Baca Light Novel Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu e Bahasa Indonesia Volume 4.5 Chapter 1 Part 2
"Selanjutnya"
Hari sudah sore ketika aku mendengar suara kecil itu datang
dari dalam fasilitas sementara.
"Aku sudah membuatmu menunggu"
Pada akhirnya masing-masing kelompok membutuhkan waktu
sekitar 15 menit dan aku harus mengantri di dalam antrian cukup lama.
Itu terjadi ketika aku sudah mulai tidak peduli lagi dengan peramal yang ada di dalam dimana suara dari ruangan di balik tirai tempat peramal itu berada.
Itu terjadi ketika aku sudah mulai tidak peduli lagi dengan peramal yang ada di dalam dimana suara dari ruangan di balik tirai tempat peramal itu berada.
Dan saat aku masuk, di dalamnya ada pemandangan yang sering aku lihat di televisi. Pencahayaannya redup di dalam sana, hanya sekitar 30 lux. Ditambah dengan adanya buku tebal, palu dan bola kristal yang juga bisa digunakan untuk sebuah tujuan yang tidak aku ketahui.
Peramal wanita tua itu mengunakan tudung pada dirinya dan
karena itu, aku tidak bisa melihat ekspresinya.
Suasana tempat ini sendiri adalah suasananya tahun
pertama.
Bola kristal itu sedang bersinar, bahkan sekarang benda ini seolah-olah sedang mencerminkan tentang Ibuki dan masa depanku. Di depan peramal, ada dua kursi bundar tanpa sandaran. Kurasa di situlah kami seharusnya duduk. Ketika kami berdua duduk, si peramal hanya tertawa sesaat dan tangan kanannya bergerak.
Bola kristal itu sedang bersinar, bahkan sekarang benda ini seolah-olah sedang mencerminkan tentang Ibuki dan masa depanku. Di depan peramal, ada dua kursi bundar tanpa sandaran. Kurasa di situlah kami seharusnya duduk. Ketika kami berdua duduk, si peramal hanya tertawa sesaat dan tangan kanannya bergerak.
"Pertama-tama, bayar" kata peramal itu kepada
kami.
Dan setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan card reader
dari bawah meja dan meletakkannya di atas meja di depan kami.
T/N: Card Reader sejenis kaya Mesin EDC sebagai alat pembayaran menggunakan kartu.
Dari atmosfir yang menyesakan ini, hampir memberikan kesan seperti museum peramal. Artefak peradaban modern muncul seperti itu dan melepaskan perasaan yang tidak masuk akal.
T/N: Card Reader sejenis kaya Mesin EDC sebagai alat pembayaran menggunakan kartu.
Dari atmosfir yang menyesakan ini, hampir memberikan kesan seperti museum peramal. Artefak peradaban modern muncul seperti itu dan melepaskan perasaan yang tidak masuk akal.
Tentu saja, aku tidak berpikir bahwa itu akan gratis, tapi
tiba-tiba aku seperti ditarik kembali ke dalam kenyataan.
"Apa yang akan kau ramalkan untuk kami?"
"Apa yang akan kau ramalkan untuk kami?"
Sebelum mengeluarkan kartu tanda pengenal muridnya,
Pertama-tama Ibuki mengajukan pertanyaan tersebut.
"Pendidikmu, pekerjaan, urusan cinta dan apapun yang
kau suka" jawab peramal saat dia tertawa terbahak-bahak.
Tentu saja ini akan membuat perasaan yang kuat ke daerah sekitarnya, tapi daripada hanya sekadar seorang peramal, Menurutku dia terlihat seperti penyihir.
Tetapi daftar harga yang diletakkan di atas meja sangat tidak sesuai.
Tentu saja ini akan membuat perasaan yang kuat ke daerah sekitarnya, tapi daripada hanya sekadar seorang peramal, Menurutku dia terlihat seperti penyihir.
Tetapi daftar harga yang diletakkan di atas meja sangat tidak sesuai.
Sepertinya harga yang diberikan terbagi menjadi beberapa
kategori. Sesuatu yang dikatakan oleh peramal sepertinya termasuk ke dalam
"rencana dasar" dan di sana, hal itu terbagi lagi menjadi jauh lebih
banyak bagian dan salah satunya termasuk ke dalam Tenchuusatsu.
Di antara yang lainnya, ada bimbingan yang akan membiarkanmu melihat sampai ke akhir kehidupanmu dan karena peramal memiliki persyaratan untuk berpasangan, ada banyak bimbingan yang berfokus kepada asmara.
Di antara yang lainnya, ada bimbingan yang akan membiarkanmu melihat sampai ke akhir kehidupanmu dan karena peramal memiliki persyaratan untuk berpasangan, ada banyak bimbingan yang berfokus kepada asmara.
Ini hanya pemikiran spontanku, tapi jika peramal meramalkan
kecocokan yang buruk diantara pasangan, aku bertanya-tanya apa yang akan
dilakukan oleh pasangan tersebut? Hanya saja dalam masalah ini, lebih dari 5000
poin dibutuhkan. Ini sedikit mahal.
"Meski begitu ... harganya sangat mahal"
Bagi murid Kelas D yang berjuang dengan masalah poin setiap
hari, ini merupakan biaya yang sangat mahal.
Bahkan jika aku mengatakan hal itu, akan sia-sia saja untuk kembali tanpa kesempatan untuk menyelidiki Tenchuusatsu. Selalu ada pilihan untuk hanya mendengarkan hasil ramalan Ibuki dan kemudian kembali, tapi jika aku melakukan itu, aku tidak akan bisa memastikan kebenarannya.
Bahkan jika aku mengatakan hal itu, akan sia-sia saja untuk kembali tanpa kesempatan untuk menyelidiki Tenchuusatsu. Selalu ada pilihan untuk hanya mendengarkan hasil ramalan Ibuki dan kemudian kembali, tapi jika aku melakukan itu, aku tidak akan bisa memastikan kebenarannya.
