Light Novel 86 Bahasa indonesia Vol 1 Chapter 2

Baca Light Novel 86 Bahasa indonesia Vol 1 Chapter 2



 Im Westen nichts Neues

“129 hari sampai Run Out Date!! Kemuliaan untuk Skuadron Spearhead!!”



Di dinding dalam sebuah garasi hitam yang warnanya sudah pudar karena cuaca, ada sebuah papan tulis tua yang diambil oleh seseorang yang tak diketahui, dan kata-kata besar tersebut yang ditulis dalam kapur berwarna menunjukkan hitungan mundur.

Shinn mengangkat matanya dari papan tulis-nya, dan melihat garis optimis yang satu ini di papan tulis. Sebenarnya, mereka punya seratus sembilan belas hari. Ketika Kujo ditugaskan ke skuadron ini, dia akan memperbarui angka itu setiap hari.

Sepuluh hari yang lalu, dia tewas.

Shinn berhenti untuk melihat hitungan mundur, dan menundukkan kepalanya kembali ke catatan perawatan di papan tulis. “Juggernaut” tetap standby di hanggar. Ia mendekati unit pribadinya.

Mata merah terang Pyrope, dan rambut pendek Onyx. Ia telah mewarisi garis keturunan bangsawan dari Pyrope dan Onyx, dan dari mereka yang disebut para Delapan Puluh Enam, ia memiliki karakteristik Colorata yang paling tegas.

Wajah tampannya terukir dengan ketenangan yang tidak sesuai usianya, agak menyendiri, dan tubuh ramping dan kulit putihnya mencerminkan identitas lamanya sebagai anggota bangsawan Kekaisaran. Pemandangan perbatasan Timur sebagian besar didominasi oleh hutan, padang rumput, dan lahan basah, namun ia berpakaian seperti kamuflase gurun dari kuning lumpur dan coklat tua, untuk mereka yang telah diselamatkan dari mayat-mayat di bagian bawah Republik. Kerahnya berantakan, tapi ia tidak perlu membereskan dirinya sendiri, karena tak ada atasan yang bertugas untuk mengawasi. Syal biru melilit lehernya.

Suara putaran mesin bergema di hanggar, saat perawatan berlanjut sementara kru perbaikan saling menggeram satu sama lain. Di halaman di depan hanggar, ada sekelompok orang yang bermain bola basket dua vs dua dengan peraturan aneh. Sebuah riff santai gitar datang dari suatu tempat, sebuah lagu anime kuno dimainkan. Kino sedang bermalas-malasan di kokpitnya dengan lubang transparan, membaca buku porno, dan melambai pada Shinn begitu dia melihat pendekatan yang terakhir.

Mungkin garis depan, tapi anggota basis ini bebas dan kosong pada hari tanpa pertempuran.

Menurut laporan yang dikirim ke Handler, seharusnya saatnya berpatroli di Area Kontes. Ini seharusnya rutinitas sehari-hari, tapi skuadron menganggapnya tidak berguna, dan tidak melakukannya. Mereka yang ingin pergi keluar dan berkeliling, mereka pergi ke kota-kota terdekat untuk mengais, sementara yang lainnya pergi untuk mengerjakan tugas yang mereka tetapkan (memasak, mencuci pakaian, bersih-bersing, menanam sayuran, memberi makan ayam, dan sebagainya ), atau hanya buang-buang waktu.

Sepatu bot militer bergema dengan kasar di lantai, dan mengikuti itu adalah suara yang lebih keras dari pada suara tangk, suara yang bergema di hanggar.

“Shinn! Shinei Nouzen! Kau membuat kekacauan lagi, dasar bajingan!”

Seperti kecoa, Kino berlari dari kokpit ke bayang-bayang, sementara Shinn hanya menatap teriakan itu dengan wajah kosong.

“Apa?”

“Apa, katamu, Undertaker!? Dasar bajingan-!”

Dengan cepat menyerbu ke arah Shinn adalah seorang pria berwajah anjing pengawas, mengenakan kacamata hitam ditambah beberapa helai rambut putih di tengah rambut abu-abu, seorang mekanik yang berusia sekitar lima puluh tahun, mengenakan pakaian bernoda minyak.

Kepala pemeliharaan Skuadron Spearhead, Lev Audreht. Shinn yang berusia enam belas tahun dianggap sebagai senior di antara Processor, namun Audreht adalah korban selamat dari angkatan pertama yang direkrut sembilan tahun yang lalu, seorang tetua di antara para senior.

“Kenapa kau harus sangat sering menghancurkan mesin setiap kali melakukan serangan? Aktuator dan dampener-nya berderak lagi. Rodanya nggak stabil, berapa kali aku menyuruhmu berhenti ceroboh!?”

“Maafkan aku.”

“Kau pikir permintaan maaf sederhana akan menyelesaikan ini!? Aku tidak membuatmy meminta maaf, Aku mengubahmu menjadi lebih baik di sini. Suatu hari nanti, kau akan mati dalam pertempuran bodoh! Kita sudah kehabisan suku cadang, dan sampai persediaan berikutnya, perbaikan tidak mungkin!”

“Bagaimana dengan unit kedua?”

“Yeaaahhh kita punya unit kedua berkat pemimpin tertentu yang menghancurkan unit sampai kita cuma punya dua unit cadangan yang tersisa! Pemeliharaan unit pribadimu sendiri aja membutuhkan tiga kali lipat jumlah waktu yang dibutuhkan untuk Processor lainnya. Menurutmu siapa kau, Pangeran!?”

“Sistem feodal dihapuskan dalam revolusi tiga ratus tahun yang lalu.”

“Kau benar-benar bocah nakal… mengingat bagaimana kau memakainya dan menghancurkannya, dua atau tiga unit tidak akan cukup sampai tanggal penyediaan dan serangan berikutnya, kau denger aku!? Apa yang kau mau kulakukan, berdoa agar kau tidak menghancurkannya? Terus apa, semoga logam bekas tidak akan menghantuimu selama seratus tahun berikutnya atau semacamnya, ya!?”

“Fido mungkin menyuruh unit Kujo dipulungi.”

Shinn mengucapkan kata-kata ini dengan nada monotonnya yang biasa, dan Audreht terdiam beberapa saat.

“Yeah, kita bisa mendapatkan beberapa suku cadang dari unit Kujo itu… tapi aku tidak mau melakukannya. Serius, bukankah menurutmu ada yang salah dengan itu? Menempatkan unit orang mati ke unit milikmu sendiri?”

Shinn memalingkan kepalanya sedikit, dan menunjuk armor “Juggernaut” pribadinya, “Undertaker”. Ada kerangka memegang sekop dari cat semprot di bawah kanopi, tanpa kepala.

Audreht hanya bisa meringis.

“Tidak ada gunanya memikirkan rinciannya sekarang… ini apa yang kau maksud huh, Undertaker?”

Mekanik tua itu mengangguk, dan berpaling ke jendela hangar yang terbuka, menuju dataran Musim semi yang tiada akhir.

Langit, begitu tinggi, begitu jauh, berwarna biru dan tak berawan, melelehkan segala sesuatu di bawahnya. Di bawahnya, Cornflower bewarna biru dan rumput zamrud muda berkilauan, pemandangan itu digambarkan tak ada habisnya karena menjadi makam jutaan para Delapan Puluh Enam yang tersebar di seluruh medan perang.

Para Delapan Puluh Enam tidak memiliki kuburan. Mereka tidak ada, dan tentu saja, tidak memiliki kuburan; bahkan mengklaim ulam mayat mereka pun dilarang.

Babi dengan tampilan manusia tidak memiliki hak untuk beristirahat, dan tidak ada kebebasan untuk dikagumi oleh teman mereka. Itulah keadaan dunia yang diciptakan oleh negara mereka sendiri sembilan tahun lalu, dan tetap dipertahankan sampai saat ini.

“Kujo itu meledak berkeping-keping, kan?”

“Ya.”

Tambang otomatis, senjata anti-personel tanpa wajah dengan empat anggota tubuh, tubuh mereka dipenuhi bahan peledak; mereka mengerikan, sehingga menyerupai manusia sampai batas tertentu sehingga bila dilihat dari kejauhan, mereka bisa saja dikelirukan. Kujo pergi untuk membantu skuadron lain dalam pertempuran malam, dan memungutnya.

“Nah, itu hebar. Dia ada di sana sekarang, kan?”

“Mungkin.”

Secara pribadi, Shinn tidak percaya akan keberadaan Surga atau Neraka, tapi ia rela percaya bahwa jiwa Kujo telah meninggalkan tempat ini, dan menemukan penghiburannya.

Audreht memberikan tatapan tertarik.

“Kujo beruntung berada di skuadron yang sama denganmu saat dia tewas… orang-orang ini juga.”

Bola memasuki lingkaran, dan net yang sobek bergoyang-goyang begitu lapangan meletus dalam sorak sorai. Lagu anime bergema di rombongan riff gitar, bersama dengan lirik acak saat nyanyian kegembiraan bergema di peternakan di dalam kamp.

Audreht tahu betul bahwa pemandangan di depan mereka tidak pernah terlihat di skuadron lain.

Pertempuran terus-menerus. Patroli harian melawan penjarahan. Ketegangan dan ketakutan ekstrem akan menguras jiwa seseorang, dan di seberang pertempuran, teman akan kalah. Karena setiap hari sangat sulit bagi mereka, mereka tidak memiliki waktu untuk kehidupan sehari-hari manusia, apalagi relaksasi atau hiburan.

