Baca Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Volume 4.5 Chapter 4
HARI TERBURUK DAN GADIS BERMASALAH, SENYUMAN IBLIS SEPERTI
MALAIKAT
"Hari ini aku akan membuatmu bekerja sama denganku,
Ayanokouji !!!"
"...Ada apa pagi-pagi seperti ini... kau cukup
bersemangat, Yamauchi ...”
Setelah terbangun karena bel kamarku, aku menghela nafas
saat melihat seorang tamu, Yamauchi.
"Aku akan mengganggumu!"
Dia menjadi cukup bersemangat. Sebuah keberuntungan dimana
Ike dan Sudou juga tidak datang bersamanya, tapi apa sebenarnya yang dia
inginkan dariku?
"Apa, kau masih tidur? kau terlalu santai meskipun
liburan musim panas akan berakhiri dalam beberapa hari lagi," kata
Yamauchi.
Aku sedang bermalas-malasan karena tidak ada lagi hari yang
tersisa.
"Aku sudah memutuskan bahwa hari ini akan menjadi hari
istimewa untukku dan karena itu, kumohon biarkan aku masuk."
Meski belum bisa memahami ceritanya dan masih mengantuk, aku mempersilahkan Yamauchi masuk. Lalu aku menyiapkan secangkir teh jelai untuknya.
Meski belum bisa memahami ceritanya dan masih mengantuk, aku mempersilahkan Yamauchi masuk. Lalu aku menyiapkan secangkir teh jelai untuknya.
(T/N: Jelai itu mirip kek gandum, tapi beda)
"Jadi... apa hubungannya antara aku dengan apa yang
akan kau lakukan di hari istimewa ini?"
"Aku tidak akan membiarkanmu mengatakan bahwa kau sudah
lupa, Ayanokouji! Aku punya hak mengetahui nomor kontak Sakura!"
Dia menangis sangat keras kepadaku. Matanya sedikit merah,
mencerminkan keseriusannya.
"Aku mengerti.....”
Berkaitan dengan itu, karena aku yang salah, aku tidak bisa begitu saja menolak mendengarkan hanya karena hal itu menggangguku. Beberapa waktu yang lalu, dengan syarat bahwa aku akan memberitahunya nomor kontak Sakura, aku menyuruh Yamauchi bertingkah tidak berbeda dengan seorang badut.
"Aku mengerti.....”
Berkaitan dengan itu, karena aku yang salah, aku tidak bisa begitu saja menolak mendengarkan hanya karena hal itu menggangguku. Beberapa waktu yang lalu, dengan syarat bahwa aku akan memberitahunya nomor kontak Sakura, aku menyuruh Yamauchi bertingkah tidak berbeda dengan seorang badut.
Sebagai hasilnya, penilaian Yamauchi dari Horikita secara
khusus sudah menurun. Tentu saja, seharusnya aku memberitahu nomor kontak
Sakura, namun karena itu adalah sesuatu yang aku lakukan tanpa persetujuannya,
aku memprioritaskan untuk melindunginya dan bahkan sampai sekarang, aku masih
belum memberi tahu Yamauchi tentang nomor kontak Sakura.
Pastinya aku harus membayar kembali bantuan itu.
"Aku pikir ini akan sedikit sulit jika kau datang untuk
meminta nomor kontaknya..."
"Bukan, Aku sudah menyerah dengan itu."
Mengatakan itu, Yamauchi menunjukan sebuah surat putih yang
dia pegang di tangannya.
"Aku sudah mencurahkan semua perasaanku untuk Sakura
dalam satu lembar ini!" dia berkata.
"Mencurahkan ..... maksudmu ini surat cinta?"
"Itu benar! Di dalam ini aku sudah menulis tentang
betapa aku mencintai Sakura! Bacalah."
Setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan surat yang
sebelumnya ditutup dengan segel dan menunjukkannya kepadaku.
Untuk Sakura Airi-sama, aku sudah
tertarik kepadamu sejak lama, kumohon jadilah pacarku!
"Ini surat cinta yang sedikit sederhana dan terlalu
formal dari awal..."
Ke arahku yang ditunjukan, Yamauchi membuat ekspresi sombong
di wajahnya.
"Biar aku kasih tau. Hanya menuliskan kalimat yang
panjang secara otomatis akan sangat jelek."
Mungkin memang begitu, tapi hanya dengan sesedikit ini,
tidak ada alur di penulisannya, Bukankah begitu? aku juga bisa membayangkan
orang-orang akan menganggap ini tidak menyenangkan. Apalagi jika orang yang
menerimanya adalah Sakura.
"Kenapa diprin bukannya tulis tangan?"
"Yah, aku tidak terlalu percaya diri dengan hal ini,
tapi tulisan tanganku jelek. Aku mengeprinnya supaya lebih mudah dibaca. Aku
sedikit khawatir jika dia mungkin akan salah membaca kalimatnya."
Dia kemudian menggaruk bagian bawah hidung menggunakan jari
telunjuknya dengan ekspresi bangga, tapi menurutku itu tidak penting.
"Lagupula, Bukankah hari ini mereka juga menggunakan
printer untuk resumanmu?"
"Jika kau sangat ingin menyampaikan perasaanmu kepada
orang lain, aku pikir sebuah surat dengan tulisan tangan itu lebih baik dan
kenapa kau menggunakan font ngerikan di tulisanmu?"
Iblis yang aneh! Rasanya seperti font itu bisa dipakai ke
dalam judul yang akan digunakan untuk mengutuk seseorang.
"Bagaimana aku mengatakannya, bukankah itu ampuh?
Seperti 'Aku akan selalu memikirkanmu selamanya' semacam sebuah perasaan"
"Aku pikir aku akan menyerah dengan ketidaksukaan saat
ini... masalahnya ada di bagian terakhir ini"
Bagian yang ditulis darinya untuk menunjukkan sebuah daya
tarik.
Jika kau mau pacaran denganku, aku
siap untuk menyerahkan semua poinku kepadamu setiap bulan. Sebagai penghormatan!
"Tidak peduli bagaimana, Ini terlalu berlebihan."
"Apa maksudmu? Mereka bilang para perempuan yang imut
suka ketika diberikan upeti, kau tahu? Selain itu, aku ingin pacaran dengan
Sakura meski aku harus memberikan semua poinku. Aku sangat menyukainya, aku
rasa gairah itu akan tersampaikan kepadanya" kata Yamauchi.
Aku tidak bisa menyangkal bahwa ini juga merupakan ekspresi
dari cinta, tapi cara ini bisa dianggap bahwa dia akan membayarnya untuk
menjadi pacarnya.
"Jangan khawatir. Aku tidak peduli bahkan jika dia
hanya menginginkan uangku, aku hanya ingin menjadi kekasihnya.... apa itu
salah?" Tanya Yamauchi.
