk menyelesaikan ujian.

Tapi Ichinose tidak terlihat bahwa dia tidak tidak menyukainya, faktanya, dia terlihat bersenang-senang memimpin kelompok tersebut. Beberapa murid dari Kelas A tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya kepada dia secara tak terduga mengambil kepemimpinan.

"Aku tidak berpikir bahwa itu dibutuhkan. Sekolah hanya mengatakannya sebagai formalitas... Hanya seseorang yang ingin memperkenalkan diri merekalah yang harus melakukannya"

Itu adalah Machida yang mengatakan hal itu kepada Ichinose.

"Jika Machida-kun tidak ingin melakukannya, maka aku pasti tidak bisa memaksamu untuk melakukannya. Tapi mungkin ada perekam yang tersembunyi di suatu tempat di ruangan ini. Jika kita secara terang-terangan tidak mematuhi instruksi dari sekolah, mungkin tidak hanya kau saja, tapi seluruh kelompok yang akan dihukum, kau tahu? "

Ichinose dengan cepat membalas ke Machida. Pada dasarnya, bersikap egois di sini mungkin menghabiskan biaya semua kelompok. Memperlakukannya seperti itu, dia membuat pria bernama Machida dari Kelas A tidak bisa berbuat apa-apa, tetapi menerima alasan miliknya.

Dia kemudian memulai perkenalan diri dengan mengenalkan dirinya sendiri. Aku mengingat kembali hari ketika pertama bersekolah dan bagaimana aku mengacaukan perkenalan diriku saat itu. Tapi ketika giliranku untuk memperkenalkan diri kepada kelompok tersebut, itu akhirnya menjadi perkenalan yang sama, membosankan dan monoton seperti hari itu.

"Yaa ~ ho Ayanokouji-kun, Sepertinya kita berada dalam kelompok yang sama. Mari kita berdamai"

Ichinose memanggilku dengan suara ramah dan menghibur saat aku kembali ke tempat dudukku. Begitu semua perkenalan diri berakhir dan selesai, Ichinose sekali lagi melangkah untuk berbicara.

"Jadi, kita telah melakukannya seperti yang diinstruksikan sekolah. Bagaimana kau ingin melanjutkannya dari sekarang? Jika ada di antara kalian yang keberatan dengan aku yang menjadi pemimpinnya, maukah kalian memberitauku?".

Ichinose berbicara dengan nada seolah bertanya apakah ada yang ingin mengambil posisi kepemimpinan darinya. Tentu saja, mengatakannya dengan cara seperti itu memastikan bahwa tidak ada yang akan merebut posisi kepemimpinan darinya. Mungkin ada murid di antara kami yang tidak puas dengan cara Ichinose melakukan banyak hal, namun karena takut kemungkinan bahwa tanggung jawab kepemimpinan akan diberikan pada mereka, tidak ada yang akan berbicara sekarang.

"Karena tidak ada yang mau mengambil posisi pemimpin, bisakah aku melanjutkan? Pertama, aku yakin kita harus mendiskusikan aspek-aspek ujian yang belum banyak dimengerti oleh orang lain atau pertanyaan dan masalah lain yang mungkin kalian hadapi, jika tidak, situasi ambigu akan berlanjut terus seperti ini"

Tidak ada perlawanan dari kelompok tersebut atas sarannya dan tidak ada suara atau kalimat yang diajukan untuk melawannya. Hal seperti itu sering terjadi ketika orang asing berkumpul bersama sebagai satu kelompok dan fakta bahwa seseorang dapat bertindak tanpa rasa takut akan perlawanan semacam itu adalah tanda seorang pemimpin sejati. Ichinose lalu meletakkan tangannya di pinggulnya dan tersenyum tegas.

"Aku ingin meminta sesuatu kepada semua orang di sini dan aku akan meminta semua orang beramsumsi bahwa tidak ada satu pun yang merupakan ‘target’ di sini. Aku ingin bertanya apakah semua orang di sini ingin bekerja sama untuk menyelesaikan ujian ini melalui hasil pertama? Aku ingin bertanya kepada kalian apakah kalian semua menganggap ini sebagai tindakan terbaik atau tidak?" Ichinose bertanya kepada kami.

"Hah? Apa maksudmu? Bukankah itu sudah jelas?"

Karuizawalah yang menjawab pertanyaannya. Dia bertindak seperti yang dia sudah mengerti dari pada dia yang tidak mengerti. Tetapi dalam situasi seperti ini, orang pertama yang berbicara tentang pikiran mereka dapat memutuskan tempat mereka dalam susunan kelompok, apakah itu superior atau inferior. 

Yukimura dan seorang gadis dari Kelas C bernama Manabe juga sepertinya menyadari hal ini, membalas dengan sikap yang sama jika disesuaikan dengan Karuizawa. Tentu saja, jika memungkinkan, masuk akal bila setiap orang di sini ingin membidik hasil pertama yang mungkin terjadi.

Seolah setuju dengan pernyataan Ichinose, salah satu murid laki-laki dari Kelas B mengangkat tangannya. Jika aku tidak salah ingat, nama yang dia berikan selama pengenalan dirinya adalah Hamaguchi Tetsuya.

"Aku setuju dengan dia, tentu saja, bekerja sama satu sama lain sebagai sebuah kelompok adalah tindakan nyata di sini,"

Itu bukan pertanyaan yang buruk untuk memulai diskusi, aku harus mengakuinya. Sepertinya beberapa murid belum menyadarinya, namun dengan mengajukan pertanyaan yang kelihatan santai dan jelas seperti ini, mungkin saja untuk membedakan siapa yang bukan "target" sambil mendorong sikap positif di antara anggota kelompok.