Kupikir untuk berjaga-jaga, aku memeriksa saldo poin di
ponselku. Di layar, poin pribadiku ditampilkan. Sisa pion yang aku miliki saat
ini sekitar 6000 poin sehingga aku hampir tidak mampu membayarnya.
"Aku akan memilih rencana dasar," kata Ibuki
tiba-tiba.
Meskipun dia mengakuinya sebagai peramal, dia terlihat tidak
berniat untuk mengikuti bimbingan penuh.
"Apa yang akan kau lakukan?" dia bertanya kepadaku
"Aku akan memilih rencana yang sama seperti Ibuki"
Pada titik ini, aku merasa seperti sedang memesan makan di
restoran, tapi aku menjawab seperti itu dan mengangkat kartu tanda pengenal
muridku. Suara dari kartu yang digunakan terdengar dari card reader dan
beberapa saldo dikurangkan dari kartuku.
"Kalau begitu, kita mulai dari perempuan ini, siapa
namamu?" peramal bertanya.
"Ibuki... Ibuki Mio"
"Kemampuan meremalku mengharuskanku untuk melihat
wajah, tangan dan hati pelangganku Dan dipertengahan, aku mungkin melihat
sesuatu, sebaiknya kau tetap berhati-hati. Apa kau tidak masalah dengan itu?”
"Lakukan apa pun yang kau inginkan"
Ibuki menjawab bahwa dia tidak akan kecewa dengan hal itu,
apakah dia juga yakin akan hal itu? Dari balik tudungnya, aku tidak hanya bisa
melihat kulit keriput sang peramal tapi juga tatapannya yang tajam. Kemudian,
dia menginstruksikan Ibuki untuk meletakkan kedua tangannya, dia mulai
berbicara tentang hasil ramalannya perlahan-lahan.
"Mulai dengan membaca telapak tangan, kau memiliki umur
yang panjang. Aku tidak melihatmu menderita sebuah penyakit berat seperti
sekarang..." dia berbicara.
Sebuah cerita yang sering di dengar itu adalah sebuah
pembukaan. Aku pribadi tidak mengerti bagaimana seseorang bisa meramal dari
garis di telapak tangan seseorang. Merasa tidak ada gunanya, Aku meresa
kecurigaanku ingin menolak ramalan.
Mungkin peramal menggunakan statistik pengalaman mereka
sendiri untuk mengatasinya? Jika itu adalah aku, aku hanya akan menggunakan
kesehatan yang bagus untuk banyak pelanggan Dari warna wajah mereka dan
semacamnya, itu akan memberikan jawaban untuk ku.
Dan masih terus berlanjut, peramal berbicara tentang
pendidikan, keberuntungan ekonomi dan urusan cinta dengan jawaban yang tidak diharapkan.
Sementara orang-orang biasanya akan marah kepada kata-kata
yang terlihat palsu dari peramal, Ibuki terus mendengarkan mereka dengan
perasaan puas. Tidak banyak prediksi yanng buruk, kebanyakan prediksi tentang
masa depan yang cerah untuknya.
Terkadang peringatan diberikan kepadanya, tapi sepertinya
tidak ada risiko khusus untuk kehidupan dan kesejahteraannya.
"Terima kasih banyak," kata Ibuki.
Setelah menyelesaikan sesi ramalan, Ibuki menunduk.
Sepertinya giliranku, di mana aku bisa mengerti tentang peramal dengan lebih
baik, akan segera dilakukan sekarang.
Peramal tersebut mengikuti prosedur yang sama dengan yang
dia gunakan selama sesi dengan Ibuki.
Jawaban untuk sesiku sebagian besar sama dengan apa yang
terjadi selama sesi Ibuki. Meskipun situasinya mungkin berbeda, intinya adalah
kebanyakan prediksi merupakan sesuatu yang baik yang akan datang. Namun aku
diperingatkan untuk berhati-hati terhadap malapetaka suatu hari nanti.
Pengetahuan semacam itu diberitahukan kepadaku.
"... Aku mengerti, sepertinya kau memiliki masa kecil
yang sulit" kata peramal itu kepadaku.
Bahkan jika kau mengatakan hal seperti itu, kebanyakan anak
memang mengalami sesuatu yang mereka anggap seperti itu setidaknya sekali atau
dua kali di masa kecil mereka. Apalagi jika anak itu adalah laki-laki. Jika
memungkinkan, aku akan menyukainya untuk menjawab jawaban yang lebih pasti.
Yang lebih penting lagi, ini adalah misteri yang lebih
besar. Kenapa peramal yang seharusnya berbicara tentang masa depan malah
berbicara tentang masa lalu? Tapi Ibuki di sampingku, tanpa menyela atau
menguap, mendengarkan peramal tersebut dengan saksama. Mungkin peramalan
seharusnya memang seperti ini atau mungkin sebagai ritual yang diperlukan, kami
akan kembali ke masa lalu.
Ahh, jadi peramal memang benar-benar seperti ini. Pada saat ini, aku berpikir begitu.
Ahh, jadi peramal memang benar-benar seperti ini. Pada saat ini, aku berpikir begitu.
Karena manusia adalah makhluk yang mudah, sesekali 'nasib
baik' yang telah diprediksikan untuk mereka, mereka akan menguncinya di dalam
ingatan mereka dan bahkan jika keberuntungan yang tidak ada hubungannya dengan
ramalan terjadi, mereka akan mengingat kenangan itu kembali dan
mengartikannya sebagai " Ahh, jadi peramal yang waktu itu sedang membicarakan
hal yang ini "
Tetapi kenyataannya akan berbeda, karena di dalam kehidupan,
tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang akan mengalami nasib yang baik dan
malapetaka sekaligus kebahagiaan dan kesengsaraan.
"Ini..."
Sekali lagi, peramal yang sepertinya berada di tengah
ritual, menghentikan tangannya.
"Kau adalah pemilik 'penentuan Tenchuusatsu' "
"Uwa ... serius?”