Saat aku mengangguk sebagai tanggapan, Yamauchi, sambil
menunjukkan ekspresi seolah dia tidak bisa memahaminya, terlihat menunjukkan
sedikit pemahaman.
"... Aku hanya ingin memastikan satu hal, tapi apa kau
serius ingin menembaknya?"
"Ya, mulai dari semester kedua aku akan memulai
kehidupan sekolah impianku, aku akan bertaruh untuk semua ini. Aku sudah berkerja
sama dengan Kikyo-chan untuk mengajak Sakura ketemuan"
Di matanya, tidak ada yang bisa diejek dan yang ada hanyalah sosok Yamauchi yang telah membulatkan tekadnya. Setelah menyaksikan sesuatu seperti itu, aku bahkan tidak bisa meremehkannya.
Di matanya, tidak ada yang bisa diejek dan yang ada hanyalah sosok Yamauchi yang telah membulatkan tekadnya. Setelah menyaksikan sesuatu seperti itu, aku bahkan tidak bisa meremehkannya.
Jika aku menghargai Sakura, aku harus menghentikannya, tapi
rencana Yamauchi itu jujur, malahan aku harus memberinya bantuan.
"Jadi.... apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku
memastikan isi suratnya?"
"Itu benar, tapi ada satu lagi peran penting untukmu.
Intinya, aku ingin kau mengantarkan surat ini kepada Sakura"
"Apa? Apa kau bilang?"
Untuk sesaat aku berpikir jika aku sudah salah dengar, jadi
aku bertanya lagi.
"Seperti yang aku katakan, aku ingin kau memberikan
surat itu menggantikanku. Aku merasa gugup dari pagi hari. Terakhir kali aku
merasa gugup adalah saat aku berlomba di pertandingan terakhir di Stadion Sumo
Nasional dan menang. Itu sebabnya aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk
menyerahkannya dengan benar dan berbicara dengannya”
Aku ingin bertanya persis seperti apa pertandingan terakhir
di Stadion Sumo Nasional yang sudah dia ikuti. Rincian kebohongannya yang
seperti biasanya, tapi itu adalah pernyataan lemah yang tidak wajar dari
Yamauchi yang selalu bersikap jujur dalam hal percintaan karena dia terlihat
sedang berada dalam ketegangan yang tinggi.
"Jika menurutmu isi surat itu jelek, aku akan menulis
ulang dengan benar. Karena itulah... kumohon!"
Sambil mengangkat kedua tangannya, Yamauchi menurunkan
kepalanya dan memohon kepadaku.
"Lalu, aku akan menganggap masa lalu hanyalah masa
lalu, tidak, bahkan jika Ayanokouji mendapat masalah, aku akan bekerja sama
denganmu!"
"... jika kau bersikeras, maka aku tidak keberatan
menerimanya"
"Benarkah?"
"Tapi tidak ada yang tahu apa ini akan berhasil atau
gagal, itu semua tergantung pada perasaan Sakura, apa kau mengerti itu?"
"Ya. Aku juga bukan orang yang idiot. Aku tahu
peluangku tidak besar"
Dia mungkin sedang membawa kegelisahan yang besar di dalam
dirinya, tapi sepertinya dia mengerti bahwa peluangnya untuk berhasil bahkan
tidak sampai 50%.
Sebenarnya, ada bagian dari Sakura yang selalu menarik diri
dari laki-laki. Mempertimbangkannya, kesempatan miliknya hampir bisa dikatakan
sebagai keputusasaan. Tapi meski begitu, laki-laki ini datang dengan tekad
bertarung sampai sekarang hingga mencapai tempat ini.
"... aku mengerti, aku akan menyampaikan perasaanmu.
Apa itu sudah cukup?"
Jika seperti itu, tidak ada yang tidak adil atau curang.
"Ayanokouji ..... kau menyelamatkanku!"
Sambil menggenggam tanganku yang terulur, Yamauchi menunduk
seperti sedang menyembah Tuhan.
Jika sudah sepakat, pertama-tama aku harus mengulas isi
surat tersebut. Jika orang yang menerimanya adalah Sakura, pertama, harus lebih
lembut dan ditulis dengan cara yang benar untuk menyampaikan perasaan. Jika
tidak, tidak akan berpengaruh untuknya.
Yamauchi mempersiapkan tekadnya. Tapi serius, Sebenarnya ini
masih terlalu cepat. Bagi mereka berdua yang bahkan belum saling bertukar nomor
kontak mereka masing-masing, pengakuan hanyalah sebuah risiko. Jika dia ingin
meningkatkan peluangnya untuk berhasil, dia harus benar-benar menyerang Sakura.
Tapi, di rencana Yamauchi, asmara selalu menjadi sesuatu yang dimulai secara
spontan dan ada banyak kasus di dunia percintaan yang dimulai dari nol.
"Langkah pertama...."
Seperti Yamauchi, pengalaman percintaanku juga nol, tapi
paling tidak biarkan aku memikirkan sebuah kata-kata yang sesuai dengan itu.
"Oh, itu benar. Biarkan aku menambahkan satu hal
lagi. Jawaban atas pengakuanku, aku ingin dijawab di belakang gedung sekolah"
"Di belakang gedung sekolah? Ke arah gedung olah raga
kedua?"
"Benar, benar. Ada sebuah rumor, kau tau. Jika kau
mengaku di sana, semuanya akan berjalan dengan lancar"
Ini mungkin mirip dengan pengakuan yang melegenda di bawah
pohon. Sepertinya rumor sudah beredar dari mana saja.
"Aku mengerti, jadi ini salah satu bagiannya, ya?"
"Tentu saja itu bukan sekedar rumor, jika itu pengakuan
dari murid, sudah pasti akan terjadi di belakang gedung sekolah. Mereka
menyebutnya sebagai peraturan"
Aku tidak bisa menemukan hubungan antara pengakuan dan
belakang gedung sekolah, tapi aku bisa membayangkan situasi seperti apa yang
dia sedang pikirkan.
Butuh sekitar 30 menit bagiku untuk melakukan kontak dengan
targetku, Sakura. Perasaan apa yang akan dia reaksikan kepada ajakan Kushida?
Itu adalah sesuatu yang hanya orang tersebut yang akan tahu, tapi yang pasti,
dia tidak mungkin berada dalam keadaan yang tenang. Di sisi lain, aku sedang
dalam mode siap di lokasi yang dijanjikan sebelumnya, menunggu kedatangan
Sakura.
Seperti kata Yamauchi, aku tidak tega membuat Sakura tetap
menunggu, tapi dia malah membuatku menunggu 30 menit lebih cepat. Ponsel yang
sudah aku ubah ke mode diam di sakuku bergetar.
"Halo?"
"B-bagaimana? Apa kau sudah melihat Sakura?"
"Sama sekali tidak. Mungkin dia tidak akan berada di
sini setidaknya sampai sekitar 10 menit sebelum waktunya, kan?"