Jika seseorang memainkannya dengan benar, mereka bahkan mungkin bisa mempersempit daftar orang yang dicurigai sebagai "target" pada tahap ini. Mungkin masih sulit untuk memutuskan hitam atau putih dengan pasti menggunakan pertanyaan ini.

Ichinose yang mengajukan pertanyaan.

Karuizaw yang pertama menjawabnya.

Lalu Yukimura dan Manabe yang menindaklanjuti jawaban Karuizawa.

Dan Hamaguchi dari Kelas B.

Tidak mengherankan jika "target" ada di antara mereka dan dengan berani menjawab pertanyaan tersebut tanpa ada yang kalah.

Aku mengikuti mereka agar tidak merusak suasana yang mereka miliki saat ini.

"Kita adalah satu kelompok dan poin pribadi kita semua rendah sekarang, aku ingin bekerja sama jika memungkinkan. Bagaimana denganmu, Sotomura?" Aku bertanya.

Sotomura yang sekarang perutnya terlihat sakit karena makan terlalu banyak, menggosok perutnya saat aku memanggilnya tiba-tiba, menyebabkan bahunya melompat kaget.

"Tentu saja, aku juga akan bekerja sama karena aku mendapatkan poin dari melakukan hal itu juga" jawabnya.

Sepertinya Sotomura masih berusaha untuk tetap bersikap tenang, karakternya yang misterius dan yang mengamati kami semua adalah murid Kelas A yang hanya terdiri dari murid laki-laki.

Mereka dengan tenang mengamati kami untuk melihat arah diskusi kelompok yang akan diambil.

"Ichinose, pertanyaan itu tidak adil bukan? Jika kau bukan ‘target’ dengan mengatakan hal itu, kau berhasil mengumpulkan keseluruhan kelompok menjadi satu melawan ‘target’ dan tidak ada seseorang yang secara terang-terangan tidak setuju denganmu dan menyatakan diri mereka sebagai pengkhianat setelah pernyataanmu. Hampir seperti kau melukiskan bahwa "target" itu adalah sesuatu yang buruk karena tidak mau berbicara, aku yakin ini adalah pertanyaan yang sangat tidak pantas yang kau tanyakan kepada kami "

Itu adalah Machida yang mengatakannya kepada Ichinose dengan nada tegas.

Dia terlihat sangat berbeda dengan murid Kelas D dan Kelas C yang mengikuti arus dan setuju dengan Ichinose. Sepertinya ini adalah sebuah interogasi dan dia sedang memperhatikan dan mengkritik kata-kata Ichinose. Hamaguchi yang telah mendengar keluhan Machida, menjawabnya dengan tenang,

"Bukankah ini pertanyaan yang masuk akal untuk ujian semacam ini? Ichinose-san tidak menggunakan ancaman apa pun untuk memaksa kita untuk bekerja sama atau membocorkan informasi, jika kau tidak menginginkannya, untuk semua yang harus kau lakukan adalah tetap diam”

Hamaguchi dengan cepat menghentikan kritikan Kelas A terhadap Ichinose. Sepertinya perang sipil telah terjadi di antara kelompok tersebut, Machida sama sekali tidak terkejut dengan pembalasan Hamaguchi, hampir seolah-olah dia sudah menduga ini akan terjadi.

"Memang, kami memiliki hak untuk tetap diam. Dan begitulah, itulah yang aku dan sisa Kelas A akan lakukan, tetap diam"

Machida terus terang menolak tawaran Ichinose untuk bekerja sama dan murid Kelas A yang tersisa mengikuti jejaknya. Mengikuti jejak mereka setelahnya, sisa murid yang belum menjawab juga memilih untuk tetap diam.

 "Mungkin aku datang terlalu cepat dengan pertanyaan seperti itu"

Menanggapi penolakan tak terduga ini, Ichinose tersenyum pahit.

"Tidak, Ichinose-san. Pertanyaanmu masuk akal, tapi aku pikir kekhawatiran mereka sedikit lebih kuat dari perkiraan kita. Katakan padaku, Machida-kun. Pertanyaan seperti apa yang menurutmu akan menjadi pertimbangan yang sesuai? Kita bisa membicarakan makanan favorit kami dan hobi kami, tapi aku ragu ujian akan mencakup hal-hal semacam itu, itu berarti kau tidak punya apa-apa untuk diajukan kepada kelompok kecuali kesunyianmu" Hamaguchi memberi tahu Machida.

"Tidak ada hal lain yang diajukan? Tidak ada hal yang seperti itu" Machida mencoba untuk merespon

"Aku sendiri tidak tahu apa yang dimaksudkan Ichinose-san dengan pertanyaan itu, tapi dalam ujian ini, aku tahu bahwa diskusi antara murid sangat penting. Jika kau masih menolak untuk tetap diam, kami tidak punya pilihan lain selain terus melanjutkan diskusi kami tanpa Kelas A di dalamnya. Paling tidak, kau bisa membantu kami menentukan topik apa yang harus kita diskusikan” 

Hamaguchi benar, persis seperti yang dia katakan, hanya dengan tetap diam kau tidak akan bisa lebih dekat untuk menemukan "target" atau menyelesaikan ujian. Machida juga harus tahu hal ini, meski dia menyilangkan lengannya dan tetap diam. Melihat situasi saat gerbang kastil tertutup rapat, Ichinose mencoba menerobos.