Yang terkejut dengan hasil itu bukan aku melainkan Ibuki dan
peramal itu sendiri. Tenchuusatsu adalah sebuah kata yang bahkan aku tidak
sadari sejak kemarin, jadi meski ada kata lain yang ditambahkan di atas semua
itu, itu hanya akan membuatku kebingungan lagi.
"Sederhananya, sejak aku lahir, kau sudah menjalani
kehidupan yang sial" Ibuki menjelaskan kepadaku.
"Itu hal yang menakjubkan ..."
Apakah ini murni kebetulan atau tidak, sekali lagi memang
akurat. Hanya saja, peramal masih ambigu di dalam masalah ini.
Karena, jika seseorang melihat diri mereka dengan pesimis, tidak ada kegagalan dari orang-orang yang akan melihat ke masa lalu mereka dan menganggap kehidupan mereka sebagai ketidakberuntungan. Tapi jika itu adalah Tenchuusatsu yang tidak biasa, akan menjadi risiko bagi peramal untuk mengatakannya juga.
"Ngomong-ngomong, apakah Penentuan tenchuusatsu itu
akan terus berlanjut ketika keluar dari sini?" Aku bertanya.
"Beberapa waktu yang lalu, perempuan itu mengatakan
bahwa itu berarti menjalani kehidupan yang sial, tapi itu salah"
"Perempuan itu..."
"Penentuan tenchuusatsu memang jarang, tapi bukan
berarti itu akan mengutuk seluruh hidupmu menjadi kesialan. Tentu saja aliran
itu sendiri memang jelek, kau tidak akan bisa menerima berkat dari keluarga
atau orang tua. Tapi itu sesuai dengan kepribadianmu. Apa yang akan kau lakukan
mulai sekarang adalah sesuatu yang harus kau putuskan " Kata peramal itu
kepadaku.
Dari ekspresi tajam yang dimilikinya sebelumnya, sekarang di
mata peramal aku bisa melihat kebajaksanaan.
"Tidak perlu merasa pesimistis dan tidak perlu
bertindak seperti protagonis comedy juga"
T/N: Pesimistis, (sikap) ragu akan kemampuan atau
keberhasilan suatu usaha.
Aku sudah mendengar banyak cerita yang menarik hari ini,
tapi bagaimanapun juga itu hanya ramalan. Ini bukanlah sesuatu yang
menyebabkanmu melihat dengan mata yang memerah atau memiringkan telinga agar
bisa mendengar dengan lebih baik.
Ketika aku mencoba bangkit dari tempat duduk, aku kembali dipanggil oleh peramal.
"Satu lagi prediksi untukmu. Kembali ke jalan yang
lurus, jangan mengambil jalan memutar. Jika kau mengambil jalan memutar yang
tidak penting, kau mungkin akan terjebak dalam waktu yang lama. Tapi bahkan
jika kau terjebak, jangan panik. Tetap tenang dan jika kau bekerja sama, kau
harus bisa mengatasinya"
Dia meninggalkan kalimat ramalan
seperti itu.
"Bagaimana pengalaman ramalan pertamamu?"
"Bagaimana denganmu?"
"Sangat puas, peramal itu cukup terkenal di seluruh
dunia. Dikatakan bahwa keakuratannya cukup tinggi" Ibuki memberitahuku.
"Kurasa begitu ... itu seperti profesi sederhana, tapi
sangat sulit"
"Apa maksudnya?"
Lebih dari setengahnya hanya berdasarkan pola dari gambaran
dan kata-kata yang bisa di dengar dari sebuah ramalan. Tapi di dalamnya, tidak
bisa dipungkiri bahwa ada juga fakta yang akurat. Dan itu adalah sesuatu yang
tidak bisa dia prediksikan hanya dengan kata kunci yang aku berikan kepadanya.
Aku tidak bisa lagi menganggapnya sebagai sesuatu yang bisa
didapatkan dari menjalani hidup yang panjang atau memiliki pengalaman meramal.
"Mulai sekarang, aku tidak akan menganggapnya hanya
sekedar ramalan lagi. Begitulah perasaanku" kataku pada Ibuki.
"Ahh, aku mengerti"
Itu adalah jawaban yang sedikit tidak penting meskipun dia
yang menanyakannya. Dan bersama-sama, kami sampai di lift terdekat.
"Geh ... sudah rame lagi"
Jika aku melanjutkan, ini adalah neraka dan jika aku
kembali, ini masih merupakan neraka. Murid-murid membanjiri ruang di depan lift.
"Maaf, tapi aku akan mengambil jalan memutar untuk
kembali" kataku pada Ibuki.
"Aku juga" dia segera menjawab.
Sepertinya Ibuki juga sedang memikirkan jalur pemikiran yang
sama sepertiku dan saat kami berdua menuju lift yang jauh, kata-kata peramal
kembali ke kepalaku.
"Omong-omong, sebelumnya..."
"Peramal itu mengatakan kepada kita, jangan mengambil
jalan memutar"
Untuk beberapa waktu, mataku bertemu dengan Ibuki. Entah itu
hanya sebuah kebetulan atau kesengajaan, kami akan mengambil jalan memutar pada
saat ini juga.
"Aku pikir itu mungkin menarik. Ayo cari tahu seberapa
akuratnya prediksi itu"
Jika tidak, aku akan kembali tanpa apapun yang terjadi dan
pada akhirnya aku akan berpikir jika itu hanyalah sekedar ramalan. Tapi pada
akhirnya, tanpa apapun yang terjadi, kami sampai di lift yang jauh. Dan saat
itu, tidak ada seorang pun di sekitar kami. Kami bisa memakai lift di waktu
senggang kami.
"Apa kau tidak masalah dengan lantai 1?"
"Aku akan kembali ke sana" jawab Ibuki.
Sepertinya kami tidak akan memiliki jalur yang sama untuk
kembali sehingga aku menekan tombol ke lantai 1 dan menutup pintu lift.