Namun skuadron ini bisa rileks, dan tidak khawatir dengan serangan musuh, meski tak bisa menghindari serangan apapun.

“… Orang-orang ini bisa hidup damai karena dirimu, Shinn.”

“Orang dengan tiga kali pemeliharaan armor dari processor lainnya adalah aku, kan?”

Audreht tidak bisa berkata apa-apa. Shinn hanya bisa mengangkat bahu saat menghadapi tatapan tak senang di bawah kacamata hitam.

“Bocah… cuma lelucon kecil, dan kau mengambilnya secara nyata.”

“AKu merasa terganggu dengan ini. Meskipun aku belum mengungkapkan ini melalui tindakan.”

“Tolol. Tugas kami sebagai mekanik adalah memastikan bocah nakal kembali hidup. Satu atau dua unit tidaklah banyak selama kalian pulang. Kami harus memperbaikinya tidak peduli seberapa sulitnya.”

Dia mengoceh dengan kata-kata ini, dan memalingkan muka dengan malu-malu.

“… Bagaimanapun, Handler kita sudah berubah lagi. Orang macam apa kali ini?”

Diam.

“…Yeah.”

“Yeah… katakan sesuatu…”

“Sepertinya begitu.”



Karena sering berubah, Shinn sudah lama melupakan nama mereka. Faktanya, Processor tidak akan pernah peduli dengan keberadaan Handler.

Bagi Handler  yang telah lama meninggalkan tugasnya. Begitu ada banyak Eintagsflieges, radar tidak akan bisa mengirimkan data, dan markas besar di daratan utama yang jauh akan bisa memerintah secara efektif. Dengan demikian, Processor tidak akan peduli dengan Handler, karena keberadaan mereka tidaklah masalah.

Dengan demikian, tugas Handler hanya diturunkan untuk mengawasi Processor, dan itu adalah ruang lingkup pekerjaannya. Misi yang ditinggalkan Handler, adalah untuk menekan semangat pemberontakan Para Delapan Puluh Enam, menggunakan Para-RAID yang memungkinkan mereka memantau setiap tindakan, dan benar-benar mendominasi mereka.

Shinn mengingat percakapan yang jarang terjadi selama sepekan terakhir, dan berkata,

“Mendapat lebih banyak pekerjaan menulis. Sepertinya aku harus menulis laporan patroli baru setiap minggu.”

“… Mereka belum membacanya, dan satu-satunya yang berani mengirimkan laporan tertulis yang ceroboh sejak lima tahun yang lalu adalah kau.”

Namun, ia tidak mengubah tanggal dan lokasi, dan sejak saat itu, mereka tidak pernah melakukan patroli, jadi semua yang termasuk dalam patroli adalah kepura-puraan. Shinn tercengang karena laporan semacam itu tetap tidak terdeteksi.

“Apa kau tidak sengaja mengirim dokumen masa lalu di sini?” Ia teringat suara tenang seperti bel perak yang menunjuk masalah ini, dan menghela napas. “Tidak pernah berpikir kau aka nada saat-saat ceroboh.” Dia terkekeh saat mengatakannya, tawanya penuh dengan kebaikan dan ketulusan murni.

“Pada hari dia ditunjuk, kami disinkronkan saat dia ingin menyambut kami, dan dia mengatakan bahwa kami harus tetap berhubungan di masa depan, jadi akan ada kontak setidaknya sekali sehari. Kurasa dia jenis langka di antara tentara Republik.”

“Kedengarannya seperti orang baik… yah, dia akan menderita sekarang. Sungguh malang.”

Shinn memiliki pemikiran yang sama, dan tidak menjawab.

Di dunia ini, keadilan atau cita-cita sama-sama tidak berdaya dan tidak ada gunanya—

“…Ya.”

Dan untuk entah kenapa, Shinn berpaling ke arah dataran Musim semi  tak berujung, seolah ada yang memanggilnya.



“Ba dum tss! Sekarang ini beneran ‘Babi yang tinggal di luar Grand Mur!'”

“Lucu sekali, Haruto.”

Di rumah juru masak tentara, Seo, yang dengan berani mengajukan diri untuk mengendalikan api panci besar berisi selai berry, dengan terus terang menjawab ketus ke arah tindakan gila anak laki-laki itu di skuadronnya. Dia seorang Jade, dengan rambut pirang dan mata hijau, enam belas tahun, sedikit pendek dan kurus.

Si anak laki-laki Haruto yang menggantung babi hutan masif di pintu masuk halaman dengan membuka lebar lengannya untuk menekankan kegembiraannya, dan menggaruk kepalanya.

Dia tidak memiliki tugas untuk hari itu, dan pergi berburu babi hutan di hutan terdekat.

“Hmm, apaan kurangnya reaksi itu? Itu lucu, kan?”

“KAlau aku harus mengatakannya, itu lelucon yang dingin… tapi yah.”

Seo menjatuhkan buku sketsa yang ada di tangannya, dan mengukur buruan di depan matanya. Mungkin diseret oleh “Juggernaut,” tapi mungkin sulit bagi seseorang untuk memburunya, karena itu adalah babi hutan yang sangat besar.

“Ini luar biasa. Besar.”

“Ya kan? Kita bakalan barbeque-an malam ini! Dimana Raiden? Dan Angel? Aku pengen berganti tugas makan malam dengan mereka.”

“Yah, Shinn yang bertugas hari ini. Raiden pergi ke ‘kota’ untuk mencari barang, sementara Angel dan gadis-gadis lain bertugas mencuci pakaian hari ini.”

Haruto menatap Seo.

“Kapan keputusan itu diputuskan?”

“Mungkin… setelah sarapan.”

“Sudah hampir siang.”

“Yep.”

“”… “”

Meskipun mereka harus mencuci pakaian untuk seluruh kamp, ​​dengan enam orang mencuci, tidak mungkin mereka tidak selesai.

Titik cuci di tepi sungai, dan hari itu sedang cerah pada musim semi.

Haruto melirik.

“… Jadi sekarang mereka mandi. Sungai Surga sekarang, kan!?”

“Sebelum kau pergi ke Surga secara nyata, mereka mereka semua ada senjata.”

Haruto segera membeku. Seo menghela napas keras, mengambil sendok kayu, dan mengaduk pancinya. Begitu dia melihat bahwa selai berry hampir selesai, ia memadamkan api.

Ia hampir menutup tutupnya saat para-RAID-nya diaktifkan.

Ketika ia ditugaskan, Seo memiliki perangkat RAID yang ditanamkan ke bagian belakang lehernya, dan ada juga label data anting untuk sinkronisasi pendaftaran. Perangkat RAID dan anting diaktifkan pada saat bersamaan, menciptakan panas halusinasi. Ia mengetuk antingnya dengan ujung jarinya, dan beralih ke mode komunikasi.

“Mengaktifkan…”

Begitu Para-RAID disinkronkan, mata hijau Seo menjadi dingin sedingin es. Tidak jauh dari Haruto, tangan menutup telinganya saat senyuman lenyap dari wajahnya, dengan orang yang bertukar pandang dengannya.

“Shinn… sekarang apa?”


Tempat cuci berada di tepi sungai. Sungai begitu luas, dan banyak air bisa dilihat, enam anggota wanita Spearhead menikmati pertarungan air di tengah arus sungai.

“Apa yang kau lakukan, Kaie. Cepatlah.”

Krena berhenti di jalurnya begitu dia melihat kawan skuadnya yang gelisah, dan memanggil yang terakhir. Dia memiliki rambut cokelat Agate pendek dan mata kucing topaz keemasan.

Ia telah melepaskan seragam tempurnya dan mengikat lengan baju di pinggangnya, tank top zaitun menunjukkan lekukan tubuhnya di tengah hari, tapi tidak ada temannya yang malu-malu meskipun berpakaian seperti itu.

“Tidak, yah, kalau dipikirkan, ini sedikit memalukan…”

Kaie adalah seorang gadis berambut hitam dengan mata hitam dan kulit putih gading yang halus. Meskipun suaranya mirip dengan anak laki-laki, ia adalah seorang gadis. Matanya sedikit merah, mungkin sadar akan tank top yang menempel di tubuh. Ponytail di sepanjang hiasan helm ksatria menutupi belahan dadanya yang rata, mengeluarkan getaran memikat.

“Dan apa nggak masalah kalau kita perang air… warrgh!!”

Angel, dengan rambut perak kebiruan yang bertebaran di belakang, meraup air dengan tangannya dan memercikkannya ke Kaie. Yang tadinya belum melepaskan seragamnya, tapi ritsletingnya ditarik ke perutnya, dan bagi wanita indah ini, ini butuh keberanian baginya. Rambut perak membuktikan identitasnya sebagai Adularia, tapi karena ia mewarisi mata biru muda dari nenek buyutnya, Celesta, ia dianggap sebagai Delapan Delapan Enam oleh Republik yang radikal, dan dibuang ke perbatasan.

“Kau serius amat, Kaie. Nggak papa, pakaian kita dicuci kok.”

Gadis-gadis lain mulai berpadu,

“Dan Shinn akan mengerti.”

“Ah ya. Dia juga bilang hari ini panas. Bahkan menunjukkan senyum langka.”

“Yah, itu bisa dimengerti, bahkan dari pemimpin berwajah batu itu.”

Mengatakan itu, mereka tiba-tiba tersenyum pada Krena.

“Bu-Bukan itu! Bukan itu maksudku!”

“Apa bagusnya dari pria yang sepertinya selalu punya sesuatu dalam pikirannya?”