"Kalau begitu, meski ragu, aku pikir kita harus memutuskan pemimpin dengan suara mayoritas. Tidak diragukan lagi akan ada kecurigaan kepada seseorang yang menolak menjawab pertanyaan dan kita dapat mendeteksi ‘target’ nanti. Apa kalian tidak masalah dengan itu?”

Ichinose menerobos benteng yang dikenal sebagai Kelas A dengan kata-kata itu. Horikita juga berpikir sama dengan Ichinose, tapi perbedaan di antara mereka adalah Ichinose dengan mudah bisa mengumpulkan orang-orang di sekitarnya ke sisinya.

Untuk melawan peperangan saat menerima persetujuan orang-orang di sekitarmu, dia membuat kehadiran yang sangat kuat dalam situasi ini. Terus terang, Ichinose sudah memegang suara terbanyak di tangannya saat dia mengambil inisiatif dalam diskusi.

Sejauh yang bisa aku katakan, tidak ada orang lain di sekolah yang mampu melakukan hal yang sama seperti dia. Katsuragi dan Ryuuen tidak bisa melakukan apa yang dia lakukan. Hirata dan Kushida juga tidak bisa melakukannya.

"... Apa kau mengancamku?"

"Jangan salah paham, kami hanya ingin membicarakan sesuatu dengan kalian semua. Kau bebas menentukan sendiri apa yang ingin kau diskusikan dan apa yang tidak ingin kau diskusikan, tapi aku ingin orang-orang berpartisipasi dalam diskusi di tahap ini, karena ini adalah persyaratan yang dibutuhkan dalam ujian ini "

Machida sepertinya tidak mengerti kata-katanya dan mulai bergumam pada dirinya sendiri dengan aneh

"Ujian ini, bisakah ini benar-benar diselesaikan hanya dengan berbicara? Apa kau benar-benar berpikir kita akan mencari tahu ‘target’ hanya dengan berbicara satu sama lain? Atau apa kau akan menurunkan kepalamu dan memohon kepada mereka untuk mengungkapkan diri mereka sendiri?" Machida akhirnya memberitahu Ichinose.

Aku mengerti, sepertinya jalan Kelas A terhadap ujian ini sudah diputuskan, namun jalan ini sepertinya bukan jalan yang dibuat Machida. Kurasa aku mulai melihat seorang laki-laki sedang berakting di belakang Machida.

"Jadi, adakah cara lain?"

Ichinose bertanya kepada Machida, dengan penuh percaya diri dalam pendekatannya. Tapi tentu saja, ini adalah sesuatu yang Kelas A sudah perkirakan apa yang dia tanyakan.

"... Ya, ada cara untuk menyelesaikan ujian dengan mudah dan pasti"

Salah satu murid dari Kelas A tiba-tiba angkat bicara. Baik Ichinose maupun Hamaguchi tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka atas hal ini.

"... bisakah kau menjelaskan strategimu kepada kami?" dia bertanya pada mereka

"Tentu, kita adalah 'kelompok', jadi wajar untuk berbagi informasi semacam itu"

Machida, tidak, seluruh Kelas A datang dengan strategi yang sangat sederhana.

"Strategi yang kami dapatkan adalah ... untuk tidak berbicara sama sekali dari awal ujian sampai selesai,"

Dia mengatakannya cukup keras kepada kami, duduk di sela-sela diskusi, untuk mendengarnya juga. Sepertinya Karuizawa dan Sotomura juga mengerti maksudnya.

"yah, itu rencana yang cukup unik, tapi bagaimana kau mengusulkan untuk menyelesaikan ujian tanpa diskusi sama sekali Atau apa kau menyarankan agar identitas ‘target’ tetap tersembunyi sampai akhir?"

Dari pada Ichinose, Hamaguchi lah yang memotong dan berbicara.

"Memang, jalan pintas sebenarnya untuk menyelesaikan ujian ini seefisien mungkin adalah melakukannya tanpa saling berbicara sama sekali." Machida menjawab.

"Aku tidak percaya ini, ini mulai membuat kami berpikir bahwa ‘target’ adalah murid kelas A dan tindakan ini diambil untuk membantu melindungi identitas mereka saat berbagi informasi di antara teman sekelasmu saja."

Tentu saja, jika ‘target’ itu sudah ada di kelasmu, tidak perlu berbicara dengan orang lain atau berpartisipasi dalam diskusi apa pun. Tidak bisa dipungkiri bahwa Hamaguchi akan mencurigai mereka setelah itu. Bukan hanya Hamaguchi, tapi mau bagaimana lagi jika semua orang mencurigai mereka setelah itu.

"Tidak, tidak masalah dari kelas mana ‘target’ itu berasal, jika kita tidak saling berbicara, kita bisa menang, itulah strategi yang Katsuragi-san buat untuk kami"

"Katsuragi-kun?... aku mengerti"

Ichinose sepertinya juga mengerti saat dia mendengar nama Katsuragi disebutkan. Machida kemudian berbalik ke arah Yukimura yang sepertinya tidak mengerti penjelasannya, dan mulai menjelaskan strateginya.

"Hanya ada empat kemungkinan hasil dalam ujian ini, aku yakin kau sudah memberi pengarahan pada mereka semua. Menurutmu, apa yang sebaiknya kita hindari dalam ujian ini?"

Machida tiba-tiba berbalik menuju Karuizawa dan mengajukan pertanyaan kepadanya.

"Ehhh ... hasilnya di mana seseorang memperhitungkan identitas ‘target’ dan mengkhianati kelompok itu?"