"Aku mengerti, Kuu.... aku mulai gugup!"
Dari jarak yang sedikit jauh sambil melihat ke arahku,
Yamauchi melambaikan tangannya. Meski dia tidak mau terlihat, sudah pasti dia
menjadi penasaran dengan apa yang akan terjadi dan datang untuk menyaksikannya
sendiri.
"Hei Yamauchi, apa kau tidak keberatan jika kau
memberikanku peran untuk menyerahkannya? Aku benar-benar berpikir akan lebih
baik jika kau sendiri yang memberikan ini kepadanya"
"Aku-tidak mungkin. Asal kau tau saja, aku
mengalami trauma sejak aku masih kecil dan setiap kali aku berada di bawah
tekanan ekstrim, tanganku gemetaran"
Aku pikir sebagian besar orang mungkin akan gemetaran jika
ditempatkan di bawah tekanan yang ekstrim....
"Aku mengerti keinginanmu untuk tidak mengacaukan ini,
tapi kenapa kau tidak memikirkannya sekali lagi? Apa surat cinta yang
disampaikan secara tidak langsung benar-benar memiliki sebuah arti?"
"Tidak, tapi bukankah ini cukup sering terjadi? Seorang
gadis imut diminta ketemuan sepulang sekolah, tapi berbeda dengan
ekspektasinya, dia akhirnya ditembak oleh laki-laki yang jelek. Pola semacam
itu. Dalam kejadian ini, ini merupakan kebalikannya. Aku meminta Kushida untuk
merahasiakan bahwa akulah yang memanggilnya ke sini. Dengan kata lain, jika dia
menyadari bahwa Ayanokouji sedang menunggunya, dia akan kecewa. Tetapi jika dia
menyadari bahwa sebenarnya aku yang sedang melakukan pengakuan, dengan
membandingkan kita berdua, penilaianku darinya pasti akan menjadi lebih baik,
sesuatu semacam itu. Karena itulah Ayanokouji, ketika kau menyerahkan surat itu
kepadanya, jangan menyebutkan namaku. Lebih baik membiarkan dia berpikir bahwa
dia sedang tembak oleh seseorang sepertimu sebagai gantinya." Yamauchi
memberitahuku.
Dia berbicara tentang strategi dengan cerewetnya, tapi bukan
berarti aku tidak keberatan karena dia sudah menjelek-jelekanku sepanjang
waktu. Aku tidak berencana mengkritik tujuannya, tapi ini adalah fakta yang
jelas bahwa jauh lebih baik jika mempertimbangkan perasaan Sakura juga.
"Tidak peduli seberapa besar perasaanmu disampaikan
melalui surat ini. Sebuah pengakuan dari seseorang yang bahkan tidak bisa dia
lihat mungkin akan menakutkan untuknya"
"I-itu ..."
Masih ada waktu. Aku mungkin bisa membuat dia
mempertimbangkannya kembali. Sebuah pengakuan, pada dasarnya, adalah kejadian
satu kali. Bahkan Yamauchi pun tidak mau melakukan dengan cara yang akan
meninggalkan rasa penyesalan.
"Masih ada waktu, Aku pikir kau harus
mempertimbangkannya kembali. Itulah kenapa kau membuat sebuah surat, bukan?"
"Itu benar tapi ... uuuu --- aku bertanya-tannya, apa
aku harus mengaku secara pribadi ....."
Akhirnya, bahkan di dalam diri Yamauchi, satu kesimpulan
sepertinya sudah terbentuk.
"... Ayanokouji-kun?"
Untuk sesaat, aku pikir aku sudah mendengar langkah kaki
samar dari belakangku dan sebuah suara sepertinya sedang memanggilku.
"Sakura di sini! Aku akan menyerahkan sisanya kepadamu!"
Sepertinya Yamauchi sudah mencoba membangkitkan keberanian,
tapi sejak Sakura tiba lebih cepat dari yang diperkirakan, dia menjadi panik
dan menutup teleponnya. Sedangkan aku, karena aku sudah melakukan kontak dengan
Sakura, tidak ada lagi yang bisa aku lakukan. Yang tersisa hanyalah menyerahkan
surat yang dipercayakan Yamauchi kepadaku.
"Ini sebuah kebetulan, bukan?"
"Ahh, tidak, kau diminta ke sini oleh Kushida, kan?"
"Y-Ya, dia bilang dia ingin berbicara denganku tentang
sesuatu ... dia bilang itu sesuatu yang penting"
Aku melihat ke sekeliling, tapi jelas, tidak ada orang yang
lain kecuali aku.
"Sebenarnya, aku meminta bantuan Kushida dan meminta
dia menyuruhmu ke sini".
Sebenarnya, itu bukan aku, tapi mau bagaimana lagi. Meski
itu membingungkannya di sini.
"Ayanokouji-kun yang melakukannya? A-aku mengerti. Itu melegakan, biasanya aku tidak banyak berbicara dengan Kushida-san jadi aku takut melakukan sesuatu untuk membuatnya marah"
Dia menepuk dadanya lega. Sepertinya Sakura yang janjian Kushida tidak lagi merasa tidak nyaman. Melihat Sakura, aku memutuskan untuk menghadapinya dengan sebuah pertanyaan sederhana.
"Ayanokouji-kun yang melakukannya? A-aku mengerti. Itu melegakan, biasanya aku tidak banyak berbicara dengan Kushida-san jadi aku takut melakukan sesuatu untuk membuatnya marah"
Dia menepuk dadanya lega. Sepertinya Sakura yang janjian Kushida tidak lagi merasa tidak nyaman. Melihat Sakura, aku memutuskan untuk menghadapinya dengan sebuah pertanyaan sederhana.
"Meski begitu, kau datang terlalu cepat, masih ada
sekitar 30 menit sampai waktu yang dijanjikan"
"Itu ... aku merasa cemas, jadi aku hari ke sini lebih
cepat"
Masih bingung, dia menjelaskan hal itu kepadaku.
"Tapi aku mengerti, itu adalah Ayanokouji-kun, orang
yang ingin menemuiku, aku sangat lega"
Saat dia menepuk dadanya setelah merasa lega dari lubuk hatinya, kegugupan yang dirasakan sebelumnya terurai dan ekspresinya kembali tenang seperti biasanya.
Saat dia menepuk dadanya setelah merasa lega dari lubuk hatinya, kegugupan yang dirasakan sebelumnya terurai dan ekspresinya kembali tenang seperti biasanya.
"Tapi kenapa? Jika kau membutuhkanku, kau bisa saja
memintaku menemuimu langsung"
"Ahh, tidak, itu sedikit, ada sedikit situasi rumit
yang terjadi"
"Situasi yang rumit?"