Lift mulai bergerak perlahan. Karena kami tidak lagi
memiliki sesuatu untuk dibicarakan satu sama lain, kami menghabiskan waktu di
dalam lift dengan diam. Tapi saat aku mengatakan 'bergerak', itu hanya
sesaat.
Semenjak lampu "lantai 3" menyala, lift berhenti dengan suara yang berat. Sepertinya tidak ada seorang pun yang mencoba masuk ke lift di lantai 3, tapi lift, dalam usahanya untuk turun lebih jauh dari lantai 3, berhenti di tengah jalan.
Saat aku merenungkannya, untuk sesaat, lampu mati dan warna menjadi hitam pekat.
Semenjak lampu "lantai 3" menyala, lift berhenti dengan suara yang berat. Sepertinya tidak ada seorang pun yang mencoba masuk ke lift di lantai 3, tapi lift, dalam usahanya untuk turun lebih jauh dari lantai 3, berhenti di tengah jalan.
Saat aku merenungkannya, untuk sesaat, lampu mati dan warna menjadi hitam pekat.
Namun, pada saat itu, lampu darurat kembali menyala dan kami
bisa menghindari situasi gelap gulita.
"Apa mungkin, pemadaman listrik?" Ibuki bertanya.
"Hampir mirip"
Tidak banyak orang-orang yang akan mengalami kerusakan lift
seperti ini. Jika ini adalah kesialan tak terduga yang diprediksi oleh peramal,
dalam arti tertentu, ini tepat sasaran.
"Untuk sekarang, seharusnya telepon darurat masih belum cukup?"
"Untuk sekarang, seharusnya telepon darurat masih belum cukup?"
Tidak perlu panik disini. Lift sudah disiapkan untuk situasi
rusak seperti ini. Disini juga ada kamera pengintai dan tombol darurat
(interkom yang menghubungkan lift ke pusat pencegahan bencana) yang terpasang.
T/N: Interkom adalah alat komunikasi tanpa kabel yang tidak
menggunakan pulsa.
Dan setelah memberitahukannya hal tersebut, tanpa keberatan,
Ibuki bersandar di dinding lift... Kurasa aku akan menekan tombolnya dan
meminta bantuan.
Aku melakukannya, tapi...
"Tidak ada jawaban"
Aku tidak tahu apakah telepon yang dituju itu berdering atau
tidak, aku merasa aku tidak bisa masuk ke pusat pencegahan bencana.
"Bukankah pemadaman listrik juga mematikan
telepon?" Ibuki bertanya kepadaku.
"Tidak. Lift biasanya memiliki baterai cadangan yang
bisa berjalan selama beberapa jam. Sebagai bukti, lampu darurat menyala
sekarang. Itu berarti pasti ada kesalahan internal lainnya di lift."
Aku mencoba menekan tombol yang tuna rugu gunakan, tapi itu
juga tidak merespons. Dengan kata lain, tombol panel yang terpasang pada
dirinya sendiri sudah rusak.
Baterai masih berjalan dan AC juga masih bekerja. Itu saja
sudah merupakan berkah, tapi apa yang harus dilakukan sekarang?
"Apa kau bisa menghubungi sekolah dengan ponselmu? Itu
masih berhubungan" aku bertanya pada Ibuki.
"Maaf, tapi tolong lakukanlah sendiri"
"Aku bisa mengerti perasaanmu karena tidak ingin
berbicara dengan orang lain, tapi bukankah ini akan baik-baik saja?"
"...yang benar saja" gumam Ibuki sambil
mengeluarkan ponselnya dengan ekspresi tidak senang.
Tapi saat melihat layarnya, ekspresinya berubah menjadi
buruk. Dia kemudian memutar layar untuk menunjukkannya kepadaku. Di layar ada
pemberitahuan yang memberi sinyal baterai lemah, dan tidak lama kemudian
ponselnya mati.
"Karena aku tidak memiliki kontak di ponselku, aku
bahkan tidak menyadarinya sampai baterai ini habis. Jadi, sebagai gantinya kau
yang menelpon"
"Mau bagaimana lagi"
Mengambil ponselku sendiri. Ketika aku melihat ke layar dan
aku segera membeku.
"Telpon sekarang, cepatlah"
"Sepertinya situasi ini jauh lebih serius dari yang aku
pikirkan"
Sama seperti yang dilakukan Ibuki tadi, kali ini, aku
menunjukkan kepada Ibuki layar ponselku.
Persentase baterai yang ditampilkan di ponselku hanyalah 4%.
Rasanya seperti api di puncak mercusuar yang akan hilang kapan pun oleh angin.
"Kau benar-benar mengacauku”
"Ini sangat mirip denganmu, karena aku tidak memiliki
banyak orang yang bisa aku ajak bicara, aku tidak peduli apakah aku memiliki
daya baterai atau tidak," jawabku.
"Tidak, tidak, kita benar-benar dalam masalah sekarang.
kau adalah orang yang tidak berguna"
"Kau sangat kasar meski kita berdua ini sama...
masalahnya adalah kemana harus menelepon sekarang, huh?" Aku bertanya pada
Ibuki.
Aku bisa menghubungi polisi atau layanan darurat, tapi ada
sesuatu yang sepertinya aku hadapi. Jika masih di dalam halaman sekolah, pasti
ada tempat lain yang bisa aku telepon dan berpikir seperti itu, aku mulai
mencari tahu apakah aku bisa menemukan kontak untuk layanan darurat di lift.
Seperti yang aku lakukan, di dekat papan operasi lift, ada
10 digit nomor.
Tapi... itu pasti adalah ide dari seseorang yang menyebabkan
kerusakan, tapi 4 digit terakhir sudah dicoret.
"Lelucon ini terlalu berlebihan..."
"Kenapa kau tidak menelepon salah satu temanmu dan
meminta bantuan?" Ibuki lalu bertanya kepadaku.
"Teman, ya?"
Sepertinya tidak ada pilihan yang lain, tapi masalahnya
adalah siapa yang harus aku hubungi.