"Tepatnya, saat pengkhianat muncul, kita kalah sebagai sebuah kelompok. Apakah pengkhianat menjawab dengan benar atau tidak benar, kedua cara tersebut menyebabkan kerugian. Tetapi, berpikir sebaliknya, bagaimana dengan kemungkinan hasil yang lain?" Machida melihat ke arah Yukimura untuk sebuah jawaban.

"Hasil lain yang mungkin? Hasil dimana hasil negatif tidak terjadi?"

"Benar, tidak ada kerugian dalam salah satu dari dua kemungkinan hasil yang mungkin terjadi. Poin kelas tidak akan naik atau turun drastis dan di samping itu kita juga mendapatkan sejumlah besar poin pribadi. Satu-satunya pecundang dalam skenario ini adalah sekolah. Tidak perlu mencari "target". Dengan berdiskusi di antara kita sendiri, kita hanya akan saling mencurigai sebagai ‘target’ tersembunyi dan akhirnya tergelincir ke suatu tempat dan membuat kesalahan”

"Kami menyadari betapa kuatnya strategi ini sampai batas tertentu, selama kita tidak tahu termasuk kelas mana yang menjadi ‘target ‘, selalu ada kemungkinan bahwa jarak poin antara kelas dapat melebar lebih jauh. ‘target’ dimiliki oleh kelas tertentu dan akhirnya mendukung kelas tersebut, mengatakan bahwa kelas dapat memperoleh jutaan poin dalam bentuk poin pribadi. Meskipun poin kelas itu sendiri tidak akan terpengaruh, aku yakin semua orang memahami dampaknya. Poin pribadi bisa dibuat untuk kelas."

Hamaguchi benar, poin pribadi juga sangat berguna. Seseorang dapat membeli nilai ujian misalnya, atau bahkan mengubah kelas tergantung pada bagaimana seseorang memilih untuk menggunakannya. Hamaguchi benar dalam mengasumsikan bahwa "target" dapat memilih untuk menyokong kelas mereka dengan menggunakan poin pribadi tersebut dengan cara seperti itu.

Tapi argumen ini tidak akan berhasil melawan Kelas A, lagipula, Katsuragi pasti sudah menyadari "trik" yang tersembunyi dalam ujian ini. Sebaliknya, mereka tidak akan dengan berani mengusulkan strategi ini kepada kami.

"Pikirkanlah dengan saksama, sekolah pasti tidak akan memberi kelas keuntungan yang tidak adil dalam ujian seperti ini. Intinya mereka menekankan sikap netral mereka sebelum ujian dimulai saat pengarahan. Tentu saja tidak dapat disangkal, kenyataan bahwa hanya ada satu ‘target’ di setiap kelompok, tapi itu tidak penting, yang penting adalah setiap kelas memiliki kesempatan yang 'setara' untuk memiliki ‘target’. Tidak dapat disangkal kenyataan bahwa dalam ujian ini, Kelas A dan Kelas D akan dimulai dengan garis start yang sama "kata Machida.

Bagi mereka yang mengacuhkan strategi Katsuragi, mereka secara alami akan bersikeras bahwa tidak akan ada diskusi dan memungkinkan poin dibagikan secara merata di antara kelas-kelas terlepas dari kelas mana yang merupakan "target"

Tetapi Hamaguchi menanggapi saran tak terduga Class A segera.

"Aku akui sekolah memastikan setiap kelas dimulai bersama-sama dalam keadilan dan jika kau mengambil kata-kata mereka untuk itu, tentu saja kau melatih pemikiran yang tidak salah.  Tetapi, kita belum bisa memastikan fakta itu lagi".

Itu adalah kebenaran yang sulit, tapi Hamaguchi melakukan yang terbaik untuk menyuarakannya. Sekolah pasti akan berusaha menghindari prisangka dengan tidak menugaskan "target" di kelas tertentu. Itu akan mudah ditebak siapa saja.

"Aku yakin kau juga mengerti, tapi dengan saling berbicara satu sama lain sekarang, kita hanya akan menciptakan kecurigaan dan keraguan dan dapat menyebabkan kerusakan dalam hubungan kelompok kita. Memang ada kemungkinan kau akan menemukan ‘target’ seperti ini, tapi kau juga menjalankan risiko pengkhianat yang muncul dan menyebabkan kelompok tersebut menderita demi kepentingan mereka sendiri. " Machida melanjutkan.

"Kau benar, bukan hal yang buruk jika kita semua mendapatkan keuntungan selagi sekolah kalah dalam prosesnya" kata Ichinose saat dia menerima strategi Katsuragi yang dibuat untuk ujian itu.

Machida menatap kami dengan wajah yang sepertinya mengatakan bahwa dialah yang mengajukan tindakan logis, tapi sepertinya Ichinose tidak mau menerima strategi mereka dengan baik.

"Tetapi untuk menjalankan strategi seperti itu akan menjadi sulit, bahkan mungkin lebih sulit daripada jika kita hanya berbicara satu sama lain. Aku tidak akan berbicara, aku tidak akan ragu dan aku tidak akan mengkhianati, kecuali setiap murid di sini bisa mematuhi hal itu. Strategi seperti itu tidak ada gunanya. Semenjak sekolah ini sudah mendapat jaminan anonimitas bagi para murid, saling percaya satu sama lain juga menjadi persoalan. Akan lebih bagus lagi jika poinnya bisa dibagi sama rata dengan kita semua di akhir, tapi bukankah ada risiko seseorang melanggar kepercayaan itu dan mengambil poin untuk diri mereka sendiri juga? "

Dalam hal ini, satu murid dalam satu kelas akan mendapatkan poin untuk dirinya sendiri sambil menyembunyikannya dari anggota kelas lainnya. Itu memang akan membawa suasana canggung.