Bagaimana aku menjelaskan hal ini? Dalam masalah ini, aku
juga merasa sedikit bingung. Secara biologis, aku sudah banyak mempelajari
perbedaan antara laki-laki dan perempuan secara akademis, namun ketika
menerapkan pengetahuan itu dalam kenyataan seperti ini, aku belum pernah
mempelajari strategi apa pun. Dan di sini masalahnya bukan hanya perbedaan
antara jenis kelamin kita tapi aku juga membutuhkan faktor dari kepribadian dan
perasaan individu milik Sakura juga.
Ini adalah kerumitan dan keanehan dari masyarakat yang
dibangun oleh kecerdasan manusia.
Waktu telah berlalu saat aku mempertimbangkannya. Semakin
lama keheningan terjadi, semakin kehati-hatian dia bangkit.
"Masalahnya adalah ... aku menyuruh Kushida memanggilmu
karena aku ingin menyerahkan ini kepadamu"
Surat yang Yamauchi percayakan kepadaku, aku memberikannya
kepada Sakura.
"Ini...?"
"Aku ingin kau menerimanya tanpa banyak bertanya. Jika
kau membaca isinya, aku yakin kau akan mengerti" kataku pada Sakura.
Jika si pengirim sendiri yang menjelaskannya, makna dibalik
surat tersebut akan berkurang. Aku menyerahkannya seperti itu.
"B-baiklah"
Aku merasakan sesuatu yang mirip dengan rasa bersalah dan
karenanya aku mengalihkan pandanganku.
Di sisi lain Sakura terus melihat bolak-balik antara aku dan
surat untuk mencoba memahami situasinya.
"S... urat .... di belakang gedung sekolah .... laki-laki
......"
Sakura yang menerima surat itu, sambil menatap ke suatu
tempat yang jauh, dengan lemah membisikkan sesuatu pada dirinya sendiri. Woah,
tapi seperti yang baru saja aku katakan, itu bisa berarti bahwa akulah yang
menulis surat itu.
Ini gawat.
"Surat ini dipercayakan kepadaku dari seorang laki-laki
yang sedang bersembunyi. Pengirim mengatakan bahwa kau akan mengerti jika kau
membacanya. Mungkin tulisannya jelek, tapi sepertinya dia memberikan semuanya
untuk menulis surat ini"
Aku langsung meluruskan untuk memastikan bahwa tidak akan
ada sebuah kesalahpahaman.
"A, Awawa ..... ini ... awawawa !?"
Mungkin ini adalah surat pengakuan dari seorang anak
laki-laki, prediksi seperti itu sudah tumbuh di dalam Sakura. Dia sudah
kehilangan ketenangannya dan tatapannya terlihat mulai membayangkan ke hari
lusa nanti. Bahkan jika dia membuka surat itu dan membacanya di sini, reaksinya
akan menjadi masalah untukku jadi lebih baik aku cepat-cepat meninggalkan
lokasi ini.
"Dan dengan begitu aku sudah menyerahkannya. Yang
tersisa adalah agar kau bisa mengambil keputusan dengan benar. Jika kau merasa
sulit untuk memberikan jawaban secara langsung, Kau bisa mengirimkannya melalui
chat atau melalui telepon. Itu tidak masalah. "Kataku padanya.
Dalam masalah Sakura, ada kemungkinan dia tidak bisa
mengatakan 'Ya' atau 'Tidak'. Seharusnya aku akan membantunya.
"Ko, kokoko, kokoko"
"Apa kau ini ayam?"
"T-tidak, bukan begitu. I-ini adalah orang yang
menyu....."
"Benar, ini adalah surat cinta," kataku.
"Kyuuuu !?"
"Woah"
Dengan cepat aku bergerak untuk menopang perempuan yang
dengan cepat terjatuh ke belakang.
"Apa kau baik-baik saja?"
Hanya dengan menyentuh punggungnya dengan tanganku, aku bisa
memastikan tubuhnya sedang terbakar. Ini pasti sangat mengejutkan. lagipula,
dia mungkin mencoba untuk mencari tahu siapa pengirim surat itu di kepalanya.
"Umm, umm umm!"
Tiba-tiba membuka matanya, dia menggerakkan tubuhnya dengan
kekuatan luar biasa. Setelah aku memastikan bahwa dia sekarang berdiri di atas
kakinya sendiri, aku melepaskan tanganku dari punggungnya.
"Horikita .....-san, apa menurutmu dia akan marah
!?" Tanya Sakura.
"Hmm? Horikita?"
Tidak ada alasan kenapa dia harus marah. Jika dia kebetulan
melihatku mengantarkan surat itu ke tempat Yamauchi, dia mungkin akan dengan
putus asa mengeluh saat mengatakan sesuatu seperti, "Kau membuat dirimu
terlibat dalam sesuatu yang tidak berguna lagi. Haa~"
Paling tidak itu bukan sesuatu yang akan membuatnya marah.
Aku berpikir bahwa dia salah mengira jika akulah yang
mengaku, tapi ketika aku menyerahkan surat itu, aku benar-benar mengatakan
"Aku dipercayakan oleh seorang laki-laki yang sedang bersembunyi".
Dia seharusnya tidak salah paham denganku.
"U, uwa ..... uwa ....."
Tapi wajah Sakura menjadi lebih merah dan merah dan dari
kegugupan, sepertinya dia akan pingsan. Hanya saja, aku tidak berpikir jika ini
adalah reaksi ketika sudah menerima surat itu.
Ini terasa seperti situasi dimana laki-laki yang menyerahkan
surat pengakuan itu ada tepat di depan matanya.....
Jika memang seperti itu, terlepas dari pengakuannya, tidak akan aneh jika Sakura menjadi panik. Bahkan aku bisa menimbulkan kepanikan jika berada di situasi seperti itu. Kalau memang begitu, sekarang aku juga bisa mengerti alasan kenapa nama Horikita disebutkan.
Jika memang seperti itu, terlepas dari pengakuannya, tidak akan aneh jika Sakura menjadi panik. Bahkan aku bisa menimbulkan kepanikan jika berada di situasi seperti itu. Kalau memang begitu, sekarang aku juga bisa mengerti alasan kenapa nama Horikita disebutkan.
"Sakura, aku akan menjelaskan tentang diriku..... surat
itu dipercayakan kepadaku oleh orang lain, apa kau bisa mengerti?"
Setelah aku mengatakannya sekali lagi, bahu Sakura bergetar.
"Ehh --- ahh, ini bukan dari Ayanokouji-kun ....?"
"Aku sudah bilang seperti itu tadi, kan? Aku baru saja
disuruh untuk mengirimkannya"
"..... Aku mengerti. Tentu saja seperti itu. Tidak
mungkin ada yang seperti itu, mungkin.... tt-tapi, apa yang harus aku lakukan
dengan ini !?"
"Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali membacanya dan
memberikan jawabanmu"
Aku mencoba untuk pergi karena aku hanyalah sebuah
perantara, tapi aku ditarik oleh belenggu di pakaianku.
"Ehh ---! Tidak mungkin! Tidak mungkin! aku tidak bisa
melakukannya ..."