"Jika semuanya berjalan dengan baik, maka itu adalah
Horikita"
"Ditolak" Ibuki langsung menjawab.
"... aku pikir kau akan mengatakan hal itu"
"Jika kau meneleponnya, itu berarti dia akan datang dan
menyelamatkanku. Jangan bercanda"
Aku tidak berpikir bahwa siapapun yang melakukan
penyelamatan di dalam skenario ini penting. Dan bukan berarti ini adalah
kesalahan Ibuki juga. Ini hanyalah lift yang macet sehingga sejak awal tidak
perlu khawatir juga.
"kau tidak ingin hal ini menjadi heboh, jika kita
melakukannya" Ibuki mengangguk sedikit sebagai jawaban.
Jadi dengan kata lain, seseorang yang akan membantu kami
tanpa menimbulkan keributan saat melakukannya adalah yang terbaik. Itu
berarti ketiga orang idiot itu sudah dicoret dari solusi. Dalam sebuah kejadian
seperti ini, tidak mengherankan jika mereka menyebarkan hal ini ke sana ke
mari.
Tapi kalaupun aku mengandalkan
seseorang yang tidak akan menyebarkannya seperti Sakura, menyelesaikan situasi
seperti ini akan sulit untuknya. Akan sangat merepotkan baginya untuk
menghubungi orang dewasa dan akhirnya aku akan menyebabkan masalahnya untuknya.
Dalam arti yang sama, Kushida dan Karuizawa juga tidak cocok
dengan sesuatu yang seperti ini. Seseorang yang akan datang dan membantu kami
tanpa kehebohan. Dan di dalam masalah ini, yang bisa aku andalkan adalah...
"Di saat seperti ini"
Di dalam daftar kontakku, satu-satunya orang yang bisa aku
andalkan saat ini tidak lain adalah orang itu.
"Aku menghormati keinginanmu, tapi kau harus
menyerahkan sisanya kepadaku sekarang" kataku kepada Ibuki.
"Selama itu bukan Horikita aku tidak keberatan dengan
itu"
Kemudian aku mulai menelpon orang tertentu dan beberapa
detik setelah telepon mulai berdering, laki-laki pendiam itu menjawab dengan
tenang panggilan ini. Aku menceritakan situasiku dan memintanya untuk membantu
kami. Tapi tak lama setelah aku memulai pembicaraan, ponselku tiba-tiba mati.
"Baterainya sudah habis" kataku pada Ibuki.
"Apa kau sudah mengatakannya dengan benar?"
"Mungkin"
Sekarang yang bisa aku lakukan hanyalah duduk dan menunggu.
Tidak perlu terburu-buru. Cepat atau lambat, seseorang juga pasti akan
menyadari situasinya. Bahkan jika kami mencoba membebaskan diri dari lift
seperti yang terjadi di bioskop-bioskop, itu hanya akan menimbulkan bahaya yang
lebih banyak.
Tapi sepertinya situasi ini berjalan dengan cara yang tidak
terduga dan seperti yang sudah aku pikirkan, aku mendengar suara dari dalam
yang dibuat oleh mesin bergema di dalam lift, pendingin yang memberikan
angin sejuk ke dalam ruangan berhenti.
"Tidak mungkin ini nyata..."
Ibuki yang tenang sampai sekarang, mulai menjadi panik. Kami
berada di tempat yang tertutup rapat di pertengahan musim panas, ini bukan
waktunya untuk membayangkan jika suhu akan mulai meningkat di sini.
Saat ini udara di dalam lift menjadi sedikit hangat dari
waktu ke waktu, apakah kami menyukainya atau tidak, kami pasti akan mulai
berkeringat.
"Apa ada cara untuk keluar dari sini sendirian?"
Ibuki bertanya padaku.
"Sepertinya, tempat pembobolan darurat itu ada, tapi..."
Saat ini, sepertinya akan menjadi semakin panas, tapi ada
pintu keluar yang dibangun di langit-langit lift. Itu merupakan sesuatu yang
biasanya terlihat di dalam film, tapi meloloskan diri dengan itu kenyataannya
adalah---
"Bagaimana kita bisa membukanya?"
Ibuki yang melihat ke atas, mau tidak mau mengajukan
pertanyaan tersebut. Umumnya, pembobolan darurat tidak bisa dibuka dari dalam.
Sehingga di dalam skenario di mana tim penyelamat tidak bisa membuka lift yang
tertutup, mereka bisa menggunakannya sebagai upaya terakhir untuk menyelamatkan
orang-orang yang terjebak di dalamnya.
"Aku pikir lebih baik tidak melakukan apapun dan
menunggu saja, ini adalah peraturan yang harus dilakukan dalam masalah yang
darurat di dalam lift"
Itu adalah cara teraman dan yang paling pasti.
"itu jika kau bisa menangani sauna ini dengan
yakin" Ibuki balas menembaki.
Dan sementara kami saling memberikan tanggapan yang tidak
berguna bolak-balik, suhu sudah meningkat. Aku bisa mengerti bagaimana
keinginan untuk keluar dari sini, tapi aku ingin menghindari keputusan yang
salah. Aku melepaskan lapisan kemejaku saat aku duduk di lantai.
Di dalam situasi seperti ini, sesuatu yang harus dilakukan
adalah tidak menaikkan suhu tubuh itu sendiri.
"Bagaimana kalau kau ikut duduk juga? Jika terlalu
panas, kau juga bisa melepaskan lapisan bajumu" kataku padanya.
".... huh? Apa kau mungkin sedang memikirkan sesuatu
yang cabul di dalam situasi seperti ini?”
Sepertinya Ibuki mengartikan kata-kataku seperti itu dan
kewaspadaannya meningkat.
"Aku dengar kau mampu bertarung dengan Horikita. Tidak
mungkin aku bisa mengalahkan seseorang sepertimu"
"Itu benar, tapi ..."
"Tentu saja, jika kau akan melepaskannya, aku akan
membelakangimu dengan santai"
"Aku tidak akan melepaskannya"
Setelah mengatakan bahwa dia tidak akan melakukannya, Ibuki
kemudian duduk di tempat.