Sepertinya rencana Katsuragi adalah menonjol kepada pertahanan, hampir seperti membangun penghalang bagi kelompok tersebut. Itulah strateginya. Mendapatkan kerja sama dari semua orang dalam kelompok pasti akan sulit, tapi strateginya sendiri hanya membutuhkan seseorang untuk tidak berbicara sama sekali, sebuah taktik sederhana yang dapat diikuti setiap orang dengan mudah. Ini hampir bisa dikatakan sebagai strategi yang menjungkirbalikkan rencana sekolah dan membuat perdebatan ujian sejak awal.

"Apa ini baik-baik saja? aku tidak melihat ada masalah dalam hal ini. Begitu ujian selesai, kita bisa saling berbicara di kelas kita dan berbagi poin dari ujian"

Kepekaan Sotomura sepertinya juga diberikan oleh murid dari Kelas C, karena gadis bernama Manabe juga menyetujuinya.

"Aku juga setuju, selama kita bisa berbagi poin setelah ujian selesai, itu tidak masalah. Lebih baik daripada menjalankan risiko pengkhianat yang muncul dan menyabotase kelompok, tidak realistis juga untuk mencoba dan mencari tahu ‘target’ hanya dengan berbicara satu sama lain "

Yukimura sepertinya berpikir keras saat mengatakan itu, tapi bahkan dia tidak mengajukan keberatan terhadap strategi tersebut. Merasa bahwa perlawanan telah mereda, Machida sedikit tertawa.

"Aku mengerti, memang seperti yang Machida-kun katakan, masalahnya bisa diatasi setelah ujian di tiap kelas, hmm?"

Ichinose mengatakan dengan kedua tangannya disilangkan saat dia melihat kelasnya sendiri, lalu ke Kelas D dan Kelas C.

"Aku ingin mendapatkan persetujuan dari kelompok, apa tidak masalah? Jika kau setuju dengan strateginya, tolong angkat tanganmu" katanya kemudian.

Yukimura dan Sotomura dari Kelas D serta beberapa murid dari Kelas C goyah saat itu, tapi setelah beberapa saat, meski berhamburan, mereka mengangkat tangan.

"Ibuki-san, bagaimana denganmu? Mungkin kita juga bisa mendengar pendapatmu?" Ichinose kemudian bertanya pada Ibuki.

"Aku sama sekali tidak punya pendapat, lagipula tidak ada yang terjadi sekarang, jadi terus lanjutkan seperti yang kau mau"

Sepertinya Ibuki tidak mau memberikan apapun pada tahap ini. Dia jelas berbeda dari tiga murid lainnya dari Kelas C.

Karena Manabe dan yang lainnya tidak kaget dengan hal itu, sepertinya ini adalah sikap yang biasa dari Ibuki.

"Aku mengrti, itulah tanggapanmu. Bagaimana dengan Karuizawa-san?"

"yang benar saja... aku sangat kesal dengan keseluruhan ini, apakah kita mendapatkan poin, atau aku mendapatkan poin adalah masalah yang berbeda? bukan berarti kita akan mendapatkan jaminan poin dengan cara saling berbicara, kan? ... Aku hanya berpikir ujian ini cepat selesai sehingga aku bisa kembali bersenag-senang”

Meskipun Karuizawa hanya mengatakan apa yang ada di pikirannya, sepertinya kata-katanya juga berpantul kepada beberapa murid lainnya.

"Lalu bagaimana dengan Hamaguchi-kun?"

"Kami akan meninggalkan keputusan kami kepada Ichinose-san" dia cepat membalasnya.

Sepertinya kepercayaan terhadap Ichinose dari kelasnya tidak tergoyahkan karena dua murid lainnya dari Kelas B juga mengangguk setuju.

"Terima kasih, lalu terakhir, bagaimana dengan Ayanokouji-kun?"

Ichinose kemudian berbalik untuk bertanya kepadaku yang merupakan orang terakhir yang belum memberi pendapat mereka.

"Aku pikir strategi itu tidak masalah, selain itu, lagipula mayoritas sudah sepakat dengan itu dan aku adalah tipe orang yang buruk dalam berbicara"

Aku mengatakan itu demi strategi Katsuragi. Tapi... bukan berarti dia akan menerima strategi yang diusulkan Katsuragi dengan patuh.

Atau lebih tepatnya, jika mereka hanya perlu menunduk dan menerima arusnya di sini, masa depan Kelas B akan menjadi sesuatu yang gelap karena dalam strategi Katsuragi, ada unsur yang sulit disepakati.

"Sudah diputuskan" Machida berbicara.

"Tunggu, Machida-kun... Bukannya  strategi Katsuragi-kun adalah hal yang bagus, tidak perlu meragukan siapa pun, mencari siapapun atau menyakiti siapa pun. Aku bisa mengerti kenapa semua orang ingin mengikuti strategi ini. Sulit untuk melihat adanya kekurangan dalam strategi ini, tapi jika kau memikirkannya dengan hati-hati, bukankah itu karena kau berasal dari Kelas A sehingga kau bisa mengajukan strategi seperti itu? Ada kekurangan yang tidak dapat kita lihat tersembunyi dalam strategi ini. “

Ichinose membuat jawaban bagus yang hampir terlihat seperti kapal selam yang tenggelam dan tiba-tiba muncul dari laut dengan percikan.