"Apa kau pernah mengaku sebelumnya?"
"Tidak pernah!"
Sakura menjawabku dengan cepat seperti itu. Sepertinya dia
akan ditembak berkali-kai mengingat bahwa dia ini imut, tapi itu hanya karena
aku berpendapat seperti itu kepada Sakura saat ini. Ceritanya mungkin akan
berbeda dengan Sakura yang sebelumnya.
"Surat ini ..... apa kau ingin membacanya, bersama
denganku .....?"
Bersama-sama... Sejak awal isinya ditulis sesuai dengan
pengarahanku. Jika Sakura tidak memiliki keberanian yang dibutuhkan untuk
membacanya seorang diri, bukan berarti aku tidak bisa bekerja sama dengan dia
tapi....
Pemandangan seperti ini, Yamauchi mungkin tidak menginginkan
hal seperti itu.
"Untuk saat ini, Bukankah setidaknya kau langsung
membaca suratnya saja? Itu juga adalah tanggung jawabaku yang suratnya
dipercayakan. Itu mungkin akan menjadi beban untukmu, tapi tolong mengertilah"
"Baiklah....."
Karena Sakura sama sekali tidak senang dengan ini, aku memutuskan
untuk menindaklanjutinya sedikit.
"Ada juga kemungkinan jika itu berasal dari seseorang
yang kau sukai" kataku kepadanya.
"Kemungkinan itu sudah tidak ada lagi ......"
"Hmm?"
"Ahh, um, itu karena aku tidak punya seseorang yang aku
suka. Aku-aku akan coba membacanya!"
Mengangguk, Sakura sedikit menyesuaikan pandangannya,
menurunkan kepalanya, dan kembali ke asrama. Dia mungkin akan kembali ke
kamarnya untuk membaca surat yang ditulis Yamauchi.
"B-bagaimana hasilnya!? Bagaimana perasaannya! Apa dia
terlihat bahagia !?"
Setelah dipastikan dari kejauhan bahwa Sakura sudah kembali
ke asrama dengan surat di tangan, Yamauchi bergegas dan bertanya hal itu
kepadaku dengan gugup. Aku mengerti keinginannya untuk menanyakan berbagai hal,
tapi kalau memang seperti itu, seharusnya dia yang menyerahkannya sendiri sejak
awal.
"Dia belum membaca suratnya, keputusannya akan datang
dimulai dari sekarang, aku pikir"
"K-keputusan? jangan memakai kata-kata yang menakutkan.
Aku percaya itu akan baik-baik saja!"
"Aku akan bertanya untuk berjaga-jaga, tapi apa dasar
dari alasanmu itu?"
"Itu, dilihat dari sikapnya saat dia berbicara
denganku, kurasa"
"Sikapnya?"
"Bagaimana aku mengatakannya, dia yang malu-malu kucing
mengalihkan pandangannya, bukankah itu karena dia sadar bahwa dia tidak mampu
melihat langsung ke arahku?"
Tidak ..... aku pikir itu karena Sakura payah jika berurusan
dengan orang-orang secara langsung.
“Bukan hanya itu. Kapanpun dia berbicara denganku, setelah
itu dia selalu sedikit mendesah, bukankah itu yang kau sebut dengan desahan
cinta? Bukankah itu yang terjadi? Memikirkan seseorang yang kau cintai dan
melakukann ‘Haa ~’ desahan. Aku bisa merasakan pertanda yang seperti
itu" kata Yamauchi.
Aku pikir itu mungkin saja, karena dia menjadi lelah setelah
berurusan dengan seseorang seperti Yamauchi yang berbicara dengannya
menggunakan ketegangan tinggi .....
Tapi yang jelas, ketika menyangkut seseorang yang kau sukai,
mereka akan buta terhadap sesuatu yang seperti itu.
---
Tengah malam, sementara sedang sedikit khawatir dengan
tanggapan Sakura besok, aku membuat persiapan untuk tidur. Ponselku bergetar
satu kali.
"Apa kau masih bangun?"
Kalimat singkat dan sederhana. Itu dari Sakura. Aku menatap
layar ponselku untuk beberapa saat tanpa menyentuhnya, tapi kelanjutan kalimat
itu sepertinya tidak akan datang. Dia mungkin mengira jika aku sudah tertidur
dan sedang mempertimbangkannya. Aku membuka layar obrolan dan menandainya
sebagai pesan yang sudah dibaca. Dan ketika aku melakukannya, pesan singkat
lainnya dikirim.
"Apa aku membangunkanmu .....?"
"Maaf, Aku mencuci pakaianku. Jangan khawatir"
Aku menjawab dengan kebohongan kecil seperti itu. Seperti
yang aku lakukan, mungkin dia merasa lega, karena kalimat berikutnya sedikit
lebih panjang.
"Besok jam 5 pagi aku harus bertemu dengan
Yamauchi-kun... apa aku bisa menemuimu sebelum itu .....?"
Pesan seperti itu masuk. Aku bisa saja menolak, tapi untuk
Sakura, tidak ada orang lain yang bisa diandalkannya.
"Di mana kau akan bertemu dengannya?"
"Di tempat yang sama di belakang gedung sekolah seperti kemarin"
"Di tempat yang sama di belakang gedung sekolah seperti kemarin"
Aku memang sudah tahu, tapi pada dasarnya aku sedang
mengkonfirmasikan hal itu sekali lagi ketika aku berjanji untuk bertemu dengan
Sakura. Karena aku tidak ingin merepotkan Sakura, aku memutuskan untuk
menemuinya di tempat yang sama di belakang gedung sekolah itu.
Sekarang, waktunya tidur. Dengan cepat menyelesaikan
tugas-tugas yang tersisa, aku mematikan daya dan meletakkannya.
Dan, ponselku bergetar lagi.
"Umm ... maaf sudah mengganggumu berkali-kali, apa
tidak masalah kalau aku meneleponmu?"
Kecemasan yang disalurkan untukku melalui pesan. Lebih baik
kalau aku tidak pergi tidur dan membiarkan Sakura begitu saja. Dan saat aku
meneleponnya, Sakura menjawab dengan suara rendah.
"Kau tidak bisa tidur?"
"Iya ..... memikirkan hari esok, Aku baru saja merasa
gugup ..... haaaaa"
Itu adalah desahan yang menyedihkan. Kecemasannya juga
ditularkan melalui telepon. Dia mungkin sedang memikirkan jawaban atas
pengakuan itu.
"Aku - aku tidak tahu apa-apa tentang Yamauchi-kun
..... dan itu sedikit menakutkan ....."
"Aku mengerti....."
"Menyukai seseorang atau membenci seseorang, aku baru
sadar jika itu datang membawa tanggung jawab yang besar"
Bagi Sakura yang belum terlalu memperhatikan jarak di antara
dia dan sekitarnya sampai sekarang, kejadian ini pasti merupakan stimulus
yang terlalu banyak. Tapi sejauh mana orang luar bisa ikut campur dan membantu
itu sendiri terbatas.