Setelah itu, kami menunggu sekitar 30 menit dengan sabar
tapi tidak ada kontak dari luar.
"Ini buruk..." Gumamku setelah mendengar nafas
Ibuki yang keluar dengan kasar di sampingku.
Kami mulai berkeringat di dahi kami dan keringat yang keluar dari kepala kami, membasahi rambut kami dan mulai menetes.
Kami mulai berkeringat di dahi kami dan keringat yang keluar dari kepala kami, membasahi rambut kami dan mulai menetes.
Pakaian yang aku gunakan sudah terlihat seperti aku yang
sedang berada di bawah air terjun. Sepertinya situasi ini jauh lebih berbahaya
daripada yang aku bayangkan.
Memikirkannya kembali, lift ini dipasang di dinding Keyaki
Mall. Berkat AC yang selalu menyala, aku menjadi tidak menyadarinya, tapi
lokasi ini akan sangat sensitif terhadap panas di dalam kondisi yang seperti
ini.
Ada insiden dimana anak-anak meninggal di tengah musim panas
setelah terkunci di dalam mobil, tapi hal yang sama juga berlaku untuk orang
dewasa. Dan seolah-olah, sengatan panas itu mulai menyerang kami.
"Ahh, aku sudah berada dibatasanku, bergeraklah!”
Merasa frustrasi, Ibuki berdiri dan dengan segenap
kekuatannya dan dia menendang ke keluar lift, meninggalkan bekas penyok di
tempat dia menendangnya. Dia menendang di tempat yang sama lagi. Lift sedikit
bergoyang namun tidak menunjukkan tanda-tanda pergerakan.
"Kau hanya menyia-nyiakan tenagamu... tapi sekali lagi,
aku benar-benar tidak bisa mengatakan bahwa hanya duduk diam adalah pilihan
yang aman lagi" kataku kepada Ibuki.
Bahkan jika seseorang menyadari kemacetan lift dalam waktu 5
menit, hal itu masih akan membawa para penyelamat datang dalam waktu kira-kira
30 menit untuk sampai ke lokasi kami. Jika mereka sudah datang, seharusnya ini
adalah saatnya penyelamatan tiba.
Jika kami tetap berada di sini setelah waktu itu berlalu,
kami tidak akan bisa menghindari sengatan panas dan dalam beberapa kasus, ini
juga akan menjadi risiko yang mengancam jiwa kami. Semenjak sampai kepada
pemikiran ini, aku tidak bisa lagi mengatakan bahwa terus duduk diam adalah
keputusan yang benar lagi.
"Tidak ada pilihan lain ..."
Aku menolak untuk mati di sauna lift ini.
"Haruskah kita menendangnya dari sini? Hei, haruskah
kita menendang?"
Ibuki bertanya kepadaku karena sudah kehilangan kesejukan dari udara yang panas dan sepertinya hal ini sangat menekankan keinginan hatinya untuk mengamuk.
Ibuki bertanya kepadaku karena sudah kehilangan kesejukan dari udara yang panas dan sepertinya hal ini sangat menekankan keinginan hatinya untuk mengamuk.
"Terlepas dari bisa keluar atau tidaknya, untuk saat
ini, ayo kita coba membuka penutup di bagian atas" kataku padanya.
Saat ini yang terpenting adalah meloloskan diri dari
skenario tertutup ini. Bahkan jika kami tidak bisa keluar, asalkan tempat itu
terbuka, itu sudah cukup.
"Tingginya.... kurang lebih 2 meter, sekitar 2,2 atau
2,3 meter"
Bahkan jika aku mengulurkan tanganku tinggi-tinggi, tentu
saja aku tidak akan bisa mencapainya.
"Minggir"
Ibuki mengancam dan melotot kepadaku saat aku sedang
mengukur ketinggian pintu pembobolan darurat. Lalu dia melompat dari kanan di
bawah pintu pembobolan darurat. Lompatan vertikal yang luar biasa. Dia kemudian
mengulurkan tangan kanannya ke langit-langit, dan mengeluarkan semua
kekuatannya.
Tapi tempat itu sepertinya tidak menunjukkan tanda-tanda
akan terbuka dan dari benturan Ibuki yang mendarat kembali ke lantai, lift
bergoyang dengan kuat.
"... sepertinya itu macet"
"Aku rasa begitu"
Jika itu hanya ditutup seperti biasanya, sekarang, seharusnya sudah terbuka.
Jika itu hanya ditutup seperti biasanya, sekarang, seharusnya sudah terbuka.
“Kau pikir itu terkunci, kalau begitu, bagaimana mekanisme
pengunciannya?" Ibuki bertanya padaku.
"Entahlah, aku pikir itu dikunci menggunakan gembok
tapi... ada apa?"
berhubungan dengan hal itu, aku juga tidak yakin.
"Aku akan menendangnya"
"Tidak, tunggu. Tentu saja itu tidak mungkin"
Aku tidak yakin apakah dia sangat percaya diri dengan teknik menendangnya, tapi itu bukan sesuatu yang bisa ditendang dengan mudah.
Aku tidak yakin apakah dia sangat percaya diri dengan teknik menendangnya, tapi itu bukan sesuatu yang bisa ditendang dengan mudah.
"Pintu itu adalah pintu darurat, bukan? Itu berarti
benda itu terhubung ke luar. Itu sebabnya tim penyelamat bisa membukanya dari
luar, itu artinya pintu yang terbuka itu adalah jalan keluar dari sini sejauh
yang aku ketahui. Kekuatan yang dibutuhkan untuk itu juga seharusnya lebih
kecil"
Bukan berarti aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi,
tapi situasi adalah situasi. Pertama, karena pembobolan darurat terletak di
langit-langit, lupakan, Menendang akan sulit dengan kakinya atau bahkan
memukulnya.
"Aku tidak akan tahu dengan pasti kecuali aku
mencobanya" kata Ibuki kemudian.