"Yang tersembunyi? Apa itu?"

Yukimura bertanya pada Ichinose dengan suara yang sepertinya tidak memikirkannya sejauh itu.

"Memang, dengan asumsi setiap kelas memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki ‘target’ yang ditugaskan kepadanya, tidak berbicara satu sama lain adalah cara terbaik untuk mendapatkan banyak poin bagi kita semua. Hanya ada keuntungan dari strategi ini dalam hal itu. Namun, ini akan menjadi tidak adil bagi kelas rendah untuk membiarkan kesempatan ini begitu saja, "jelasnya.

"I-itu! ...."

"Kami masih belum tahu berapa banyak ujian khusus yang akan terjadi sebelum kelulusan dan perbedaan yang saat ini dimiliki Kelas A dari kelas lain sangat luar biasa. Strategi kerja sama dengan kelas lainnya juga terbawa selama ujian di pulau itu. Dengan kata lain, setiap kali ada ujian, Kelas A akan terus menggunakan strategi ini sehingga posisi akhir kelas tidak berubah sampai kelulusan "Ichinose menjelaskan.

Wajah Yukimura langsung menegang kepada penjelasan itu, seolah bertanya-tanya bagaimana dia tidak memperhatikan hal yang begitu sederhana. Machida telah mengemukakan rencananya dengan sangat cerdik sehingga perhatian setiap orang terfokus hanya pada menghindari "kerugian" sehingga mereka tidak mempertimbangkan hal lain. Itulah sebabnya bahkan Yukimura pun cepat menerimanya tanpa mempertimbangkan hasil jangka panjangnya.

"Bahkan jika kita benar-benar bisa mendapatkan poin dengan cara ini, aku tidak bisa mengabaikan kesempatan berharga seperti itu" Ichinose menyimpulkan.

"Sepertinya Ichinose-san sudah membuat keputusannya, kami akan mengikuti jejaknya" kata Hamaguchi.

"Tunggu sebentar, Ichinose, aku tahu apa yang ingin kau katakan, tapi jika kita bertindak sesuai dengan rencanamu, hanya ada satu hasil yang mungkin terjadi. Tetapi bahkan jika kita semua bekerja sama, semua kelas akan mendapatkan jumlah poin yang sama. Hasil yang kau inginkan tidak akan terjadi atau apa kau mencoba untuk mengetahui ‘target’ melalui diskusi dan Kelas B akan mengkhianati kita untuk mendapatkan semua poin dalam satu pukulan? Kau dengan sengaja bertanya kepada semua orang apakah mereka menginginkan hasil pertama sekarang, tapi aku tidak berpikir kau bisa dipercaya " Ucap Machida.

"Kau mengatakan bahwa jarak antara kelas tidak akan berubah dengan baik, tapi itu salah. Lihatlah jumlah murid dari masing-masing kelas. 4 dari Kelas D dan C. 3 dari A dan B. Kemanapun nilai poin dari masing-masing kelas akan diterima akan berubah dan perbedaan juga bisa berubah, benarkan?"

“Memang, tapi apa kau dan Kelas B dengan jumlah yang lebih sedikit menerima hasil ini? Apa kau cukup baik untuk mengorbankan kedudukan kelasmu untuk membantu kelas bawah meningkat?" Machida bertanya pada Ichinose.

"Jika tidak, Kelas A pasti akan mendapatkan keuntungan dari strategi saat ini. Akan sangat merepotkan jika ‘target’ itu ada di Kelas A”

Tentu saja, jika "target" tidak ada di Kelas A maka Ichonose tidak perlu bersikap agresif. Namun, selama ada kemungkinan seperti itu, dia akan berisikeras dengan kepastian dari pembicaraan.

"Aku juga setuju dengan Ichinose-san, kita tidak bisa membiarkan Kelas A memimpin dengan strategi seperti ini" Hamaguchi menindaklanjuti.

Aku terkesan saat pertama kali mendengar strategi dari kelompok Katsuragi tapi sekarang Ichinose dan Hamaguchi telah membuktikannya, sekarang terdengar lebih seperti gertakan daripada yang lainnya. Sesuatu yang direncanakan saat mereka diberi pengarahan tentang sifat ujian.

Kurasa itu hanya karena dia mengetahui rencana Kelas A sehingga dia bisa melawan argumen mereka seperti ini. Bahkan para murid yang dulu mendukung strategi mereka mungkin sekarang bersikap netral atau bahkan mungkin berdiri di pihak Ichinose.

Medan perang kini telah berubah menjadi Kelas B yang dipimpin oleh Ichinose dan Class A yang dipimpin oleh Machida sementara D dan C adalah kelas yang diperebutkan oleh mereka dan dapat bergoyang ke kedua sisi. Dan sekarang air pasang akan berpaling dari Kelas B.

"Begitu, kau juga telah membuat keputusanmu. Ingatlah bahwa kami dari Kelas A telah membuat pilihan kami. Entah apa pun alasannya, kami tidak akan berbicara dengan kalian. Selanjutnya kalian semua bebas untuk mendiskusikan apapun yang kalian inginkan di antara kalian sendiri"

Machida akhirnya berkata dan dengan begitu, ketiga murid Kelas A pindah ke sudut ruangan dengan diam. Sepertinya mereka akan menghabiskan sisa waktu yang disediakan dengan cara seperti itu.

Aku yakin murid Kelas A di kelompok yang lainnya juga melakukan hal yang sama seperti sekarang. Dengan melakukan ini, jika "target" itu muncul dari Kelas A, akan sangat sulit untuk menemukannya.