“Kubilang tidak!”

“Pokoknya, menurutmu, Kaie?”

“Shinn? Hmm, aku secara pribadi tidak menganggapnya buruk. Tidak banyak omong, pandai nahan nafsu, tapi dia baik.”

“Tu-Tu-Tu-Tu-Tu-Tu-Tuunggu sebentar, Akie!?”

Krena mendadak panik, dan Kaie menahan tawanya. Krena benar-benar mudah dibaca.

“Gitu ya, aku ngerti. Tapi karena tidak ada yang memilikinya, aku akan menyerang lebih dulu. Ayo tunjukkan kepadanya ‘serangan malam’ malam ini, secepat mungkin…”

“K-Kaie!? E-Erm, aku tidak punya pikiran tentang Shinn, tapi, kurasa itu tidak baik! Kau seharusnya lebih seperti seorang Yamato Nadeshiko, atau semacamnya.”

Krena bereaksi dengan bingung, dan gadis-gadis itu menyeringai serempak.

“””Kau sangat imut, Krena. “””

Sesaat kemudian, dan Krena menyadari bahwa dia ada di sana.

“Hei!”

“Yo, ketemu.”

Hutan berdesir, dan kepala pasukan mereka Daiya menunjukkan wajahnya. Dia kurus tinggi, dengan rambut pirang cerah dan mata zamrud yang sesuai dengan Sapphire.

Sebagai catatan, dia laki-laki.

“””KYYAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!”””

“WAHHH!!!!”

Daiya diserang oleh senjata supersonik dari semua wanita, yang mungkin diperlengkapi dengan senjata semacam itu sejak lahir, beserta segala jenis barang yang bisa dilempar, dan ia buru-buru mundur ke belakang semak-semak.

“Hei! Siapa yang melempar pistol!? Ini berbahaya kalau ada isinya!”

“””KYYAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!”””

“WAHHH!!!!”

Daiya, yang diserang langsung saat penyerangan kedua ini, akhirnya terdiam.

Para gadis buru-buru mengenakan pakaian mereka, dan Angel mendekat.

“Jadi, Daiya, ada apa?”

“Akan lebih bagus lagi kalau kau bisa bertanya padaku ‘Apa kau baik-baik saja?’ Dengan suara imut sekarang, Angel.”

“Kau baik-baik saja Daiya?”

“Ah, salahku, tolong jangan katakan itu dengan wajah kosong atau aku bakalan menangis…”

Kaie memasang velcro seragam tempurnya, melihat yang lain berpakaian, dan berkata,

“Yep, Daiya, kau bisa keluar sekarang… ada apa?”

“Ah ya. Sebenarnya, aku punya pekerjaan paruh waktu sebagai pembawa pesan hari ini.”

Sepertinya seseorang meminta agar dia menyampaikan pesan. Krena menggunakan tangannya untuk menutupi tubuhnya yang menggairahkan, yang tidak bisa disamarkan dengan seragam tempur, cemberut dengan sedih.

“Kau bisa menghubungi kami melalui para-RAID. Kenapa sampai disini?”

Daiya menggaruk kepalanya.

“Nah, bukankah akan aneh kalau kau berkomunikasi dengan kalian para gadis melalui Para-RAID saat kalian bermain-main, dan secara tidak sengaja aku menguping cerita cinta kalian? Kemungkinan besar ini tentang ‘Krena sangat menyukai Shinn~’ atau sesuatu seperti itu.”

“Wha…!”

Wajah Krena menjadi semerah buah bit saat mendengarnya berbicara dengan nada imut yang tidak akan pernah ia gunakan, dan anggota skuad perempuan di sebelahnya mulai mengobrol.

“Hmm. Nguping nggak termaafkan, tapi keputusan ini benar.”

“Kami pribadi tidak keberatan, tapi Krena pasti tidak bisa menerimanya.”

“Dan kami membicarakan hal ini barusan.”

“Oh ya, kalau Shinn disinkronkan dengan kita lain kali, mintalah dia mengatakannya keras-keras. Ayo kita lihat reaksinya saat itu.”

“Krena cuma mengatakan bahwa Shinn mengerikan, selalu dewa kematian berwajah batu, tidak pernah mengubah ekspresinya, tidak lucu sama sekali.”

“A-A-A-A-A-A-Aku tidak bilang begitu! Hentikan!!”

“””Kau sangat imut, Krena.”””

“WAHHHH!! kalian idiot!!!”

Krena, yang digoda oleh semua orang yang hadir (termasuk Daiya), menutup kepalanya sambil menjerit.

Kaie terengah-engah saat dia tertawa, dan bertanya,

“Jadi, ada apa? Terserah kau mau bilang apa.”

Mendengar itu, Daiya segera menghapus semua ekspresi dari wajahnya.

“Ahh… itu dari Shinn.”

Dan atas kata-kata itu, wajah gadis-gadis itu langsung tegang.



Manusia tidak hidup dari roti saja.

Ribuan tahun yang lalu, seorang penyelamat pernah berkata begitu, dan sampai saat ini tetap menjadi pepatah klasik. Dalam kehidupan seseorang, selalu ada kebutuhan akan hal tambahan untuk memperkaya pikiran dan tubuh, seperti snack, kopi, musik, game, dan semacamnya. Babi putih Republik yang mencampakkan mereka ke Neraka ini tidak pernah memberi mereka sesuatu selain minimum, karena mungkin diasumsikan tidak perlu.

Di sisi lain, jika Manusia ingin terus hidup, masalah utamanya adalah mengisi perutnya.

“Baiklah Fido, kita punya masalah di sini.”

Itu adalah kota yang dirusak menjadi puing-puing, dan dari waktu ke waktu, mereka akan mencari ke kota ini makanan yang bisa diawetkan sampai lama, sayuran tumbuh di kebun beberapa rumah, hewan peliharaan yang menjadi liar setelah melarikan diri dari kandang selama kekacauan perang, dan hiburan yang ditinggalkan.

Mereka berada di sebuah plaza yang dikuburkan di bawah reruntuhan. Wakil Komandan Raiden meletakkan makanan yang disintesis dan roti terkompresi, diproduksi di pabrik basis dan diperoleh dari gudang darurat sebuah ruang penyimpanan darurat dari balai kota. Seragamnya longgar, menunjukkan tubuhnya yang masif dan tinggi. Ia adalah Eisen berdarah-murni, kepala pendek logam gelap dan wajahnya yang tajam menunjukkan tubuh robot.

“Scavenger” adalah drone tanpa awak yang akan menggerakkan “Juggernaut” dan memasok yang terakhir dengan amunisi dan paket energi. Bentuknya kurus, dengan empat kaki pendek, tidak menarik dalam penampilan. Pada titik ini, salah satu “Scavenger” yang berlawanan dengannya menundukkan kepalanya, mengukur benda-benda di depannya melalui sensor optik berbentuk lensa.

“Yang mana sampahnya?”

“Pi.”

Fido segera mengulurkan tangan mekanisnya dan menyingkirkan makanan yang disintesis.

Raiden melihat benda putih berguling-guling, dan mengambil roti yang tertinggal, mengunyahnya. Bahkan drone pun tahu itu sampah. Lidah dari para babi putih pasti sudah terinfeksi mengingat bagaimana mereka menganggapnya sebagai makanan.

Semua Kamp Konsentrasi dan basis memiliki pabrik produksi dan pabrik otomatis untuk kebutuhan yang dibutuhkan selama pertempuran.

Sumber daya dan input kontrol produksi berasal dari kabel bawah tanah, yang berasal dari sisi lain Tembok, dan ini adalah sistem penyediaan makanan otomatis yang tidak ada habisnya. Namun, yang mengendalikan sistem ini adalah babi putih yang dianggap sebagai babi, dan produknya berkualitas minimum, disebut makanan disintesis yang terlihat seperti bom plastik, tanpa terkecuali, dan rasanya begitu tidak menyenangkan, seseorang bisa menjadi orang bodoh.

Dengan demikian, seseorang harus mencari melalui pembuangan yang ditinggalkan sembilan tahun lalu jika makanan asli dapat ditemukan. Untungnya, skuadron ini tidak membutuhkan patroli, dan banyak waktu dan paket energi yang dapat dilestarikan untuk skuad guna mencari-cari di kota-kota sementara mengujicoba “Juggernaut.”

“Jadi Fido, kita mencari barang selain sampah itu hari ini. Dapatkan sebanyak yang kau mau, termasuk jenis makanan lainnya.”

“Pi.”

Raiden, yang duduk di tanah seperti penjahat, berdiri, dan Fido mengikutinya dengan langkah kaki yang berderit. Salah satu misi mereka sebagai “ScavengerPemulung” adalah mengisi kokpit mereka dengan apapun dari puing-puing mesin, termasuk selongsong peluru. Namun, instruksi Raiden sedikit aneh.

Dengan kata lain, istilah “Scavenger” hanyalah moniker. Jika persediaan di tangan tidak mencukupi dalam pertempuran, mereka akan mengambil barang-barang yang dapat digunakan dari “Juggernaut” yang hancur atau “Scavenger” lainnya. Di luar pertempuran, mereka akan mengembara di medan perang, dan mengambil barang-barang yang bisa digunakan. Dengan demikian, Processor hanya menyebut mereka “Scavenger.” Mereka adalah skuad yang handal, mengurangi kekhawatiran tentang amunisi atau paket energi yang tidak cukup, burung pemakan bangkai dengan rakus mencari mayat mereka.