Sepertinya Ibuki ingin melarikan diri dari panas ini secepat
mungkin saat dia mulai melihat ke dinding di kiri dan kanan. Jangan bilang jika
dia ingin melakukan lompatan segitiga dengan menendang dinding. Jika itu adalah
dia, aku yakin dia akan memikirkan sesuatu seperti itu, tapi aku tidak bisa
membayangkan bahwa dia sedang melakukan hal itu.
"... aku bisa mengatakan bahwa ini persis seperti yang
diramalkan. Sepertinya ramalan sang peramal sudah menjadi kenyataan, huh?”
"Hah? Apa lagi itu?"
"Wanita tua itu mengatakannya, bukan? Bahkan jika kita
mendapatkan kesialan, jangan panik dan saling bekerjasama."
Aku melirik ke lokasi di mana tombol-tombol lift itu berada.
"Tombol darurat tidak merespon. Aku penasaran tentang
tombol yang lainnya"
Karena lampu di tombol untuk lantai 1 masih menyala,
memikirkannya, setidaknya sebagian baterai masih bekerja. Aku mencoba menekan
tombol lantai 2 sebagai percobaan dan ketika aku melakukannya, lampu untuk
lantai 2 juga menyala.
Mungkin hanya untuk lampu yang masih aktif tapi patut
dicoba. Kemudian aku mulai menekan tombol secara acak.
"Itu tidak ada gunanya, sepertinya."
Setelah menekan semua tombolnya, Ibuki berkata lagi seolah
mengingatkanku.
"Tidak ada pilihan selain menendangnya"
"Tidak. Masih ada cara lain. Lift memiliki perintah
seperti meng-cancel perintah di dalamnya, bukan?"
Bukan berarti aku adalah ahlinya lift, tapi itu hanya hal sepele yang aku ketahui dari sesuatu.
Bukan berarti aku adalah ahlinya lift, tapi itu hanya hal sepele yang aku ketahui dari sesuatu.
Itu adalah cara untuk meng-cancel perintah saat aku
salah menekan tombol lantai bawah karena kesalahan. Aku pikir perintahnya
bergantung pada pabrikan, tapi berulang kali aku terus menekan tombol batal,
atau memang seperti itu.
Tapi setelah membiarkan tombol lantai 2 seperti itu, lampu
kuning yang menyala tiba-tiba berkedip.
"Pasti ada beberapa perintah yang tersedia dalam mode
pemberhentian ..."
"Pemberhentian ...?".
"Misalnya, anggap saja ini adalah lantai 3. Jika ada
seseorang yang ingin turun di lantai 2 mereka akan menekan tombol tersebut dan
itu akan berhenti di lantai 2. Tapi jika kau menggunakan perintah
pemberhentian, perintah yang sebelumnya akan diabaikan dan langsung turun ke
lantai 1 "kataku
Tapi aku tidak tahu apakah perintah pemberhentian ini
dipasangkan di lift ini atau tidak.
"Masalahnya adalah menemukan sebuah cara..."
"Apa itu harus dicoba?" Ibuki bertanya.
"Ini lebih baik daripada melakukan tugas yang sulit
seperti menendang langit-langit" jawabku padanya.
Tapi, kurasa lift tidak akan bergerak begitu saja. Aku hanya
menyebutnya sebagai; untuk membuang waktu dan mengubah topik pembicaraan dengan
memberikan harapan kepada Ibuki yang hampir kehilangan akal sehatnya.
"Pinjamkan aku otakmu juga, perintah seperti ini juga
bisa diberikan oleh pemikiran individu yang berbeda. Jika kau memberikanku
idemu juga, ini mungkin secara tidak terduga akan berhasil" kataku kepada
Ibuki.
Kemudian aku menekan tombol untuk lantai 1 berulang kali dan
kemudian setelah itu aku mencoba menekan semua tombol untuk semua lantai.
Tapi tidak satu pun dari mereka yang menyebabkan lift
bereaksi.
"gantian"
"... baiklah"
Kemudian Ibuki bergabung dan mulai bekerja di depan
tombolnya. Sepertinya memang harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa bantuan
benar-benar tidak akan datang. Bukan berarti aku ingin menggunakan ide Ibuki,
tapi aku harus mempertimbangkan bahwa menendang ke pintu keluar mungkin memang
diperlukan. Bahkan jika membukanya itu tidak mungkin, aku mungkin bisa membuka
celah kecil agar manusia bisa merangkak melewatinya.
Aku bukan ahli lift, tapi selama melarikan diri ke luar itu
masih mungkin, apa pun akan terjadi.
Hanya saja, jika memungkinkan, aku ingin keluar tanpa harus
menggunakan kekuatan yang seperti itu.
"Aku tidak bisa meng-cancel-nya, tapi aku pikir kau
tidak bisa mendapatkan perintah pemberhentian hanya melalui kombinasi tombol
yang digunakan setiap hari" kata Ibuki.
Tentu saja, dengan menggunakan logika, itu sudah jelas.
Anak-anak terkadang suka bermain-main dengan menekan-nekan tombolnya. Dan jika
lift masuk ke dalam mode pemberhentian setiap saat, maka hal itu akan membuat
para penumpang merasa tidak nyaman. Dengan kata lain, kemungkinan kami tidak
akan menemukan mode tersebut dengan kombinasi seperti itu cukup tinggi, atau
setidaknya itulah penalaran Ibuki.
"Itu mungkin ide yang bagus... mungkin lebih baik
menggunakan kombinasi kompleks juga," kataku padanya.
Misalnya, setelah menekan urutan seperti 1, 6, 5, 5, 4, 2, 4
(T/N: Kode Pemberhentian) kemudian aku bisa menekan tombol lantai yang ingin
aku tuju. Tapi akan sulit bagi orang-orang untuk menghafalnya dan itu akan
memberlakukan persyaratan ketinggian yang ketat minimal 6 lantai. Aneh rasanya
kalau tidak bisa menggunakannya dengan lift yang hanya bisa naik sampai 3
lantai.