T/N: Stimulus adalah istilah yang digunakan oleh psikologi
untuk menjelaskan suatu hal yang merangsang terjadinya respon tertentu.
Orang yang memutuskan segalanya adalah Sakura dan yang
menerimanya adalah Yamauchi. Pola seperti ini saja tidak bisa dibantah. Itu
adalah sesuatu yang bahkan seorang pemula dalam percintaan seperti aku mampu
mengerti. Aku tidak punya hak menyuruh Sakura untuk menolaknya atau menerima
dia. Aku tidak bisa berbuat apa-apa selain diam mendengarkan apa yang dia
katakan.
"Yamauchi-kun tidak melakukan sebuah kesalahan, tapi
aku hanya... berpikir aku tidak menginginkannya. Tapi aku juga merasa tidak
enak dengannya yang menyukai seseorang sepertiku ....."
Aku sangat menyadari bahwa cinta itu sudah pasti adalah
sesuatu yang rumit.
"..... ketika Aku terus berpikir, aku tidak tahu apa
yang harus aku lakukan ....."
Itu bisa dimaklumi, meski melalui telepon aku bisa mengerti
bagaimana dia yang selalu merasa bingung.
"Kenapa aku..... aku berpikir kenapa aku harus
menderita seperti ini, aku akhirnya memikirkannya"
Daripada merasa bahagia, sebaliknya, sepertinya dia tidak
menyukai atau setidaknya terganggu olehnya.
"Ayanokouji-kun, kau, umm ..... ahh, kau mungkin
mendengar sesuatu yang tidak penting tapi ...."
"Tanyakan aku apa saja. kalau itu adalah sesuatu yang
bisa aku jawab, aku akan menjawabnya" Kataku
"Umm ..... sekarang, apa kau sedang pacaran dengan
seseorang ..... seperti itu?"
Untuk beberapa alasan dia bertanya kepadaku hal itu dengan
nada formal.
"Tidak, sama sekali tidak. Saat ini dan tentu saja,
sampai sekarang juga"
"B-Benarkah!?"
"Jika kau terdengar sangat bahagia, itu membuatku
merasa jika kau ini Blak-blakan”
Hal itu sangat menyakitkan saat dia merasa sangat senang
dengan orang yang jones.
"Waahh .... tidak, aku tidak bermaksud mengejekmu! Aku
hanya senang, karena kau sama sepertiku"
"Aku cuma bercanda" kataku padanya.
"Mou .....!"
Itu hanya lawakan ringan, tapi sepertinya itu sudah
mengacaukan hati Sakura yang mengeras.
"Kalau begitu umm, apa kau pernah ditembak oleh
seseorang, atau mengaku kepada seseorang, sesuatu seperti itu?"
Dia terlihat akan sedikit mengatasinya. Tapi aku tidak punya
apa pun untuk disembunyikan jadi tidak masalah.
"Sama sepertimu. Pengalaman ditembakku 0"
Tapi dalam kasus Sakura, ini akan menjadi pertama kalinya.
"Jadi seperti itu!"
Dia terdengar senang lagi. Dan begitulah, Sakura dan aku
berbicara tanpa tujuan tentang topik acak dengan penuh semangat untuk sementara
waktu. Setelah beberapa saat, aku merasa Sakura mengantuk dan mengakhiri
teleponnya. Kuharap dia perlahan tertidur begitu saja. Berpikir seperti itu,
aku juga memutuskan untuk tidur.
----
Waktu yang dijanjikan adalah jam 4 sore, tapi 10 menit
sebelum itu Sakura sudah menunggu dengan ekspresi rumit di wajahnya. Dia
mungkin sedang memikirkan banyak hal di kepalanya, ekspresinya berubah setiap
detiknya. Wajah yang pucat, wajah yang gugup, wajah yang cemas. Aku ingin tahu
apa yang dia pikirkan jauh di dalam hatinya.
"Apa aku membuatmu menunggu?"
"Ahh"
Saat aku memanggilnya, Sakura perlahan mengangkat kepalanya
dan dengan ragu mendekatiku.
Akan lebih baik lagi jika dengan memanggilnya, aku bisa
mengurangi beban Sakura sedikit.
"Terima kasih, Ayanokouji-kun ... kerena sudah datang
ke sini"
"Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Jadi, apa
masalahnya?"
"Yah ..... itu, tentang surat yang kau serahkan
kepadaku kemarin ....."
"Apa ada sesuatu terjadi?"
Menemuiku oleh seseorang yang akan bertemu dengan Yamauchi,
itu artinya ada sesuatu yang dipikirkannya. Tapi mungkin masih ada beberapa
perlawanan yang tersisa dalam dirinya untuk membicarakan hal tersebut karena
kata-katanya terlihat terbata-bata.
"Jangan diam---"
Aku mencoba untuk menyela dengan mengatakan hal itu, tapi
seperti yang aku lakukan, aku bisa melihat beberapa sosok yang datang ke
lorong. Dilihat dari penampilannya yang memakai jersey, bisa dikaitkan dengan
aktivitas klub.
"Maaf tapi bisakah kita berjalan-jalan sedikit?"
"Ehh? Ahh, baiklah"
Tidak ada gunanya sekarang jika dilihat oleh seseorang. Kami
berjalan menuju bagian belakang gedung sekolah tempat pohon tumbuh untuk
menghindari tatapan orang lain. Tempat seperti itu yang biasanya tidak
dikunjungi orang-orang hanya akan menimbulkan sedikit risiko dilihat oleh mata,
tapi tempat ini sepertinya dirawat dengan hati-hati.
Akan merepotkan jika kami bertemu dengan Yamauchi jika dia
kebetulan datang di tempat pertemuan lebih awal, sebaiknya aku menyelesaikan
ini dengan cepat. Seperti yang aku pikirkan, Sakura yang cukup misterius ketika
membungkukan lehernya, membentangkan tangan kanannya saat ia melihat ke arah
langit.
"Apa yang salah---?"
Ketika aku hampir mengajukan pertanyaan itu, aku menyadari
alasan di balik tindakan misterius Sakura.
"Hujan, ini hujan"
Kupikir langit masih cerah, tapi tiba-tiba hujan mulai turun
dengan lebat.
Tentu saja hal itu hanya sementara, tapi hujan ini jauh
lebih hebat dari yang aku pikirkan dan membasahi pakaian kami.
"Sial, cepat kembali ke lorong sekarang!"
Meraih tangan Sakura yang mengangguk, aku kembali menyusuri
jalan kecil yang kami tempuh. Kami terpapar hujan kurang dari satu menit tapi
karena hujan turun sangat deras, sepertinya pakaian Sakura menyadi basah kuyup.
Aku bahkan bisa melihat rambutnya yang sangat basah.