Fido adalah “Scavenger” yang diikuti oleh tim Shinn selama lima tahun.

Dikatakan bahwa itu diambil oleh Shinn setelah skuad terakhir menghadapi serangan musuh, dan dia akhirnya menjadi satu-satunya yang selamat, tidak hancur total, namun mobilitasnya hilang.

Memiliki kemampuan belajar minimal, tapi hanya robot rusak yang diambil tidak akan memiliki kecerdasan untuk rasa syukur. Sejak saat itu, Fido akan selalu memprioritaskan Shinn sebagai orang untuk dipasok, akan mengikutinya tidak peduli skuad yang ditugaskan padanya, dan berada di sisinya segera kapan pun dia menyortir. Berbeda dengan “Scavenger” yang tidak mau peduli dengan perasaan, dia menunjukkan kesetiaan. Dia adalah model lama yang mulai beroperasi di awal perang, dan selayaknya dengan yang sudah lama beroperasi, mungkin telah belajar lebih banyak hal.

Dan pada drone yang patuh mengikuti tuannya ini, Shinn menamakannya sebagai “Fido.” Sebuah nama yang sesuai untuk seekor anjing. Seperti Pochi atau Shiro… seperti yang diharapkan, ada yang tidak beres dengan kepala pemuda itu.

“Pi.”

“Hm?”

Fido tiba-tiba berhenti di belakang Raiden, dan kemudian berbalik.

Dia melihat ke arah di mana sensor optik membidik, dan melihat tulang-tulang putih yang telah lama pudar warnanya, meringkuk di dasar pohon besar yang memberi bayang-bayang puing-puing.

“… Ahh.”

Jadi, untuk itulah dia dipanggil. Raiden mendekati mayat itu. Seragam benar-benar compang-camping, lengan yang dipotong-potong masih meraih senapan serbu sampai akhir. Lehernya memiliki tag identifikasi yang menempel pada rantai, dan sepertinya dia bukan Delapan Puluh Enam. Mungkin, dia adalah salah satu tentara Ortodoks Republik yang bertempur sembilan tahun lalu, sampai akhir.

Kemudian, Pi, Fido mengeluarkan suara elektronik lagi, menanyakan apakah bisa diambil atau tidak. Di luar pertempuran, akan diprioritaskan memetik sisa makanan dari kematian, mungkin sebuah kebiasaan yang diangkat dari Shinn. Dia tidak akan pernah menyentuh mayat, bagaimanapun, karena para babi putih dilarang untuk mengklaim ulang mayat.

Setelah terdiam beberapa saat, Raiden menggelengkan kepalanya.

“Tidak perlu… tinggalkan dia di sini.”

Dia mengenali pohon ini di depannya. Pohon Sakura. Itu adalah pohon yang berasal dari benua Timur nun Jauh, mekar saat Musim Smi dimulai. Tahun ini, selama musim mekar, menurut saran Kaie, setiap anggota skuad mengunjungi pohon mencolok ini untuk mengagumi bunga-bunga itu. Kelopak merah muda bergabung ke dalam malam saat bulan purnama meneranginya, membuatnya menjadi indah.

Tentara itu tetap di atas hamparan kelopak bunga, menatap bunga berseri-seri; tidak ada alasan untuk menguburnya dan menolaknya di siang hari.

Ini mungkin salah satu Albas, tapi dia mengalami pertempuran, dan merupakan seorang pejuang yang menyerahkan tubuhnya untuk negaranya; seharusnya dia tidak dianggap babi putih.

Setelah beberapa saat terdiam, ia mendongak, dan merasakan panas yang menyerempet dari telinganya.

“—Kepada semua pasukan yang masih berjalan-jalan. Kalian mendengarku?”

“Seo? Ada apa?”

Suara jernih bisa terdengar dalam jarak serang. Sebagai perwakilan dari semua anggota yang disinkronkan, Raiden menanggapi.

“Perubahan mendadak dalam laporan cuaca. Badai akan datang.”

Raiden menyipitkan matanya. Di sebelah Timur, di langit di atas area yang dikontrol oleh, beberapa perak samar terlihat menyebar, warnanya jadi samar sehingga dia, yang memiliki penglihatan luar biasa, harus menyipitkan matanya.

Eintagsfliege dari 〈Legion? seukuran kupu-kupu, mampu menyerap dan membiaskan cahaya yang tampak dan gelombang elektromagnetik, membuat sinyal di medan perang. Drone ini akan memimpin jalan kapan pun sebuah serangan dimulai, meniadakan radar musuh, dan melindungi sekutu mereka dengan sempurna. Mereka adalah inti dari setiap kali peluncuran serangan mereka.

“Kapan?”

“Kukira sekitar dua jam. Sepertinya pasukan lain akan bertemu di belakang yang paling dekat dengan kita. Resupply, kurang lebih.”

Pasukan terdekat tak bisa dilihat oleh mata, dan radar itu sudah cacat. Namun, Seo… tidak, mengatakan bahwa bisa menentukan situasi sebenarnya seolah-olah berada di telapak tangannya.

“Mengerti. Segera kembali — Chise, Clotho. Bertemu di pintu masuk Rute 12.”

“Mengerti.”

“Sepertinya tak ada ‘ShepherdGembala‘ kali ini, langsung hadapi pertempuran. Mungkin ada perubahan pada rute musuh, tapi kita akan menyiapkan penyergapan di dekat Titik 304 dan membersihkannya dalam satu serangan.”

Raiden memberikan komando kepada tim pengintai dan kembali ke unit pribadinya yang  tidak terlalu jauh; Suara Seo penuh dengan desakan untuk tersenyum saat dia mengatakan ini sebagai respon. Raiden menunjukkan seringai keji di wajahnya.

“Cuma ‘Domba’ ya? Waktunya berburu.”

Sementara situasi sebenarnya lebih mengerikan daripada yang mereka gambarkan, taktik “Domba” sederhana tanpa “Gembala” yang menuntun mereka, dan jauh lebih mudah untuk ditangani. Dengan mengetahui kekuatan musuh sebelumnya, mereka akan merasa lebih lega dari sebelumnya.

Guna berjaga-jaga, dewa kematian yang hebat ini. Raiden berpikir, dan mengerutkan kening.

Apa yang dipikirkan sebelumnya?

Dewa kematian bermata merah berkeliaran di medan perang, mencari kepala yang hilang.



Raiden dan yang lainnya kembali ke markas, dan melihat delapan belas unit lain siaga, siap untuk melakukan penyerangan. Unit Seo adalah yang paling dekat dengan pintu masuk, dan dia tersenyum seperti kucing nakal.

“Kau lambat, Raiden. Kupikir kau nginjek ranjau darat.”

“Aku balik secepat mungkin. Juga, udah cukup lelucon ranjau daratnya.”

“Ah. Maaf.”

Kujo hancur berantakan karena ranjau darat otomatis. Dalam dua bulan sejak skuadron ini terbentuk, dia adalah KIA ketiga.

Tingkat penipisan processor sangat tinggi. Setiap tahun, ratusan ribu wajib militer, dan setahun kemudian, kurang dari seribu orang masih tersisa. Meskipun, ini adalah kemajuan besar dibandingkan dengan nenek moyang mereka, yang hanya bisa bergumul. Saat itu, satu-satunya cara untuk melawan adalah menyerang ke kamp dengan roket atau bom di tangan, sehingga tingkat korban setiap hari setidaknya lima puluh persen.

Sebaliknya, sementara tingkat KIA skuad ini sangat rendah, faktanya tetap bahwa ini adalah garis depan.

Tidak ada medan perang tanpa kerugian yang terjadi.

Kematian akan selalu tiba-tiba, dan adil.

“Semua orang di sini? Dengarkan.”

Semua orang menegakkan tubuh begitu mereka mendengar suara tenang yang melesat jauh.

Peta Zona Pertempuran Pertama ditutupi dengan penutup transparan yang berisi informasi yang diperlukan. Shinn sudah ada di depan mereka, seolah sinar rembulan menyinarinya.

Wajah putihnya didampingi oleh seragam kamuflase gurun yang familier, dan lambang Kapten yang menunjukkan identitasnya sebagai pemimpin; syal biru terus berkibar-kibar di lehernya, dan itu adalah salah satu sumber julukannya yang tidak menyenangkan.

Kepala dewa kematian ini sudah lama hilang, tapi tetap tersembunyi di balik syal, atau semacamnya.

“Aku akan menjelaskan situasinya.”

Pemimpin skuad ini, yang dijuluki “Dewa Kematian,” melihat kawan sw-skuadnya di mata merahnya yang dingin.

Pengarahan mengenai jumlah musuh, rute perkembangan dan tindakan balasan yang direncanakan sangat sederhana, namun jelas. Semua processor menaiki “Juggernaut.” mereka masing-masing, wajah atau fisiknya, adalah tentara muda, di usia pertengahan sampai penghujung remaja.

Begitu bagian terakhir disegel di dalam lubang penahan, dua puluh satu unit lapis baja terbangun dari tidur mereka.

“Juggernaut,” M1A4 senjata lapis baja multi-pedal tanpa awak yang memiliki orang di dalamnya.

Keempat tungkainya tipis dan panjang, menopang armor ringan berbentuk pupa kecil, seperti tulang tua. Unit ini memiliki dua senapan mesin berat seperti sub-arm, sepasang jangkar kawat, dan meriam 57mm di bagian belakang.