"Kita juga harus mencoba menggunakan tombol darurat"
Jika hanya bereaksi dengan ditekan, akan sulit untuk
menggunakannya sebagai perintah.
"Jadi dengan kata lain ... 1 atau 2 atau 3. Tertutup
dan terbuka di 5?"
"Kita harus menganggap bahwa hal itu dibuat dari
kombinasi seperti itu"
Tapi, jika ada kombinasi yang lebih dari itu akan menjadi
sangat sulit untuk menguji mereka semua. Jadi Ibuki terus menguji pola yang
sudah ditetapkan. Dan saat aku melihatnya melakukannya, aku mengecualikan
kombinasi yang gagal.
"Ahh... ini sudah mulai panas"
Gan! Ibuki meninju dinding dengan tinjunya seolah-olah hal
itu bisa menghilangkan rasa frustrasi yang disebabkan oleh panas. Normalnya,
aku akan memberinya peringatan lain untuk menentang hal ini, tapi karena dia
puas dengan itu, aku memutuskan untuk membiarkanya.
"... ini tidak terbuka, apa kau belum mencoba semuanya?"
"kurang lebih, kalaupun ada yang tersisa ..."
Karena masih ada kemungkinan, aku memutuskan untuk mencoba
perintah yang belum aku uji.
"Kenapa kau tidak mencoba menekan lantai tujuan dan
tombol tutup pada saat bersamaan?"
"Tombol tutup? ... aku mengerti"
Sambil berpikir bahwa itu tidak mungkin, Ibuki mencoba
kombinasi yang belum pernah diuji. Dan saat dia menekannya, meski kupikir itu
tidak akan berhasil, pada saat itu lift mulai bergerak perlahan lagi. Kami
berdua langsung saling memandang.
Dan dalam beberapa detik lift sudah mencapai lantai 1 dan
pintunya perlahan terbuka. Angin segar mengalir ke dalam lift, dua orang dewasa
yang mengubah ekspresi mereka berpaling untuk melihat kami.
"Apa kalian berdua baik-baik saja? Apa kalian terluka?"
"Ahh, tidak, kami tidak terluka, hanya merasa panas di
sana saja"
Hanya dengan melihat betapa berkeringatnya kami, mudah untuk
menebak betapa panasnya tempat itu. Mungkin orang dewasa juga menyadarinya,
tapi dengan cepat kami diberikan minuman olahraga.
T/N: Minuman olah raga itu kek Pocari Sweat.
Dan kemudian, untuk berjaga-jaga, kami dibawa pergi ke UKS.
"Umm.... Bisakah kami bertanya sesuatu? Bagaimana lift
itu bergerak...”
"Ya, kami mengoperasikannya dari sini"
Ternyata ada remote control khusus yang bisa dioperasikan
mulai dari lantai 1, sepertinya hal itu berkat penggunaan mode pemberhentian
dari sini. Dan kami kebetulan menggunakan kombinasi itu dengan timing yang sama.
"... Kalian pasti sudah
mengalami masa-masa yang sulit"
"banar-benar sebuah malapetaka. Aku merasa sudah cukup
dengan peramal untuk beberapa waktu ke depan”
Bukan berarti aku tidak mengerti perasaan Ibuki karena
mengatakan hal itu. Kemudian aku mengungkapkan rasa terima kasihku kepada orang
dewasa, dan orang yang melihat dari jauh kemudian mendekati kami.
"Apa kau baik-baik saja, Ayanokouji?" dia bertanya
padaku.
Pria besar yang mendekat memiliki aura yang familiar dan
bertanya kepadaku dengan suara yang khawatir.
"Kau menyelamatkan kami, kau berhasil mengeluarkan kami"
Lift yang berhenti menyebabkan beberapa masalah. Tapi
sepertinya itu tidak menimbulkan kehebohan yang mencolok. Pria ini, Katsuragi,
mungkin berhasil melakukan hal itu untuk kami.
"Informasi yang kau ceritakan kepadaku melalui telepon
sudah cukup. Ini cukup bagus, bukan?" dia bertanya padaku.
"Aku harus pergi ke UKS sekarang, tolong biarkan aku
membalasnya lain kali" kataku pada Katsuragi.
"Kau tidak perlu melakukannya, aku sendiri sudah banyak
dibantu olehmu dan juga Sudou. Karena kita berasal dari kelas yang berbeda, ada
garis yang sama sekali tidak bisa kita lewati, tetapi jika kita bisa
menyesuaikan diri, itu akan saling menguntungkan” Katsuragi menjawabku.
"Sepertinya itu berjalan dengan lancar"
"Ya, Sudou menjawab harapanku dengan cemerlang, tolong
beritahu dia sekali lagi bahwa aku sangat menghargainya" kata Katsuragi.
"Aku mengerti"
"Dan juga, Ayanokouji, aku juga harus berterima kasih,
meskipun bukti sebelumnya sudah disiapkan, seharusnya ada sedikit perlawanan
sebelum menyetujui permohonan yang telah aku buat" lanjutnya.
Dia menundukkan kepalanya seolah meminta maaf kepadaku. Tapi
aku merasa sangat bersyukur saat ini. Jika aku terjebak lagi di lift itu, pasti
aku akan kehilangan ketenanganku.
"Jika ada sesuatu yang kau butuhkan lagi, tolong
hubungi aku. Jika aku bisa membantu, aku akan bekerja sama selain di dalam
ujian" Katsuragi tertawa untuk beberapa saat dan pergi sambil meninggalkan
lelucon seperti itu untukku.
Dan sebelum aku menyadarinya, aku sudah menjadi akrab dengan
Katsuragi. Hampir seakrab dengan 3 idiot itu, mungkin bahkan lebih dari itu.
Kenapa aku mengetahui alamat kontak Katsuragi Kelas A, dan kenapa aku begitu
akrab dengannya?
Itu adalah cerita dari beberapa waktu yang lalu.