"Sial ... apa kau baik-baik saja, Sakura?"
"Aku-aku baik-baik saja, bagaimana denganmu,
Ayanokouji-kun?"
"Aku juga baik-baik saja"
Aku mendesah sedikit sambil mengamati hujan yang menjadi
lebih deras. Waktu yang salah untuk hujan turun.
"Silakan gunakan ini kalau kau mau"
Dengan ragu, Sakura menyerahkan sebuah saputangan kepadaku.
Aku ingat tentang saputangan itu. Itu sama seperti yang dipinjamkan ketika di
pulau tak berpenghuni.
"Aku baik-baik saja. Gunakan itu untukmu sendiri. Kau
akan terserang flu" kataku padanya.
Aku tidak bisa menjadi yang pertama mengeringkan diriku,
Tidak pada saat seorang gadis basah kuyup ada di depanku. Tapi meski begitu,
Sakura berjinjit dan menggunakan saputangan itu untuk menyeka tetesan air hujan
dari rambutku yang basah kuyup. Dibawa oleh bau hujan, aku bisa mencium aroma
Sakura yang menggelitik hidungku.
"Aku ini kuat” katanya sambil menghapus tetesan air
hujan dari rambutku, lalu ke leherku.
".........."
".........."
Aku melirik Sakura sekilas yang berdiri di sampingku
diam-diam. Entah bagaimana aku bisa mengerti apa yang sedang diincar oleh
Yamauchi sekarang. Aku bisa merasakannya. Saat ini, di tengah liburan musim
panas dan kami berdua mengenakan pakaian santai kami, tapi jika seandainya ini
adalah seragam sekolah, mungkin ini akan menjadi situasi yang sangat
bagus. Kejadian turunnya hujan memang sedang terjadi, tapi ini juga bisa
dianggap sebagai pengalaman.
Tiba-tiba hujan turun. Kami berdua panik dan berlari menuju
atap untuk berteduh. Dan tanpa henti ... kami akan bicara pelan-pelan, tapi kami
pasti akan kehabisan topik. Garis pandang kami saling terikat dan kami bisa
saling mendengar menghembuskan nafas masing-masing. (T/N: Intinya mau ciuman
:v) Ini semacam adegan laki-laki yang sedang berkhayal.
Tapi untuk beberapa alasan, di dalam kepalaku, untuk sesaat
aku bisa membayangkannya. Apa yang Yamauchi inginkan. Ini mungkin perasaan yang
serupa dengan itu.
"Aku penasaran, apa hujannya akan segera berhenti ...?"
"Aku sedang mencari tau di ponselku sekarang, tapi
sepertinya ini cuma hujan yang lewat. Jika kita menunggu sebentar lagi,
sepertinya akan berhenti"
"Aku mengerti..."
"Ahh, maaf, walaupun ada hal penting yang harus
dilakukan setelah ini, pada akhirnya aku membiarkanmu basah"
"Tidak, jangan khawatir. Itu sama sekali tidak penting"
jawab Sakura.
Sakura bilang bahwa itu tidak penting. Dengan kata lain itu
berarti ---
"Aku ... tidak tau apa yang harus aku lakukan
....."
"Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menjawab sesuai dengan apa yang kau rasakan. Terima, tolak, atau berteman dulu"
"Tidak ada yang bisa dilakukan kecuali menjawab sesuai dengan apa yang kau rasakan. Terima, tolak, atau berteman dulu"
Langkah yang tepat tergantung kepada individu. Aku tidak
akan mengatakan apapun yang tidak perlu.
"Tentu saja kau selalu bisa menunda jawabanmu dan jika
terlalu memalukan, aku bisa menyampaikannya kepada Yamauchi sebagai
gantinya"
Yamauchi pasti tidak akan menginginkan sesuatu yang seperti itu, tapi jika Sakura menginginkannya, aku tidak punya pilihan selain memenuhi keinginan tersebut.
Yamauchi pasti tidak akan menginginkan sesuatu yang seperti itu, tapi jika Sakura menginginkannya, aku tidak punya pilihan selain memenuhi keinginan tersebut.
"..... tidak, aku akan mengatakannya sendiri.... aku
mungkin harus memberitahunya"
"Aku pikir kau benar, ini juga demi Yamauchi."
"Ya, aku mengerti ..... aku akan menolaknya".
Sebelum memberikan Yamauchi jawabannya, dia membiarkanku
mendengar jawaban itu duluan.
"Aku mengerti"
Aku memang mengerti bahwa hampir 100% kemungkinan akan
menjadi seperti itu dilihat dari arus pembicaraan sampai saat ini. Tapi sangat
penting jika Sakura harus mengatakan itu dari mulutnya sendiri.
"Ahh ---, uuu ---, umm, aku tidak berpikir bahwa aku
punya hak untuk menolak perasaan orang lain. Aku pikir itu mungkin terlalu lancang
dariku ... tapi ...."
Untuk beberapa alasan, untuk memberikan penolakan, Sakura
terlihat sudah diserang oleh rasa bersalah yang kuat.
"Tidak perlu meminta maaf. Pada dasarnya, ini hanyalah
perasaan sepihak dari sisi si pengaku. Menerima itu hanya karena kau juga
menyukai mereka. Jika tidak, bukan hal yang aneh bila ditolak. Mereka tidak
memiliki hak seperti itu "kataku padanya.
Merasa seperti aku tidak ingin dia salah paham, aku dengan
tegas mengatakan itu kepadanya. Aku pikir hujan seharusnya akan berhenti, tapi
tidak ada yang tahu kapan Yamauchi akan muncul.
"Sebaiknya aku pergi, bukan? Aku akan pergi sekarang"
Hujan masih sedikit deras, tapi aku membuat langkah pergi.
"T-Tidak! Jika Ayanokouji-kun tidak lagi di sini, aku
tidak akan bisa berbicara lagi, itu sebabnya ... ku mohon ..."
Dia meraih lengan bajuku. Dan mencengkeramnya erat-erat.
"Ku mohon ... jangan tinggalkan aku sendirian"
"Jika itu yang kau inginkan"
Menjawab dengan cepat seperti itu, aku memutuskan untuk
tetap berada di bawah atap sekali lagi. Lagipula, Sakura sudah membantuku
dengan berbagai cara. Sekitar 15 menit kemudian, Yamauchi datang. Tapi meski
begitu, itu sedikit lebih cepat. Ekspresinya lebih kaku sehingga aku merasa
pernah melihat itu sebelumnya.
"K-kenapa kau di sini, Ayanokouji?".
"Maaf, Sakura bilang dia tidak punya keberanian untuk
bertemu hanya dengan kalian berdua jadi aku diminta untuk berada di sini,
tolong jangan pedulikan aku"
Mengatakan hal seperti itu sudah pasti tidak akan membuatnya
merasa nyaman, tapi Yamauchi tidak punya pilihan lain selain menerimanya.