Dari kejauhan, mesin itu menyerupai laba-laba pengembara, dan senjata tempur berayun di depan, bersamaan dengan meriam utama di belakang, menyerupai cakar dan ekor kalajengking. Ini adalah tempat pemakaman rekan Delapan Puluh Enam mereka.

Penyergapan harus disiapkan di sebuah kota yang ditinggalkan. Shinn disembunyikan di sudut Gereja yang roboh, berkemah di kokpit sempit “Juggernaut,” dan membuka matanya yang telah ditutup.

Area zona pembunuh ini adalah jalan utama, dan mereka terbagi dalam berbagai tim, tersebar di sepanjang tikungan jalan untuk memastikan bahwa jarak tembak tidak akan tumpang tindih. Tim baris depan yang terdiri dari Nomor Satu dan Nomor Tiga (Shin dan Seo) telah bertindak independen dari Tim Penutup yang terdiri dari Nomor Dua dan Nomor Empat (Raiden dan Kaie), mengapit jalan. Tim peng-granat yang dipimpin oleh Nomor Lima (Daiya) dan tim penembak jitu yang dipimpin oleh Nomor Enam (Krena) disembunyikan di sisi lain jalan, menunggu di tempat.

Shinn dengan dingin menatap layar holografik berjarak pandang yang kecil, mendeteksi nomor dan formasi musuh, dan menyipitkan matanya.

Kokpit “Juggernaut” mirip dengan jet tempur, dengan berbagai tombol dilapisi pada joystick kiri dan kanan, dan layar LCD yang menampilkan berbagai instrumen. Tidak seperti lubang anti-wind dari jet tempur, kokpit “Juggernaut” benar-benar tertutup, dan tidak mungkin melihat bagian luarnya. Sebagai gantinya, ada layar optik tiga dimensi dan jendela holografik untuk menampilkan pesan, memberikan pilot dengan intel namun tidak mengurangi kegelapan dan ruang kosong. Orang bisa bilang itu peti mati.

Formasi musuh seperti yang diharapkan, tersebar dalam bentuk gandum — tim pengintai memimpin baris depan, dan empat tim di ujung gandum. Itulah formasi ofensif klasik dari skuad armor, seperti buku teks, sebenarnya. Jumlah dan kemampuan-bijaksana, selalu unggul, dan tidak akan menggunakan formasi yang tidak dapat diprediksi. Dengan demikian, mereka bisa dengan mudah dikenali.

Tidak masalah akan prediksi, musuh akan mengirim pasukan tempur besar untuk menang dengan jumlah. Begitulah taktik yang tak pernah berubah.

Dalam menghadapi ini, julukannya pantas dilakukan, akan sulit untuk mengalahkannya bahkan dengan dua kali lipat tenaga manusia, dan tentara biasa akan memilih untuk mundur karena keputusasaan dan ketidakberdayaan. Namun, gaya bertarung “Juggernaut,” para Delapan Puluh Enam, selalu melawan banyak, sangat banyak musuh dengan sedikit orang.

Tiba-tiba, Shinn mengingat sebuah kalimat dari ingatan terdahulu, ketika seseorang membacakan sebuah kaliat dari Alkitab.

Seseorang.

Dia tidak bisa lagi menghadapi wajah dan suara orang itu.

Yang bisa diingatnya hanyalah adegan terakhir, dan suaranya.

Dan kalimat itu.

—et interrogabat eum



Raiden mendengar Shinn menggumamkan sesuatu melalui Para-RAID, seolah-olah ada suara berisik, dan meletakkan kakinya ke bawah, duduk tegak. Dia tersembunyi di bawah reruntuhan, layar utamanya terkubur di bawah beton abu-abu, radar dalam mode pasif.

Shinn tidak berbicara dalam bahasa kesatuan mereka, bahasa Republik, dan dia tidak mengerti. Yang bisa didengarnya hanyalah dicit ei legio nomen mihi. Seo membentak dengan jengkel,

“Shinn, apa kau baca Alkitab barusan? Itu kebiasaan burukmu. Apalagi saat kau menggunakan kalimat itu barusan!”

“Apa yang dia katakan?”

“Ketika Messiah bertanya apakah mereka adalah iblis atau roh jahat, mereka menjawab, ‘Legion,’ karena kabanyakan kita.”

Raiden terdiam. Tentu saja, itu mengerikan.

Tiba-tiba, ada orang lain yang disinkronkan di Para-RAID.

“Handler One ke semua unit. Aku minta maaf karena terlambat.”

Suara bel perak yang menarik masuk ke telinga mereka melalui para-RAID. Ternyata Handler baru ini ditugaskan di sini setelah yang sebelumnya merasa ngeri dengan “dewa kematian” dan mengundurkan diri sebagai hasilnya. Dari suaranya, tampaknya dia memiliki umur yang sama dengan mereka.

“Musuh mendekat. Mohon cehat Titik 208.”

“Undertaker ke Handler One. Mengonfirmasi. Penyebaran di Titik 304 selesai.”

Jawab Shinn dengan datar. Sepertinya ada yang terkesiap dari ujung Para-RAID.

“Sangat cepat… kau mengesankan, Undertaker.”

Handler kagum dengan tulus. Tentu saja, Raiden bergumam dalam hatinya. Shinn dan anggota skuad lainnya memiliki codename pribadi, menunjukkan bahwa mereka adalah veteran.

Sebagian besar processor akan menggunakan tanda panggilan berdasarkan nama dan nomor skuad mereka. Mereka yang tidak disebutkan namanya adalah veteran, yang bertahan setahun dari medan perang ketika tingkat kelangsungan hidup kurang dari satu persen. Mereka diberkati dengan bakat dan elemen yang tidak terbunuh; Mereka adalah iblis, dewa kematian, mengambil bentuk monster.

Semua processor di Spearhead memiliki “tanda panggilan” unik mereka, dan mereka adalah veteran dengan empat, lima tahun pengalaman tempur. Mereka tidak cacat sama sekali, bahkan dengan Putri yang bersembunyi di balik tembok kota.

Tapi pada saat yang sama, dia diam-diam terkesan.

Dengan mengetahui yang akan menyerang, Titik 208 akan disimpulkan sebagai titik optimal untuk melawan. Sudah seminggu sejak ia bertugas, tapi sepertinya ia bukan orang yang baik.

Sirene

Sensor di kaki bergema. Jendela holografik muncul di hadapannya, dan diperbesar.

Di depan mereka, ada puing-puing sebuah bangunan di jalan utama, dan muncul noda hitam di ujung sana saat matahari bersinar; Setelah itu, cakrawala ditutupi logam.


Mereka telah tiba.


Layar radar pun segera terisi dengan deru unit musuh.

Tentara monster robot mengerumuni pembuangan abu-abu, seperti bayangan yang melahap cahaya, menjulang ke arah mereka.

Unit-unit itu berbaris, masing-masing tim lima puluh sampai seratus meter di antara mereka. Bahkan yang paling ringan sekalipun, pengintai (Ameise) beratnya lebih dari sepuluh ton, namun saat mereka maju, mereka akan mengeluarkan suara gemerisik tulang yang lembut, dan tidak ada jejak untuk didengar. Hanya gemerisik daun… saat mereka menyebar di depan mereka.

Begitulah pemandangan yang surealis namun agung.

Tiga pasang kaki maju di depan, menggetarkan kaki mereka, unit sensor kompleks di bawah perut mereka dan senjata anti-personel 7.62mm di bahu bergetar di depan mereka. Begitulah Ameise yang seperti piranha.

Ada juga tipe berburu jarak dekat (Grauwolf), unit mengerikan yang menyerupai hiu berkaki enam, dengan peluncur roket anti-tank 76mm di bagian belakang, dan bilah berfrekuensi tinggi di kaki depan yang memantulkan cahaya kusam.

Mereka didampingi oleh lima puluh ton tank (Löwe) dengan delapan kaki yang nyaris tidak menopang beratnya, membawa meriam smoothbore 120mm yang sangat mengerikan saat melaju dengan penuh semangat.

Kawanan besar drone Eintagsfliege yang tersebar di langit menghalangi sinar matahari, mengeluarkan bayangan ke tanah. Nanomachine membentuk sistem darah dan saraf tercipta karena metabolisme, berkibar di udara seperti bubuk perak atau salju putih.

Pengintai Ameise memasuki zona pembunuhan. Melewati tim pertama dalam penyergapan, memimpin sisianya ke depan, sampai Löwe yang terakhir masuk—

Semuanya masuk.

“Serang.”

Perintah Shinn. Pada saat bersamaan, semua unit standby menekan pelatuk dengan serempak.

Tembakan pertama datang dari tim keempat, membidik baris depan, dan pada saat bersamaan, tim satu melepaskan meriam dari belakang. Ameise yang lemah dan Löwe dengan armor tipis di bagian belakang ditembak jatuh, lumpuh sebagai akibatnya, dan sebelum sisanya siap, unit tempur lainnya melepaskan meriam.

Ledakan-ledakan. Dentuman-dentuman. Keping logam yang hancur dan darah perak nanomachines berceceran bersamaan dengan api hitam.

Pada saat bersamaan, dua puluh satu “Juggernaut” segera berbalik.

Beberapa dari mereka terus menembak saat meninggalkan tempat berlindung mereka, sementara beberapa segera bubar saat menggunakan rintangan sebagai penutup, bergerak ke belakang atau samping dari skuad mereka yang lagi menembak, dan kemudian melepaskan tembakan. Mereka yang menembak apada walnya meninggalkan penutup mereka dan mulai mengapit musuh.