"jadi, apa yang harus kita lakukan?" Ichinose menghadapi tiga kelas yang tersisa dan bertanya.

"Aku benci menjadi orang yang dikecualikan oleh kalian semua, tapi jika itu keputusan kelasmu, mau bagaimana lagi. Jika kalian ingin bergabung dalam diskusi kami, tolong katakan kapan saja" Ichinose mengarahkan kata-kata itu ke Kelas A. 

Ichinose melakukan yang terbaik untuk mengarahkan Kelas A seperti itu, tapi sepertinya mereka sudah memutuskan. Kelas A tetap diam dan tidak menjawab sama sekali.

"Bukankah tidak mungkin menemukan ‘target’ tanpa kerja sama dengan Kelas A?"

Yukimura yang menanyakan pertanyaan itu seolah-olah sedang mengadu kepada Ichinose. Sikapnya sekarang benar-benar berbeda dengan beberapa waktu yang lalu ketika dia bersiap untuk mengikuti strategi Kelas A yang lebih mudah, tapi kurasa Yukimura ingin mempertahankan Kelas D sebagai peserta aktif dalam diskusi.

"Ya, jika ‘target’ ada di Kelas A, akan sedikit sulit untuk menentukannya. Tetapi aku akan mengatakan bahwa kemungkinan yang menguntungkan kita adalah 3 banding 1. Bahkan jika kita tidak mengetahui ‘siapa’, jika kita tau ‘di mana’ setidaknya itu akan lebih mudah bagi kita, bukankah begitu? "

Ichinose sepertinya tidak ingin mengetahui dengan benar ‘siapa targetnya’ sebanyak dia ingin mengetahui dari mana kelas mereka, terutama jika mereka berada di Kelas A.

"Mau bagaimana lagi jika mereka menolak untuk berbicara, dan jika ‘target’ itu ada di salah satu dari tiga kelas yang tersisa, aku akan memperlakukan mereka dengan mengerikan. Tetapi jika ‘targetnya’ ada di Kelas A, aku ingin untuk mendiskusikan apa yang harus kita lakukan setelah itu"

Ichinose menyerang dengan berani melawan strategi Katsuragi dengan membentuk aliansi antara tiga kelas yang tersisa.

"... aku masih tidak bisa mempercayaimu"

Yukimura yang berbicara menentang Ichinose sekarang. Manabe dari kelas C sepertinya juga setuju dengan Yukimura.

"Bahkan jika ‘target’ ada di Kelas A, bukankah sulit mengidentifikasi mereka?"

"Aku pikir kita tidak perlu memikirkan sejauh ini, sekarang, mempersempit kelas yang menjadi sasaran ‘target’ seharusnya cukup, bukan?" Balasan Ichinose

Jika kau melihatnya dari sudut pandang ‘target’, gagasan tentang ketiga kelas yang bergabung  untuk menemukan mereka akan terasa sangat mengerikan.

"Ini hanya pendapatku  di awal diskusi. Jika kita melanjutkan diskusi kita, pasti ide yang lebih baik akan muncul, maksudku, ujian baru saja dimulai. Kita bisa meluangkan waktu untuk menentukan ide yang akan digunakan atau tidak" Ichinose melanjutkan.

Untuk memulainya, tidak ada yang bisa membantah gagasan Machida atau gagasan Ichinose karena tidak ada yang menawarkan hal lain. Seperti kata Hamaguchi, tidak adil jika menolak rencana mereka tanpa harus menawarkan yang lebih baik.

Untuk saat ini, aku seharusnya tidak perlu terburu-buru tanpa terlebih dahulu memastikan bagaimana yang lain akan bertindak. Lagipula, orang dengan kemampuan komunikasi rendah cenderung terseret arus dalam situasi seperti ini.

"Kau adalah Karuizawa-san, bukan? Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadamu"

gadis dari Kelas C bernama Manabe memanggil Karuizawa. Karuizawa sendiri sepertinya tidak mengharapkan namanya dipanggil di sini dan dia cepat-cepat berpaling dari panggilannya.

"Apa?"

"Mungkin hanya kesalahpahamanku saja, tapi selama liburan musim panas, apa kau bertengkar dengan Rika?" dia bertanya.

"Hah? Apa maksudnya? Siapa Rika?" Karuizawa bertanya.

"Dia dari kelas kami yang memakai kacamata. Dia mengikat rambutnya seperti dango. Kau tidak mengingat dia?" Jawab Manabe padanya.

"Bukan aku, Kau sudah salah orang"

Karuizawa menyikatnya seolah tidak ada hubungannya dengan dia dan melirik ke arah ponselnya. Tapi kalimat Manabe berikutnya menyebabkan perubahan ekspresi pada Karuizawa.

"Bukankah itu aneh? Kami mendengar cerita yang berbeda, Koruizawa dari Kelas D menggertak Rika kami, dia mengantri di kafe dan kau mendorongnya keluar dari barisan" kata Manabe.

"... Aku tidak tahu apa yang sedang kau bicarakan, apa kau memiliki masalah denganku?" Balasan Karuizawa

"Tidak juga, hanya memastikan jika itu benar, aku ingin kau meminta maaf kepada Rika. Rika adalah tipe yang akan tetap diam mengenai hal-hal seperti ini, jadi ini tugas kami sebagai teman sekelasnya untuk membela dia," kata Manabe.