Sejenak aku berpikir ada yang mencurigakan, tapi Yamauchi
dengan putus asa berusaha memusatkan perhatian kepada Sakura di depan matanya.
"Maaf karena membuatmu menunggu. Kau membaca suratku?"
"Ya ..... umm ...... Tolong beritahu aku satu hal."
"Kau bisa bertanya apa saja ....."
Sakura mengencangkan cengkeraman di roknya dan meremas suara
dari dalam tenggorokannya.
"K-kenapa kau menyukai ... ku? Ada banyak orang yang
lebih cantik dariku ......".
"Aku lebih menyukai Sakura!"
Begitu saja, dia berteriak. Bahu Sakura naik saat ia
tersentak.
"M-maaf. Aku tidak bermaksud menggunakan suara yang
keras ..... j-jadi apa jawabanmu?"
Sebuah jawaban canggung atas pengakuan yang canggung.
Karena kebetulan aku mendengarkan masalah orang lain, aku
akhirnya berpikir bahwa mereka harus mengatakan ini dan itu untuk membuat
Sakura menjadi lebih baik. Tapi untuk pria itu sendiri, dia cukup gugup membuat
hatinya akan melompat keluar dari mulutnya sehingga dia tidak berada dalam
posisi yang tepat untuk berpikir dengan benar. Tidak peduli bagaimana, dia
tidak bisa memilih pilihan yang terbaik.
"Aku..... aku minta maaf!"
Sambil berdiri di depan Yamauchi dengan sedikit memerah,
Sakura membungkuk dalam-dalam sambil mengatakan itu.
Pada saat itu, cahaya harapan terakhir yang membara di dalam
tubuh Yamauchi hancur dan berjauhan.
"Aku-aku, untuk perasaanmu, umm, tidak bisa menbalasnya"
Seberapa banyak
keberanian yang dibutuhkan oleh Sakura agar bisa mengungkapkan kata itu. Untuk
pertama kalinya, aku melihat di depanku, menyaksikan dengan aneh dari dekat,
sebuah bentuk 'asmara'. Tentu saja Yamauchi juga tidak ingin dicampakan di tempat
dengan hadiah sebuah pihak ketiga. Meski tidak ada yang bisa dilakukan, tidak
salah lagi jika aku sudah membuatnya merasakan emosi yang rumit.
"Aku
mengerti....."
Setelah
mengerti, Yamauchi terlihat putus asa berusaha menelan situasi bulat-bulat. Sama
seperti Sakura, suaranya sedikit gemetaran, tapi aku tidak bisa menahan diri
untuk menertawakan sosok itu.
"Terima
kasih, Sakura, karena sudah datang jauh-jauh ke sini"
"S-selamat
tinggal ......!"
Tidak lagi
mampu menahan suasana yang berat dari tempat ini, Sakura menundukkan kepala
sangat dalam di hadapan Yamauchi dan bergegas pergi.
"Ahh
......."
Lengan Yamauchi
yang tak berdaya tidak sampai kepada Sakura. Aku tidak bisa berbuat apa pun
selain berdiam diri
seolah pertama kalinya melihat romantisa. Yamauchi mencoba menahan kekecewaannya
untuk sementara waktu, tapi akhirnya dia mengangkat kepalanya
dan menatapku.
Aku ingin tahu
apa dia akan memberikan cacian ke arahku yang sudah mengganggu pengakuannya
seperti serangga pengganggu atau mungkin dia akan mengeluarkan
sangat banyak kemarahan? Bagaimanapun, dia terlihat bersiap untuk melepaskan
ketidakpuasan dan ketidakbahagiaannya. Tapi---
"Hah, ini
memalukan, dicampakkan di depan seorang teman, wajahku baru saja akan terbakar"
Dan tanpa
menyalahkanku sama sekali, dia mengatakan itu. Di wajahnya, syok karena sudah dicampakan terlihat, tapi ternyata belum semuanya.
"Ya,
bagaimana caraku mengatakannya, umm ..... aku merasa lega, kupikir"
Yamauchi yang
dicampakan sekarang terlihat cerah entah bagaimana, mengatakan hal itu sambil menatap lurus ke arahku.
"Bagaimana,
ya., aku adalah orang yang bodoh. Aku
sudah menimbulkan
masalah kepada Sakura. Aku akhirnya menyadari hal itu. Agar tidak menyakitiku yang bahkan tidak dia sukai, dia
mencoba untuk memilih kata-kata yang tepat. Aku dipenuhi oleh rasa bersalah.
Aku bebas menyukai dia, tapi aku sudah belajar bahwa menyampaikan perasaan, kau
juga akan menerima dampaknya." kata Yamauchi.
Saat aku
melirik bahu Yamauchi, aku melihat bajunya yang juga basah. Dengan kata lain,
dia sudah ada di dalam perjalanan sebelum waktu yang dijanjikan. Mungkin dia terlalu khawatir sepanjang waktu sambil memikirkan pengakuan
itu.
"Kau tidak
sesetress yang aku bayangkan" kataku.
"Aku, syok
tetaplah syok, tapi aku tidak selemah itu. Sakura itu imut dan aku memang
menginginkan dia sebagai pacarku. Aku memang memikirkan itu tapi jalan pikiranku juga berbeda. Hanya menilai wajahnya atau tubuhnya, itu hanyalah tindakanku yang tidak serius. Tindakan yang aku ambil… Bagaimana
aku mengatakannya, aku tidak serius menyukainya dari lubuk hatiku. Mungkin, jika aku sangat menyukainya, jika aku ditolak pada saat itu, aku
akan merasa lebih syok, lebih menderita, lebih sedih dan lebih frustrasi
lagi, aku pikir" katanya.
Aku berani
mengatakan bahwa tidak ada yang bisa ditanggapi. Dalam
diam aku mendengarkan semua kata yang dilontarkan Yamauchi.
"Karena
itulah --- hari ini aku sudah lulus dari cinta asal-asalan ini, aku akan menemukan
perempuan yang bisa aku sukai, aku akan mulai dengan itu" kata Yamauchi.
Sepertinya dari
penolakan ini, Yamauchi sudah menjadi orang yang lebih baik.
"Aku
bersyukur kepadamu, Ayanokouji. Aku minta maaf karena membuatmu terlibat
dalam sesuatu yang aneh seperti ini".
"Jangan
khawatir, karena kita ini..... teman"
"Ini. Aku akan meminjamkan ini kepadamu, kau bilang ingin meminjam ponsel, kan?"
"Apa kau
yakin? Kalau tidak salah kau bilang jika ini tergantung kepada keberhasilan pengakuan itu?" Aku bertanya.
"Ini
spesial, tapi sebaiknya kau cepat mengembalikannya."
Mengatakan itu, Yamauchi melangkah maju ke arah yang sama dengan Sakura.
Dan ketika aku menyadarinya, sinar matahari mulai menembus celah awan hujan.