“Juggernaut” adalah kegagalan sebagai mesin.

Paduan aluminium tipis tidak bisa tahan terhadap rentetan senapan mesin berat. Meskipun mobilitasnya jauh lebih unggul dari tank ulat, senjata meriam sangat kecil jika dibandingkan dengan Löwe.

Empat tungkai yang halus hanya bisa menahan beban yang lebih ringan, mungkin karena waktu pemrograman untuk gerakan terlalu pendek (semakin banyak kaki yang ada, semakin kompleks pemrograman yang dibutuhkan), tekanan pada kaki tetap besar, dan kaki akan mudah kehilangan pijakan. Di daerah rawa yang lebih lembut di sepanjang perbatasan Timur. Memerangi robot di film dan anime sering digambarkan berlari dan melompat dengan kecepatan tinggi, bahkan di udara, tapi itu adalah mimpi yang tak terjangkau untuk mesin ini. Seseorang bahkan mungkin mengejek, karena itu adalah peti mati yang bisa bergerak.

“Juggernaut,” yang sangat rentan terhadap satu pukulan, hampir tidak bisa mengumpulkan perlawanan melawan Ameise yang bersenjata lemah, dan tidak dapat melawan Grauwolf atau Löwe. Biasanya, mereka hanya bisa berkoordinasi dengan beberapa unit dan menggunakan lansekap dan rintangan untuk menebus kekurangan mobilitas, merunduk ke samping atau belakang tempat armor yang lebih lemah berada, dan menyerang. Begitulah taktik yang telah diteruskan selama tujuh tahun, yang berasal dari pendahulunya Para Delapan Puluh Enam yang telah melakukan pengorbanan yang mengerikan, mengembangkan teknik ini, mewarisi mereka, dan menyerahkannya kepada orang lain.

Processor Skuad Spearhead mengandalkan ini untuk bertahan bertahun-tahun di medan perang, dan lebih akrab dengan ini daripada orang lain. Kemistri dikembangkan di dalam skuad, sehingga mereka bisa saling memahami, dan terus bertarung tanpa memerlukan petunjuk dan kontak tambahan.

Dan,

Sebelum dia menyadarinya, bibirnya menunjukkan ejekan.

Kita memiliki perlindungan dari “dewa kematian” di sini.


“Juggernaut” yang membawa kerangka tanpa kepala yang dilukis dengan cat semprot, “Undertaker,” dengan cepat melesat menembus bangunan yang roboh dan bayang-bayang di bawah reruntuhan.

Tembakan musuh tidak bisa mengenainya, dan ia tidak pernah meleset. Ia bisa mengandalkan rute terampil untuk menyerang titik-titik buta musuh, atau membawa mereka ke dalam zona pembunuh kawan seskuad untuk dieliminasi, mau itu Ameise, Grauwolf, atau Löwe.

Misi Shinn adalah dengan sengaja menyerang ke barisan musuh sendirian dan memecah koordinasi mereka, mengiris jalannya. Ia memusatkan perhatian pada pertarungan jarak dekat melawan Point Man dari musuh yang merupakan gaya terbaik baginya.

Sinyal merah yang menunjukkan penyerang musuh tidak lenyap, karena matanya yang merah darah tidak lagi memperhatikan radar yang dipenuhi mereka. Seperti dewa kematian sejati, ia menegaskan urutan mesin musuh untuk dihancurkan dengan mata dinginnya. Tiba-tiba, ia terguncang oleh ratapan kecil.

Lagi, dia tidak akan muncul, ya?

Pikiran yang tidak berarti ini tetap ada dalam pikirannya sesaat, sebelum terpencar bersamaan dengan ledakan besar saat ia segera meremas pelatuknya. Mata dan pikirannya cepat dialihkan ke yang berikutnya, dan saat menembak, ia memberikan instruksi pembunuhan paling efisien ke mesin pasukannya.

“—Tim Tiga. Pancing musuh di depan kalian dan mundur ke barat daya. Tim lima, tatap di posisi, dan tunggu sampai semua musuh memasuki zona pembunuhan sebelum menembaki.”

“Daiya (Black Dog) di sini, mengerti… Angel (Snow White), gunakan waktu ini untuk reload.”

“Seo (Laughing Fox) juga. Jangan tembak kami, Black Dog!”

“Haruto (Falke). Tahan  270, jarak 400. Dia keluar dari gedung. Begitu muncul, tembaklah.”

“Mengerti. Kino (Fafnir), bantu aku.”

Rentetan tembakan meriam yang bergemuruh bisa terdengar dari kejauhan, dan puing di puncak tumpukan sampah bergetar.

Grauwolf memotong dinding tegak lurus sampai ke lantai dengan mobilitas tak terduga, yang bertujuan untuk menyerang dari atas, hanya untuk dicabik oleh tembakan saat mereka melompat, meledak di udara.

Shinn mengamati dengan matanya untuk sasaran berikutnya, dan melihat gerakan aneh dari musuh sebelum dengan cepat mengalihkan pandangannya.

“Semuanya tahan menembak dan menyebar.”

Semuanya segera menanggapi perintah yang tiba-tiba, dan tidak ada yang bertanya, Mengapa hal bodoh seperti itu? Selama garis depan berjuang, akan mengirim bala bantuan. Masih ada unit musuh yang belum muncul.

Iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinn, ada suara melengking.

Bombardir datang dari jauh dan mendarat di setiap sudut, mengakibatkan ledakan mendadak, dan bumi hangus terbakar seperti gelembung, meledak ke udara.

Itu adalah tembakan penutup dari meriam otomatis 155mm, tipe bombardier jarak jauh “Scorpion”.

Dengan komputer yang membantu menghitung lintasan, disimpulkan bahwa meriam tersebut ditembak sekitar 30km ke Timur Laut. Namun, informasi ini tidak ada gunanya, karena mereka tidak memiliki senjata yang bisa menyerang jarak jauh itu. Yang bisa mereka lakukan adalah memindai lansekap dan distribusi spotter musuh yang penting untuk penembakan jarak jauh—

“Handler One ke semua unit. Mengirimkan kemungkinan lokasi spotter sekarang, ada tiga. Mohon identifikasikan dan tekan.”

Shinn mengangkat alisnya. Ada tiga lampu kedip-kedip di peta digital, dibandingkan dengan distribusi musuh yang ia temukan, dan memberi instruksi kepada marksman Krena yang tersembunyi di antara bangunan di belakang.

“Krena (Gunslinger). Tahan 030, jarak 1200, empat unit di atap.”

“Mengerti. Serahkan padaku.”

“Handler One, transmisi data melalui laser bisa mengungkapkan lokasi kita. Tolong menyampaikan pesan hanya melalui suara saat operasi.”

“…! Maafkan aku.”

“Gelombang selanjutnya dari spotter akan datang. Mohon lanjutkan untuk menyimpulkan dan ungkap posisi musuh.

Pa, sepertinya ia merasakan senyum berseri dari ujung para-para-RAID.

“Ya!”

Setelah mendengar jawaban tulus dari gadis Handler, Shinn mengerutkan kening — dan kesadarannya kembali diseret ke medan perang dengan kilatan dan peringatan tiba-tiba.


Meriam membombardir medan perang seperti badai, tidak menunjukkan kepedulian pada mesin sekutu. Taktik barbar semacam itu bisa digunakan, karena mereka semua adalah drone. Raiden mendengar ledakan yang memekakkan telinga, dan terus mencari mangsa berikutnya.

Melihat jejak peluru, ia bisa melihat bahwa musuh masih unggul jumlahnya. Satu tembakan dari senapan mesin berat akan menjadi kerusakan kritis, dan sebuah ledakan dari sebuah meriam tank secara alami akan meledakkannya menjadi pecahan.

Ia melesat melalui pelindung dan memasuki bayangan reruntuhan, hanya untuk mencari tamu di sana. Itu adalah “Undertaker.” Dia sepertinya telah menghabiskan pelurunya, dan mendapatkan pasokan dari “Scavenger,” Fido, seperti biasa.

“Cukup banyak.”

“Bukankah seperti berburu? Nikmati saja ini.”

Ia benar-benar mendengar percakapan dengan Seo, karena ia memberi jawaban sarkastik.

“… Kita mendapat lebih banyak Löwe dari yang diperkirakan. Sepertinya bala bantuan memasok mereka.”

Dia mencatat dengan nada bosan, seolah ada pengingat untuk membawa payung saat gerimis. Sebaliknya, Raiden belum pernah melihat Shinn goyah sama sekali. Yang terakhir mungkin akan tetap seperti saat tewas, atau bahkan setelah dia tewas.

“Ada batas pelindung yang kita miliki. Gerakan kita akan terdeteksi kalau begini terus. Sebaiknya bersihkan dulu sebelum itu terjadi.”

Lengan derek Fido menukar wadah amunisi, dan reload selesai. “Undertaker” berdiri.

“Aku akan menangani Löwes. Aku menyerahkan musuh dan perintah lain untuk melindungi serangan padamu.”

“Mengerti, Undertaker… kau akan dikecam oleh Audreht tua itu lagi.”

“Undertaker” sepertinya tertawa kecil. Meledak dari puing-puing.

Dengan kecepatan maksimal yang mungkin, “Juggernaut” melesat dari satu tempat sampul yang lain, dan dengan cepat mendekati empat Löwe. Begitulah suatu tindakan serangan tak biasa yang bisa disebut sebagai sebagai bunuh diri, sembrono sediri, dan si Gadis Handler menjerit,

“Undertaker! Apakah yang kau…!?”