Sepertinya bukan hanya kelas kami, Karuizawa juga memiliki reputasi sebagai pembuat onar di kelas lain. Aku mengalihkan pandangan dari mereka. Bagaimanapun, bahkan Kelas C bisa merasa sakit dengan sebuah masalah. Karuizawa juga mencoba untuk mengabaikan mereka tapi sepertinya itu membuat Manabe marah.

Manabe kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan kamera ke arah Karuizawa.

"Kalau begitu, kau tidak akan keberatan jika aku memastikannya lagi kepada Rika, bukan? Jika kau tidak melakukan apapun, maka kau pasti tidak masalah dengan hal ini, bukan?"

Dan pada saat itu, Karuizawa tiba-tiba berdiri dan meraih ponsel dari tangan Manabe. Dia menggunakan sedikit kekuatan saat ponsel itu melayang di udara dan terjatuh ke lantai dengan suara yang keras.

"Apa yang kau lakukan?!" Teriak Manabe pada Karuizawa.

"Itu hakku, jangan mengambil fotoku tanpa seizinku, aku sudah bilang kalau aku tidak melakukannya!"

Pihak kedua membantah tuduhan orang pertama dan saat argumen mereka memanas, Ichinose menatap mereka seolah mencoba untuk membedakan siapa yang benar dan siapa yang salah.

"Apa yang akan kau lakukan jika ponselku rusak?"

"Apa? Katakan saja pada sekolah dan buatkan untukmu yang baru!" Karuizawa menjawab dengan tajam kepada Manabe.

"... ada beberapa foto berharga di ponsel itu" kata Manabu saat dia mengangkat ponselnya dan menatap Karuizawa dengan mata menyimpan dendam.

Dua murid lain dari Kelas C mendukung Manabe dengan berdiri di depan Karuizawa seolah ingin mengintimidasinya.

"Apa ..... apa kau mencoba mengatakan bahwa aku adalah orang yang jahat di sini?"

"Jika kau benar-benar tidak bersalah, kenapa kau begitu angkuh? Biarkan aku mengambil fotomu" kata Manabe kepada Karuizawa.

"Aku .... tidak mau"

Aku berharap Karuizawa merespons dengan kekuatan yang lebih besar lagi, tapi dia terdengar sangat lemah atau lebih tepatnya, meski dia berusaha terdengar keras, aku bisa mendengar ketakutan dalam suaranya. Mungkin itu hanya imajinasiku.

"Apa kau tidak mencoba menyembunyikan tindakanmu?"

Manabe mengunci kamera kepada Karuizawa seolah-olah secara paksa berusaha memotretnya. Gadis-gadis dari Kelas C menyaksikan hal yang ketahuan ini sambil tertawa keras seolah menikmatinya. Hanya murid Kelas C yang terakhir, Ibuki, mengambil sikap yang berbeda dan tidak ikut terlibat. Dia menatap Manabe seolah merasa jijik tapi tidak menghentikannya.

"Ini sangat bodoh" kata Ibuki.

"Bodoh? Apa maksudnya? Ini tidak ada hubungannya denganmu, Ibuki-san, kau bukan teman Rika" kata Manabe pada Ibuki.

"Itu benar, aku tidak punya kepentingan dalam hal ini, jadi aku hanya mengamati" kata Ibuki dengan kedua tangannya disilangkan saat dia mengalihkan pandangan dari tempat kejadian.

Manabe sepertinya tidak menyukai sikap Ibuki terhadapnya, tapi bukannya menghadapi Ibuki, dia mulai menaikkan suaranya melawan Karuizawa. Itu mungkin karena ada tingkatan yang didefinisikan secara pasti di Kelas C dimana Ibuki berada di atas Manabe.

"Bagaimanapun, aku akan mengambil fotomu" kata Manabe akhirnya.

"Tidak! ... tolong katakan sesuatu untuk menghentikannya"

Karuizawa menatap Machida dari Kelas A dan memohon pertolongannya.

"Manabe, jika Karuizawa keberatan, maka berhentilah" Machida kemudian berbicara.

"I-ini tidak ada hubungannya denganmu, Machida-kun"

"Tidak masalah, dari apa yang sudah aku dengar sepertinya kau yang salah, Manabe. Jika Karuizawa menolak membiarkan fotonya diambil, salah jika kau secara paksa melakukan hal tersebut. Akan jauh lebih baik jika kau berbicara dengan temanmu sendiri untuk mengkonfirmasi ceritamu" Machida menegur Manabe.

Tentu saja Machida berada di jalur yang benar jika apa yang dia katakan itu benar. Tapi memotret seseorang yang melawan kemauan mereka adalah pelanggaran sopan santun. Manabe juga mengakui fakta ini saat ia mengundurkan diri saat berhadapan dengan argumen tersebut meski sepertinya ia tidak merasa puas bila berhenti di sini.

"H-hentikan tuduhan aneh itu, yang benar saja dan terima kasih, Machida-kun" Karuizawa menatap Machida dengan hormat dan berterima kasih padanya.

Meskipun dia berasal dari Kelas A, Bukan berarti dia benar-benar tidak memiliki perasaan. Takemoto dan murid-murid yang lain sepertinya tidak tertarik sama sekali.

"... aku hanya melakukan hal yang benar" Machida membalas ke Karuizawa dengan sedikit hembusan napas.

Mungkin ini adalah awal dari sebuah cinta baru untuk Machida dan Karuizawa? Tapi Karuizawa sudah memiliki pacar bernama Hirata jadi ada sedikit masalah di sana. Tapi sepertinya konflik antara Kelas C dan Karuizawa akan menjadi sebuah masalah ke depannya.