Sebuah Löwe menyesuaikan meriamnya, dan melepaskan tembakan. “Undertaker” beringsut ke samping, menghindari tembakan. Meriam lain melepaskan tembakan, dan ia mengelak.

Tembakan, tembakan, tembakan, tebakan; baik manusia maupun drone akan dilenyapkan menjadi debu oleh meriam 120mm terus-menerus, namun “Undertaker” berhasil menghindarinya dan melaju ke depan. Ia tidak menyesuaikan jalannya untuk melihat meriam, tapi melalui pengalaman dan naluri, dan keterampilan pilot layaknya mimpi buruk, seperti kerangka putih tanpa kepala yang merangkak.

Keempat Löwe tampak kesal saat mereka berbalik, menyorot ke tanah dengan tatapan keji, dan menyeranga dengan kecepatan yang eksplosif.

Tubuh baja berat, namun mereka bisa melaju dengan kecepatan maksimal tanpa suara dari posisi berdiri, dan melancarkan serangan ke arah “Undertaker.” Mobilitas musuh begitu tidak adil, didorong oleh peredam kejut yang kuat dan aktuator linier yang sangat kuat.

Ke delapan kaki membungkuk sedikit, dan satu unit melompat tiba-tiba, berniat menghancurkannya. Pada saat ini—

“Undertaker” langsung melompat.

DIa menghindari serangan Löwe dengan melompat ke samping, berputar ke udara, mendarat, dan melompat lagi. Dia naik ke kaki Löwe, menginjak-injak sendi, memanjat, dengan cepat sampai di atas meriam, membentangkan kedua kaki depan, mencondongkan tubuh ke depan, dan menusukkan meriam utama yang terpasang di atas kapal induknya ke armor baja musuh.

Terlihat, di situlah armor tertipis, di bagian belakang meriam.

Tembak.

Sekring untuk jarak minimum terbunuh, dan granat tindik kecepatan tinggi ditempatkan di pelat baja, sebagai bahan peledak yang sangat kuat yang bisa memicu ledakan berkecepatan 8000 meter per detik ke unit tersebut.

“Undertaker” sudah mengincar Löwe kedua pada saat ia melompat dari yang pertama yang memercikkan asap hitam. Ia menghindari peluru dengan kelincahan, dan di kakinya, mengayunkan bilah berfrekuensi tinggi, senjata tempur jarak dekat yang tidak ada yang dilengkapi selain Shinn, karena memiliki kekuatan yang luar biasa namun jangkauannya terbatas.

Begitu unit kedua kehilangan keseimbangan dan tersandung, ia naik ke punggungnya, dan melepaskan tembakan untuk membuangnya, menggunakannya untuk menghalangi meriam dari unit ketiga. Sementara sensor lemah Löwe terganggu oleh api ledakan, ia melepaskan Kawat Jangkar, bergulat ke bingkai gedung tinggi di dekatnya, dan melompat ke unit ketiga yang memindahkan meriamnya dalam kegilaan setelah kehilangan targetnya, dan menembakinya.

“!”

Ia bisa merasakan ketidaksabaran dari Handler di sisi lain para-RAID.

Jika pengembang peti mati paduan aluminium ini melihat urutan tindakan ini, dia mungkin akan roboh atau mulai berbuih ketakutan. Raiden menyipitkan matanya saat melihat pertempuran Shinn.

“Juggernaut” tidak dimaksudkan untuk pertarungan semacam itu. Itu hanya senjata bunuh diri yang akan dijatuhkan dalam satu tembakan, kurang dalam persenjataan, armor, dan mobilitas, hanya bagus jika bisa menembak. Untuk mengalahkan satu Löwe, banyaknya unit ini tidak terpikirkan.

Tentu, harga ini sangat besar.

Kaki-kaki “Juggernaut” itu rapuh, dan dengan beban yang berlebihan, mereka akan benar-benar pecah setelah pertempuran berakhir, sedemikian rupa sehingga dengan mudah menjadi target bagi unit lain yang bertujuan untuk melindungi pasukan utama, Löwe. Karena usahanya, Raiden dan yang lainnya bisa menjatuhkan tipe musuh lainnya tanpa khawatir akan Löwe, dan hasilnya sudah diputuskan. Sebenarnya, Raiden penasaran bagaimana Shinn bisa hidup. Bukan hanya yang terakhir tidak mati, tapi selama lima tahun, monster ini terus bertahan melalui metode seperti itu.

Sayang sekali, Raiden selalu berpikir.

Selama tiga tahun mereka bertempur bersama. Selama tiga tahun Raiden adalah Wakil Komandan Shinn, wakilnya. Keduanya memiliki “Codename Pribadi,” tapi Raiden tidak akan pernah bisa meniru gerakan Shinn. Ia tidak pernah bisa melampaui Shinn. Dewa kematian tanpa kepala itu benar-benar ajaib dalam pertempuran. Dia tidak hanya dilindungi oleh keberuntungan, tapi jika memiliki cukup waktu dan peralatan, Shinn bisa menjadi inti penting untuk melenyapkan keseluruhannya sendiri, dan dia berpotensi menjadi pahlawan di era mana pun.

Namun, Shinn terlahir pada saat yang salah. Jika dia bisa muncul lebih awal, seperti di era Ksatria beberapa tahun yang lalu, ia pasti adalah seorang pejuang terkenal, dan jika ia berada dalam perang terakhir umat manusia, ia akan menjadi pahlawan dengan namanya dicatat dalam perang.

Itu adalah medan perang yang bodoh, dan dia tidak memiliki harapan untuk itu.

Ia tidak memiliki martabat atau hak sebagai manusia, tidak ada pemakaman setelah ia tewas, dan tidak ada prestasi yang tertinggal. Ia hanya akan digunakan sebagai senjata sekali pakai, dan ditinggalkan saat tewas, terbaring di sudut yang tidak diketahui di medan perang; begitulah nasibnya. Seperti jutaan kawan dan sekutu di medan perang ini, mereka tidak akan meninggalkan apapun selain tulang busuk.

Awan yang dibentuk oleh drone Eintagsfliege mulai bubar, dan matahari yang jernih kembali ke tanah, sementara sisanya mengundurkan diri di bawah lindungan kalajengking. Drone tidak akan pernah membalas dendam untuk pengorbanan rekan mereka, karena begitu mereka menganggap bahwa kerugian tersebut melebihi kuota, mereka akan menentukan bahwa tujuan tersebut tidak akan pernah tercapai, dan segera mundur.

Matahari terbenam menyinari “Undertaker,” sekarang di tengah sisa-sisa Löwe, dan menampilkan siluetnya.

Cahaya seperti sinar bulan yang menyinari pedang kuno, sangatlah indah.

Selama tidak ada pertempuran malam atau serangan dadakan oleh musuh, beberapa jam antara pembersihan sehabis makan malam dan cahaya padam adalah kebebasan bagi mereka.

Angel membersihkan dapur, menyeduh kopi untuk semua orang, dan kembali untuk menemukan semua orang di pangkalan berkumpul di halaman di depan hanggar.

“Baiklah, satu tembakan ke Master Bear, dan dua pada Rabbit Knight. Tujuh poin untuk Haruto!”

“Argh, melewatkan dua di sana. Aku benar-benar payah menggunakan pistol ~”

“Oho, tiba-tiba Fido mengajukan tantangan! Pasang kaleng ke samping! Bagaimana Kino, mau selanjutnya, berbayar kali ini!?”

“Kau serius… ahhh! Aku tidak bisa melakukannya sama sekali! Selanjutnya! Siapa selanjutnya, cepatlah!”

“Ini aku. Eh… Kaie Tanya, menantang sekarang!”

“Oke, dua poin.”

“Woah, semua lima tembakannya kena. Seperti yang diharapkan darimu, Raiden.”

“Hmph, terlalu mudah.”

“Hah, jangan sombong. Pergilah ke sana, Krena! Tunjukkan pada mereka godlike skill yang sebenarnya!”

“Baiklah, serahkan saja padaku! Fido, jangan mengaturnya, lembar saja!”

“””Woooaaaaaaahhhhhhhhh!!!! “””

“… Astaga, kau menyulitkan hari ini, Fido. Bentuk menara ini lebih sulit dari sebelumnya.”

“Shinn, giliranmu.”

“Nn.”

“…… Wooooooaahhhh, kau menyelesaikan semuanya. Menjengkelkan seperti biasa…”

Ada banyak kaleng kosong setelah makan malam, dan semua orang mengeluarkan pistol mereka untuk permainan menembak. Seo menggambar ilustrasi binatang lucu di kaleng untuk menunjukkan titik-titik, sementara Fido mengambil kaleng kosong yang ditembak jatuh sementara orang lain menembak, mengaturnya dalam menara atau piramida.

Angel tersenyum saat melihat suasana hati yang sibuk ini.

Makan malam dianggap nikmat. Mereka merobek daging babi hutan dan memanggangnya di atas api, dan menambahkan banyak saus yang terbuat dari kismis, disertai dengan sayuran yang dipanen dari ladang, susu kaleng, dan sup krim jamur. Tidak menyenangkan makan di kantin, jadi semua orang menyalak, jadi mereka memindahkan meja makan; mereka yang bertugas memasak terlalu banyak di piring mereka, sehingga semua orang bersiap.

Itu menyenangkan. Dia merasa sangat senang di lubuk hatinya saat berada bersama semua orang.

Shinn tidak melihat kaleng yang ditembaknya, dan mulai membolak-balik halaman buku di sudut yang agak jauh dari keributan; Angel meletakkan cangkir kopi di hadapannya.

“Kerja bagus.”

Shinn hanya mengangkat mata ke arahnya sebagai jawaban. Angel menyerahkan nampan cangkir kopi kepada Daiya, mengambil sebuah kursi di seberang Shinn, dan duduk.

Dia terus membaca buku tebal, matanya terfokus pada buku. Seekor kucing hitam dengan cakar putih, yang telah diadopsi skuadron, sedang bertarung melawan halaman-halaman. Dia tersenyum,

“Apa itu menarik?”

“Tidak juga.”

Kata Shinn, dan mungkin terasa jawabannya terlalu sembrono, jadi ia melanjutkan,

“Saat aku memikirkan hal-hal lain, aku tidak akan terlalu memperhatikannya.”

“…Gitu ya.”

Kata Angel sambil meringis samar. Itu saja adalah sesuatu yang dia dan skuadnya tidak bisa bagikan.

“Terima kasih untuk segalanya.”

Tiba-tiba, perangkat RAID memanas.

“Kepada semua orang di skuadron. Apa di sana nyaman sekarang?”

Suara Gadis Handler berdering. Sudah seminggu sejak dia bertugas, dan setiap hari, dia akan berinteraksi dengan semua orang pada saat ini, setelah makan malam, tidak melewatkan satu hari pun.

“Tidak masalah disini, Handler One. Kerja bagus lagi hari ini.”

Shinn menjawab. Matanya tetap ada di buku itu, tapi kucing tidak membiarkannya membolak-balik halamannya, jadi ia mengangkat bukunya.

Anggota skuad yang menikmati permainan mereka dengan tergesa-gesa mengeluarkan peluru dari pistol mereka, dan menyarungkannya. Pemerintah telah melarang seluruh Delapan Puluh Enam agar tidak memegang senjata kecil jika terjadi pemberontakan. Namun, karena tidak ada yang memeriksanya, mereka membawa mereka dari sebuah fasilitas militer yang ditinggalkan di dekatnya.

“Yeah, kerja bagus darimu dan skuadmu juga, Undertaker… apa semua bermain game? Aku minta maaf kalau aku mengganggu kalian, jadi tolong lanjutkan.”

“Hanya membuang-buang waktu saja. Tolong jangan pedulikan.”

Kau bisa mematikan para-RAID jika kau tidak ingin berbicara, gadis itu mengatakan bahwa hari pertama saat mereka disinkronkan, maka mereka mematikannya dan memulai kontes melempar pisau. Untuk skuad ini, Shinn menjawab saat ia melihat mereka. Raiden, Seo, Kaie, dan beberapa mungkin memutuskan untuk membuat kopi, karena mereka menyeret kursi untuk duduk, atau duduk di meja.

“Beneran? Sepertinya kau menikmati dirimu sendiri… bagaimanapun juga.”

Tampaknya Handler mereka akhirnya memutuskan untuk sampai ke poin utama. Shinn bisa secara praktis melihat mata serius diarahkan langsung padanya.

“Undertaker. Ada beberapa kata untukmu hari ini.”

Kedengarannya seperti pengingat lembut dari seorang anggota dewan siswa kepada seorang siswa elit, dan daripada seorang pelontar yang unggul, dan Shinn menyesap kopinya, tidak peduli sedikit pun. Ia tidak berniat mendengarkan Handler yang sedang bersembunyi di dalam tembok kota.

“Tentang apa?”

“Ini tentang patroli dan laporan pertempuran. Mereka sepertinya tidak dikirim secara keliru… aku menemukan semuanya sama.”

Shinn mengangkat alisnya.

“Kau membaca semuanya?”

“Hanya bagian-bagian setelah kau ditugaskan ke Spearhead.”

“… Kau masih melakukan itu lagi?”

Raiden tampak sangat tercengang, tapi Shinn mengabaikannya.

“Apa gunanya kau tahu tentang garis depan? Itu buang-buang waktu.”

“Merupakan salah satu tugas kami sebagai Handler untuk menganalisa taktik dan formasi.”

Setelah mengatakan itu, Handler sedikit mereda,

“Aku mengerti bahwa kau tidak mengirim apapun karena kami belum membacanya. Ini adalah kesalahan kami, dan aku tidak akan menegurmu atas hal itu, tapi mulai sekarang, tolong tuliskan kepadaku. Aku akan membacanya.”

Betapa merepotkan.

Pikir Shinn, dan angkat bicara.

“AKu tidak bagus menulis.”

“Kau sangat keras kepala.”

Daiya bergumam, dan Shinn mengabaikannya saat membolak-balik halaman buku filsafat tebal di tangannya.

Tentu saja, Handler tidak akan tahu apa yang ia lakukan karena dia tidak hadir. Dia mungkin berasumsi bahwa sebuah processor yang ditahan di Kamp Konsentrasi sejak kecil mungkin tidak mengalami pendidikan dasar, dan dengan canggung berkata,

“Ah… maafkan aku. Tapi kalau begitu, kukira perlu lebih lanjut untuk melatihmu dalam menulis. Tentunya akan segera berguna nanti.”

“Siapa tahu?”

“…”

Handler dengan jelas merasa sedih. Dia masih bisa membaca kata-kata padahal, Seo mendengus tanpa peduli saat dia melempar pisau, bilah mengenai putri ayun imut, menjatuhkannya dari meja.

Kaie, memegang cangkirnya dengan dua tangan, sedikit memiringkan kepalanya,

“Tidak, itu akan membantu, kan, Undertaker? Hobimu membaca… bukankah kau sedang membaca buku filsafat sekarang? Itu memang terlihat agak sulit.”

Terdengar keheningan yang mengerikan dari ujung para-Para-RAID.

Handler angkat suara. Suaranya tetap begitu baik, dan wajahnya mungkin tersenyum, tapi untuk beberapa alasan, ada tekanan abnormal dalam suara itu.

“Undertaker?”

“………… Mengerti.”

“Kirimkan semua laporan sejak saat ini, kau mengerti? Laporan pertempuran juga. Segalanya.”

“… Tidak bisakah aku mengirim data dari perekam misi?”

“Tidak sama sekali. Tolong tuliskan mereka.”

Shinn mendecakkan lidahnya. Kaie, yang telah mengintip wajahnya dengan hati-hati, bergetar, ponytail di belakang tangannya bergoyang. Dia langsung bertepuk tangan dan menurunkan kepalanya dengan permintaan maaf, Itu bukan salahmu, tapi Shinn hanya melambaikan tangannya.

Astaga… Handler menghela napas, dan sepertinya menyadari alasan mengapa ia tidak mengirimkan laporan. Dia memadamkan hatinya, dan berbicara dengan sungguh-sungguh.

“Analisis disini akan sangat berguna dalam merumuskan taktik. Catatan pertempuranmu sebagai elit akan berfungsi untuk memfasilitasi hal ini. Perencanaan yang tepat akan mengurangi tingkat kecelakaan di garis depan, dan juga mengurangi kerugianmu, jadi kuharap kau bisa membantu.”

“…”

Shinn tidak menjawab, dan Gadis Handler tetap diam. Mungkin dia menyadari alasan mengapa Processor tidak mempercayai Handler karena pihak yang sebelumnya.

Lalu, nada gadis itu menjadi ceria, mungkin untuk melepaskan kecanggungan dari sebelumnya.

“Bagaimanapun, tanggal laporan sepertinya sudah lama sekali, jadi apa kau mendapatkannya dari seseorang? Atau apa itu tidak dimodifikasi sejak saat itu?”

“Ahh, pemuda ini selalu seperti ini, Handler One. Dia selalu seperti ini, bahkan sebelum aku mengenalnya.”

Raiden melompat masuk dengan suara menggoda. Sepertinya Handler berkedip dalam kebingungan.

“Werewolf, apa kau mengenal Undertaker untuk waktu yang lama?”

Kaie mengangkat bahu,

“Lebih dari separuh dari kami di sini seperti ini. Misalnya, Daiya (Black Dog) dan Angel (Snow White) selalu berada dalam skuad yang sama sejak wajib militer, sementara Haruto (Falke) dan aku bersama selama satu tahun. Seo (Laughing Fox) dan Krena (Gunslinger) bergabung dengan skuad dengan Shinn (Undertaker) dan Raiden (Werewolf) dua tahun yang lalu… kalian berdua sudah saling mengenal selama dua tahun, kan?”

“Tiga tahun.”

Raiden menjawab, dan Handler terdiam.

“… Sudah berapa lama sejak kau diwajibkan?”

“Semua orang di tahun keempat. Ahhh, Undertaker yang paling berpengalaman di sini, ini di tahun kelimanya.”

Handler tampak terdorong.

“Jadi, Undertaker akan segera menyelesaikan tugas… apa yang ingin kau lakukan setelah kau pensiun? Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi, atau apa yang ingin kau lihat?”

Semua orang memusatkan perhatian mereka pada Shinn. Sementara dia terus menatap buku, dan menjawab dengan datar,

“Siapa tahu. Aku tidak pernah memikirkan itu.”

“Begitu… tapi, kupikir ada baiknya memikirkannya sekarang. Mungkin kau memikirkan sesuatu; Aku yakin itu akan menyenangkan.”

Tiba-tiba, Shinn tersenyum. Kucing yang mengantuk di sebelahnya menaikkan telinganya, dan mendongak ke arahnya,

“Mungkin memang gitu.”

<Sebelum            Daftar         Selanjutnya>